Sedari pagi aku terus merenung, memikirkan cara untuk mengatakan yang sebenarnya pada orangtuaku, lebih tepatnya ibu. Aku ragu untuk mengatakan hal ini pada ayah, karena aku terlalu takut.
Kebetulan hari ini, ujian sedang libur, jadi aku tak ada rencana kemanapun hari ini. Aku masih memegang ponsel ponpes yang biasanya digunakan untuk menelfon wali santri.
"Dari tadi megang hape terus, jadi nelfon, nggak?" tanya Oliv saat memasuki kamar.
Kulihat dia tengah menenteng sekantung plastik cilok yang dibeli di depan ponpes.
"Mana titipanku?" tanyaku mengabaikan pertanyaan Oliv.
"Ini" Oliv menyerahan cilok itu padaku.
"Gimana, Za? jadi nelfon?" tanyanya lagi.
"Jadi, tapi aku masih bingung," jawabku.
"Tenangin diri dulu, oke? aku mau jemur pakaian dulu" Oliv meninggalkan diriku sendirian.
Aku menghela napas, dan seketika itu, aku punya ide! aku menekan beberapa nomor dan menelfonnya. Tak lama, panggilanku tersambung.
"Halo?" ucap seseorang di ujung sana.
"Mbak Fia! ini aku, Khanza"
"Oh, ku kira siapa. Pake nomor ponpes?"
"Iya, Mbak. Mbak, aku mau minta saran, nih," ucapku dengan nada khawatir.
"Eh, sebelum itu, aku mau cerita dulu! keburu lupa"
"Ada apa?"
"Hari ini budhe (ibuku) ke rumah nenek, ini masih ada disini," ucap Mbak Fia antusias.
"Oh ya? ngapain?"
"Bukan itu yang penting saat ini ... " Mbak Fia menggantung kata-katanya.
"Tadi budhe cerita-cerita sama Mbak Diyah, tau nggak budhe bilang apa?"
"A--apa?" tanyaku terbata karena menahan degub jantung.
"Budhe bilang, kalo kamu katanya udah punya cowok, terus liburan kemarin main ke rumahmu. Bukannya yang dimaksud budhe itu Risky, ya?"
Mataku terbelalak, apa? jadi ... ibu udah tahu? aku tak percaya, kenapa ibu diam saja selama ini?
"Hah? serius, Mbak, ibuku bilang gitu?" tanyaku tak percaya.
"Serius banget, ini baru aja cerita. Lanjut ya, katanya budhe tau itu gara-gara pernah baca pesan WhatApps dari Risky di ponselmu," Mbak Fia memelankan suaranya.
Jantungku makin tak karuan rasanya, antara kaget, senang, tak percaya dengan semua ini. Pantas saja, saat Risky main ke rumahku, ibu langsung menanyakan Risky.
"Mbak, gimana dong? aku bingung! aku benar-benar frustasi ... " keluhku dengan sedikit isakan.
"Loh, kamu kok nangis, Za? bukannya seneng kalo budhe tahu?"
"Aku takut, Mbak. Kalo ibu udah tahu dulu, ibu bakalan nolak Risky karena sebenarnya ini yang mau aku omongin ... " aku sudah menangis.
"Loh, ada apa?"
"Rencananya hari ini aku mau bilang sama ibu, tentang hubunganku sama Risky. Soalnya keluarganya Risky udah nanyain keseriusan hubungan ini, dan aku takut ... "
"Takut kenapa, Za?"
"Takut ibu nggak menerima, aku takut, Mbak ... hu ... hu ... "
"Duh, Khanza. Jangan pesimis sebelum mencoba, oke? sini, mumpung budhe ada disini, kamu cerita sekarang aja, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Playboy [END]
Romance[Tamat Versi Wattpad✔] ~Khanza dan Risky "Jangan pernah berbohong atas nama cinta, karena yang namanya kebohongan, tidak pernah terlihat baik. " -Khanza- "Katakan, sebenarnya kamu menyukaiku atau tidak?" "Apa maksudmu?" "Sudahlah, katakan saja. Aku...