Part 5

317 41 2
                                    

-Senyummu, tawamu seolah membiusku dan meluluh lantahan hatiku. Memporak porandakan hatiku, mencabik cabiknya hingga aku pasrah. Memberimu ruang tak berujung untuk membawa hatiku dan melambungkannya-

Khanza
***


Pernyataan dari Pak Sanusi seketika membuatku terbelalak. Tak pernah terbayang aku dan teman-teman harus menginap di sekolah. Padahal badan sudah sangat letih dan lengket, rasanya sangat ingin mandi.

"Serius, Pak? Kami harus menginap?" tanyaku tak percaya.

"Serius, kamu lihat ada ekspresi bercanda di wajah saya?"

Aku hanya terdiam.

"Sudah saya ijinkan pada pengurus keamanan, Kalian diijinkan menginap dengan beberapa syarat, salah satunya kalian harus tidur di dalam kelas tertutup dengan kunci di dalam. Nanti saya tempatkan di ruang rapat saja, ada kelambunya juga, " terang Pak Sanusi sambil menggiringku berjalan menuju tempat teman-temanku berkumpul.

Aku hanya melongo dan terus melongo, mata dan bibirku membulat. Ya Tuhan, aku sangat lelah.
_______________________________

"Jadi, Risky, tugas kamu saat ini adalah menjaga mereka, memastikan mereka aman dan tidak ada yang mengganggu. Kalau terjadi apa-apa, maka itu tanggung jawabmu!" perintah Pak Fauzan pada Risky di depan pintu ruang rapat.

"Siap, Pak!" Jawab Risky mantab dan tersenyum.

"Dan kamu Khanza, sebelum tidur, tutup semua jendela dan kelambu. Kunci pintu jangan lupa!" terang Pak Sanusi pula padaku.

Aku hanya mengangguk lemah.

Pak Fauzan dan Pak Sanusi meninggalkanku dan Risky di depan pintu ruang rapat, saat aku hendak menutup pintu, tiba-tiba Risky menahannya.

"Tunggu! Aku mau bicara dulu."

Aku terkejut, jantungku berdetak lebih cepat dan mataku membulat.

"A--apa?" tanyaku terbata.

"Besok, teman-teman osis putri yang lain, berangkat pukul berapa?"

"Jam 6 sudah aku suruh stand by disini."

"Kalo berangkat setelah subuh, bagaimana?"

Aku mengernyitkan dahi, "nggak bisa! mereka juga nggak akan mau! banyak yang harus mereka siapkan. "

"Oh, begitu." dia mengangguk-angguk.

"Ada lagi?" tanyaku sebelum menutup pintu.

"Um, nggak ada. Kamu jangan tidur malam-malam, segeralah tidur," ucap Risky sambil dihiasi senyuman manisnya.

Aku tersentak. Apa dia baru saja memberiku rasa perhatian? tiba-tiba pipiku terasa hangat. bibirku seolah terisihir tertarik keatas membentuk sesungging senyum.

"Oke," jawabku singkat.

segera Aku menutup pintu dan menguncinya.
tiba-tiba, "oke Guys, sekarang kita tidur beralaskan apa?" tanya Uni dengan berkacak pinggang.

Aku menatap sekeliling ruangan ini. Cukup luas dan bersih. Di sekeliling ruangan berjajar meja-meja rapat yang sudah tertata rapi, menyisakan tempat kosong di tengah ruangan. Di ujung ruangan sebelah kanan ada kardus besar berisi tumpukan tropi untuk acara besok. Di samping kardus besar itu ada tumpukan kardus juga yang sudah terlipat. Sayangnya, tak ada karpet maupun tikar di ruangan ini. Refleks aku tertawa terbahak-bahak menyadari suatu hal.

"Hahahaha, ya, kita pakai kardus, lah, buat tidur!" kelakar Wanda sambil memungut tumpukan kardus itu.

Kami malah tertawa saat menggelar kardus dan menjadikan satu selayaknya karpet.

Jodohku Playboy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang