Part 26

117 14 0
                                    


POV Risky

Sepanjang hari, aku terus memikirkan cara untuk menebus kesalahanku pada Khanza. Aku sadar aku telah melakukan hal buruk pada gadis sebaik dia. Meski niatanku adalah menunjukkan diriku yang sesungguhnya, kurasa itu memang bukan cara yang baik.

Jika aku menjelaskan lewat chat di aplikasi biru, apakah Khanza akan menerimanya? tidak. Aku harus menemukan cara lain, cara yang berkesan untuk Khanza. Aku juga tak akan menceritakan kejadian ini pada siapapun, meski pada Ilham. Aku tahu, Ilham akan benar-benar memarahiku.

Sejenak aku berpikir, kemudian

"Ah, iya! sepertinya ini ide bagus!"

Aku beranjak dari tempat tidur dan membuka lemariku. Mencari benda yang akan kugunakan untuk melancarkan ideku.

"Semoga aku membawanya," gumamku

Setelah cukup lama mencari akhirnya ketemu. Sebuah buku harian yang biasanya kugunakan untuk mengungkapkan isi hatiku. Memang aku tak setiap hari menulis disini, karena aku menulis jika memang benar-benar ada kejadian berkesan buatku.

Aku membuka tiap lembarnya, sedikit membaca bagian-bagiannya dan sesekali aku tertawa. Ternyata, cowok playboy sepertiku juga suka menulis buku harian. Buku ini belum pernah dilihat oleh siapapun kecuali aku.

Aku berniat menuliskan permintaan maaf dan klarifikasi tentang foto itu lewat buku ini. Biarkan Khanza menjadi orang kedua yang bisa membaca buku ini selain aku. Entahlah, meski aku baru mengenalnya dalam 3 bulan ini, aku bisa begitu percaya padanya. Apalagi setelah melihat betapa sabarnya dia menghadapi sikapku yang masih suka main perempuan, aku semakin yakin bahwa dia perempuan paling baik yang pernah kutemui.

Aku menghela nafas panjang, merenungi kesalahanku yang sudah menyakiti hatinya. Hatiku gelisah, ini adalah pertama kalinya aku merasa bersalah sudah menyakiti hati perempuan. Memang benar firasatku, hatiku perlahan menjadi lebih lunak semenjak mengenal Khanza.

Kemudian kuraih bulpoin, dan memulai menulis untaian kata maaf. Aku yang masih belum sempurna ini, belum bisa menjadikannya prioritas karena aku masih belajar memahami, belajar menghargai perasaan.

_______________________________

Sudah tiga hari semenjak kembalinya para santri ke pesantren, belum sekalipun aku bertemu dengan Khanza. Jangankan bertemu, membalas pesanku saja tidak. Aku semakin khawatir, Khanza akan benar-benar marah dan pergi. Aku juga takut, dia takkan memaafkanku.

Sudah berkali-kali aku mengiriminya pesan namun tak kunjung terbalas juga, hingga pada akhirnya di hari keempat

@Riskyy
Aku tahu Kamu online, Za. Kenapa nggak membalas chat ku?

Pesanku pada Khanza akhirnya. Aku tahu hari ini dia akan online, dan dia masih belum juga membalas pesanku.

@ZaKhanza
Buat apa?

@Riskyy
Aku mau minta maaf, Za. Kenapa kamu mem-blok nomor WhatsAppku?

@ZaKhanza
Katakan, kamu mau apa?

@ZaKhanza
Oh tunggu dulu, sebelum itu aku mau minta maaf, Ky. Jika selama mengenalku, kamu merasa ilfiel atau eneg. Kamu sekarang bebas, jangan pikirkan aku, aku akan urus diriku sendiri

Nafasku tertahan, ini apa maksudnya? apakah Khanza bermaksud meninggalkanku?

@Riskyy
Za, jangan ngomong itu. Aku mau buat pengakuan sama kamu

@ZaKhanza
Nggak perlu

@Riskyy
Aku ingin kasih pinjam kamu buku harianku, buku yang selama ini hanya aku sendiri yang tau, disitu kamu akan tau semuanya, sungguh

Jodohku Playboy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang