Part 27

119 14 0
                                    

Alhamdulillah, kini aku telah memasuki jenjang yang lebih tinggi, jenjang akhir dalam sekolah menengah atas. Tak terasa, sudah hampir tiga tahun aku menikmati masa sekolah sekaligus pesantren.

Banyak sekali pengalaman yang kudapat selama dua tahun ini, terutama di sekolah, aku mengikuti beberapa organisasi hingga akhirnya menjadi ketua osis saat aku di kelas 11.

Menjadi pemimpin di suatu organisasi tidaklah mudah, banyak hal yang harus kurelakan demi kesuksesan tiap program dalam organisasi. Harus rela pulang sore atau meninggalkan beberapa mata pelajaran jika tiba-tiba ada rapat dan pekerjaan mendadak.

Tapi disisi lain, aku juga senang. Melalui organisasi, aku banyak bertemu orang hebat. Apalagi saat aku sudah bertemu dengan Risky, aku semakin bersyukur bisa jadi bagian dari organisasi. Karena melalui organisasilah, aku dan dia bertemu.

Kini, saatnya aku mencari pengganti. Mencari sosok kandidat yang dinilai mampu untuk menggantikan posisiku. Setelah acara MPLS seminggu yang lalu, aku sering membahas masalah ini dengan teman-teman. Dan kami sepakat untuk memilih Bulan Oktober untuk mengadakan reformasi pemilihan ketua. Itu artinya, kegiatan reformasi akan dilakukan bulan depan.

____________________________

Kring ! kring! kring!

"Hoaammm ... Akhirnya istirahat juga," celetuk Maya sesaat setelah Bu Erna keluar ruangan.

"Kamu mau ngapain emang?" tanyaku seraya membereskan buku-buku

"Mau tidur!"

Aku terkekeh, "emang semalem nggak tidur?"

"Aku ada ujian diniyah, tadi malem aku begadang buat belajar, dan sekarang ngantuk ... Huuaaaa ..." ucap Maya seraya menguap lebar-lebar

"Nggak mau ke kantin?" tanya Egha tiba-tiba

Aku menggeleng, "nggak, deh. Panas, desak-desakkan pula"

"Emang nggak lapar?"

Aku menggeleng, "tadi pagi, sarapan di pondok lauk ayam goreng sama sambal, jadi aku makan banyak, hahaha," kelakarku

"Yah ... aku ke kantin sendiri, dong?"

"Sama aku, yuk!" ajak Hani sambil merangkul Egha

"Lah! yuk!" ucap Egha bersemangat

Baru saja Egha dan Hani melangkah, tiba-tiba Uni datang dengan hebohnya.

"Gaes, Gaes!" katanya sambil menggiring Egha dan Hani mendekati aku dan Maya

Aku mengernyitkan dahi, "kenapa, Un?"

"Gini, sebelumnya aku mau cerita sesuatu. Tapi aku mau tanya dulu padamu, Za," ucap Uni sambil menatapku

"Tanya apa?"

"Kamu lagi emosi, nggak?"

"Ha? enggak, tuh. Biasa aja. Kenapa?"

"Beneran?"

"Ada apa, sih, Un?" sela Maya yang kini sudah terlihat tidak mengantuk lagi.

Uni menghela napas panjang, "jadi gini, sebenarnya aku mau cerita ini sama Khanza aja. Tapi kupikir itu nggak enak, secara kalian, kan, sahabatan. Bantu aku cari solusi buat masalah ini,"

Aku semakin bingung dengan ucapan Uni, "oke, tenang. Huft ... Ceritakan, ada apa sebenarnya, Un?" tanyaku

Uni menggigit bibirnya sambil menatapku, "jadi, Za, aku, kan sekelas diniyah sama Lili dan Miza. Nah, tadi itu mereka tanya ke aku," ucap Uni hati-hati

"Lili dan Miza siapa?" tanyaku

"Oh, Lili dan Miza anak IPS itu?" tanya Egha untuk memastikan

"Mereka itu, yang sahabatnya Nana, kan?" tanya Hani juga dengan suara yang cukup pelan.

Jodohku Playboy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang