-Aku nggak pernah menyangka, mencintai Risky harus menerima resiko sebesar ini ... -
Khanza
***Sinar matahari enggan menerangi pagi ini. Hujan semalam memang masih meninggalkan bekas berupa titik-titik embun di tiap helai daun dan jalanan tanah yang agak becek membuat sepatuku sedikit berlumpur.
Akses jalan dari pesantren menuju pesantren untuk siswi memang berbeda dengan siswa. Jika siswa melewati jalan utama lewat gerbang depan, maka siswi melewati jalan belakang.
Hal ini bertujuan untuk menghindari frekuensi pertemuan antar siswa dan siswi. Dan juga untuk meminimalisir para siswi agar tak sering bertemu orang luar. Para siswa melewati jalan di belakang pesantren yang berjajar dengan perkebunan warga. Mereka juga lebih sering berangkat secara berkelompok agar terlihat lebih ramai.
"Widih! penampilan baru, ey!" celetuk Egha
Aku terkejut dan langsung menutupi wajahku dengan jilbab, "apaan sih, Gha!" gerutuku
Tadi memang aku memilih berangkat sendiri karena takut teman-teman membully penampilan baruku.
"Berangkat sekolah nggak ngajak-ngajak!" sahut Maya.
"Kita udah nungguin di depan asrama, tauk!" Egha juga tak mau kalah ikut menggerutu
Aku hanya tertawa dan sedikit membuka wajahku, menampakkan mata dengan kacamata baruku.
"Coba lihat!" ujar Egha seraya melepas tanganku dari wajah
Tanganku masih erat menutupi wajah dan enggan melepasnya
"Uh, apaan sih! malu tau!" gerutuku lagi dan hal yang tak kusadari adalah aku mulai jadi pusat perhatian anak-anak lain yang melintasi kami.
Banyak pasang mata yang melihatku, mereka juga penasaran karena penampilan baruku. Ada yang menatap dengan ekspresi penasaran, ada yang juga bodoamat dan ada juga yang biasa saja, hanya memandang sekilas.
"Hei, aku jadi pusat perhatian, loh!" ucapku dengan suara pelan.
"Makanya, lepasin tanganmu! aku pengen liat," ucap Maya denga suara yang tak kalah pelan.
Tiba-tiba, bruk! "Kalo ngobrol jangan di tengah jalan, dong!"
Aku terkejut, ada yang mendorongku dari belakang. Untung saja aku tak sampai terjatuh, hanya agak kehilangan keseimbangan. Aku membetulkan kacamataku dan melihat siapa yang berulah barusan.
"Nana ... " gumamku
Nana menatapku, awalnya dari ekspresi biasa saja menjadi ekspresi mengejek. Aku sulit mengartikan tatapan matanya karena dia menatapku dari ujung kaki hingga kepala. Bibirnya tersenyum miring dan kemudian berjalan lagi.
Aku menelan ludah, berusaha baik-baik saja setelah mendapat perlakuan seperti itu.
"Jalanan masih luas, kok, dorong-dorong orang!" umpat Maya
"Ssttt! udah, nggak papa," ucapku sambil meraih tangan Maya
Aku masih menatap punggung Nana yang semakin menjauh dariku dan menghembuskan napas pelan.
"Kamu jangan diam aja, dong, Za!" Egha kini menatapku kesal.
"Aku hanya nggak mau cari masalah, Gha," jawabku kemudian lanjut berjalan.
Egha dan Maya menyusulku, "seandainya aku nggak memikirkan reputasi, tentu saja aku sudah menyemprotnya habis-habisan, tapi aku sadar, itu bukan gayaku," lanjutku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Playboy [END]
Romance[Tamat Versi Wattpad✔] ~Khanza dan Risky "Jangan pernah berbohong atas nama cinta, karena yang namanya kebohongan, tidak pernah terlihat baik. " -Khanza- "Katakan, sebenarnya kamu menyukaiku atau tidak?" "Apa maksudmu?" "Sudahlah, katakan saja. Aku...