Part 31

119 15 0
                                    

Aku mulai menjalani kehidupan 'normal'. Tanpa tugas-tugas organisasi dan hanya fokus pada tugas sekolah dan ujian. Waktuku di sekolah, tinggal beberapa bulan lagi, maka harus kumanfaatkan sebaik mungkin.

Aku juga sudah hampir menyelesaikan masa tugasku di kru majalah, jika majalah edisi semester ini terbit, maka tugasku pun selesai dan akan digantikan anggota baru.

Hubunganku dan Risky juga baik-baik saja. Kami sudah jarang bertemu dan berkomunikasi. Mungkin kami sesekali bertemu ketika tak sengaja melihatnya di kantin atau di depan kelasnya.

Kami hanya tersenyum dan saling pandang kemudian sama-sama membuang muka. Bukan bermaksud menghindar, namun itulah cara kami untuk mencari garis 'aman' tentang hubungan ini.

Atau tak sengaja bertatap muka saat pengajian kitab pagi. Jujur, aku amat tak percaya harus satu kelas dengan Risky, apalagi jadwal membaca kitab kami juga sama.

Aku bingung sekaligus senang, ini kebetulan saja ataukah sebuah pertanda? terkadang aku memikirkan pesan Ilham waktu itu. Hingga detik ini, Risky belum juga mengatakan apapun padaku.

Aku hendak bertanya, namun bimbang. Takut jika memang itu tak benar adanya. Aku masih menunggu dan menunggu. Menunggu Risky memutuskan langkah hubungan kita.

Aku menghela napas, memikirkan banyak hal membuatku amat lelah. Aku melepas kacamata dan memejamkan mataku.

"Kamu kenapa, Za?" tanya Maya sesaat setelah melihatku meletakkan kepala di atas meja.

Aku mengangkat kepala dan mengusap mataku pelan.

"May, kayaknya aku harus ganti kacamata baru, deh," keluhku sambi mengelap kacamataku dengan kain khusus kacamata

Maya menoleh, "kenapa?"

"Kayaknya yang ini sudah nggak fokus, aku agak buram saat melihat tulisan di papan tulis ... "

"Aku ... juga pengen ganti model kacamata. Yang ini udah kuno banget," lanjutku kemudian bertopang dagu menatap lurus kedepan.

"Kalau kamu nggak nyaman, mending ganti aja, Za. Jangan dipaksain," ujar Maya

"Kalau emang jadi, aku mau ijin pulang. 3 Hari paling lama,"

Maya mengangguk kemudian tersenyum.
____________________________

"Za, hari ini hari terakhir kita ngerjain majalah, loh. Besok jangan lupa untuk mengajukan revisinya ya," ucap Wina sambil terus fokus menatap komputer.

Sama halnya denganku, aku masih amat fokus menyelesaikan desain terakhirku. Hingga butuh waktu beberapa saat agar aku paham dengan ucapan Wina.

"Aku ... kayaknya besok nggak sekolah, Win," ucapku santai

Wina menoleh, "loh, kenapa?"

"Aku mau pulang, mau periksa mata dan ganti kacamata"

"Oh, gitu. Berapa hari?"

"Um ... paling lama tiga hari, keknya"

"Yah ... aku sendirian, dong!"

Aku mengernyitkan dahi, "apanya?"

"Ck! ya mengajukan revisinya!" decak Wina yang mulai terlihat sebal

"Hahaha, gitu aja sewot. Belum aku tinggal satu bulan ... "

"Kamu, kan, udah gede! ya sesekali ajak anak-anak lain lah. Ajak Mira juga bisa, atau Fara!" lanjutku hingga membuat si empunya naman menoleh.

Aku hanya tertawa kemudian kembali fokus bekerja. Tiba-tiba, ting!

Jodohku Playboy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang