Part 7

242 32 1
                                    

POV Risky

Ternyata, membuat Khanza untuk luluh padaku cukup mudah. Aku diliputi rasa bersalah karena sikapku padanya dulu, berusaha berbuat sebaik mungkin padanya juga anggota-anggotanya. Tak dapat dipungkiri, dia begitu cepat untuk memaafkanku.

Terbukti dari setiap respon dan senyumannya, saat aku semaki intens memperhatikannya. Tentu aku harus membuat chemistri sebaik mungkin dengannya agar agenda ini dapat berjalan dengan baik.

Mungkin dia berpikir bahwa, sikapku yang demikian adalah salah satu bentuk ketertarikanku padanya. Salah! Dia sangat salah! Aku juga sudah merasa bahwa dia baper dan luluh bahkan hanya dengan senyumanku! Hahaha,lucu memang, baru saja kenal, dia sudah menaruh hati padaku.

Tapi hal itu  justru membuatku semakin tertarik untuk mempermainkannya, jahatkah aku? Tentu saja tidak! Toh, aku memang seperti ini dari dulu.

Semenjak aku menjadi ketua umum dalam agenda ini, aku sudah menemukan beberapa target incaran! Selain Alfi, ada juga beberapa gadis yang menarik perhatianku, dan sialnya malah Khanza yang tertarik padaku, padahal Khanza bukanlah targetku.

Ada dua kemungkinan yang membuatku enggan mendekati Khanza. Pertama, dia bukanlah tipeku. Tau sendirilah bagaimana tipeku, dia harus cantik, begitulah. Dan Khanza? dia terlalu serius.

Dia sebenarnya terlihat manis, akan tetapi kacamata cupu yang dia kenakan, membuatnya terlihat kuno. Dia juga tidak begitu memperhatikan penampilan. Sebenarnya aku paham kenapa dia berpenampilan demikian, tuntutan aktifitas dan jabatan yang diemban, membuatnya tidak fokus hanya pada penampilan saja. Berbeda dengan Alfi atau beberapa targetku yang lain, mereka cantik, manis dan segar dipandang.

Alasan kedua, yang membuatku enggan mendekati Khanza adalah, posisi dan kiprahnya di sekolah. Dia selalu menjadi bulan-bulanan para guru dan selalu di elu-elukan kegigihannya. Prestasi dan kepandaian yang dimiliki, membuatku berpikir dua kali untuk mendekatinya.

Aku hanyalah siswa biasa yang hanya populer di kalangan gadis, aku juga sering menjadi bulan-bulanan para guru, tetapi bukan dalam hal kedisiplinan, melainkan karena aku sering melanggar aturan, hahaha.

Maka dari itu, kupikir awalnya Khanza tidak akan tertarik padaku. Tetapi aku salah! Dia malah semakin terpesona padaku. Mungkin dia terpaku pada sikapku yang manis dan wajahku yang tampan.

Dipikir-pikir, sepertinya dia cocok dengan Hamdan. Tetapi sayang, Hamdan tidak memilih Khanza meskipun ia tahu bahwa Khanza menyukainya. Sungguh malang Khanza, andaikata dia mengetahui bahwa aku hanya main-main dengannya, maka tak dapat kubayangkan betapa marahnya dia. Dia belum terlalu mengenalku tapi sudah menyukaiku? Dasar wanita.

Tapi disisi lain, Aku juga berpikir apakah aku terlalu jahat padanya? Apakah yang kulakukan ini sudah benar? Ah sudahlah. Toh, setelah ini, setelah agenda ini selesai aku tak akan berhubungan dengannya lagi, secara otomatis ia akan melupakan aku.

Beberapa kali aku memang berusaha bersikap manis padanya, menemaninya hingga pulang sekolah, membelikannya makanan, menanyakan pekerjaannya, dan banyak hal lain. Kulihat, ia sangat menyukai sikapku tetapi kulakukan itu semua hanya semerta-merta peranku sebagai ketua umum saja, tidak lebih.

Bahkan, saat ia dan teman-temannya diharuskan menginap di sekolah karena persiapan agenda yang belum juga selesai, aku diperintah Pak Sanusi menjaga mereka. Aku banyak berpesan pada Khanza bahwa ia harus banyak-banyak istirahat, kukatakan aku tak ingin ia kurang tidur, tak ingin ia sakit, dan dia semakin menyukainya, bagaimana? chemistri-ku bagus, kan?.

Saat waktu salat subuh telah tiba, kubangunkan dia agar segera salat dan melanjutkan bebersih kelas akibat hujan semalam. Aku memergoki ia tengah memperhatikanku sambil tersenyum, apakah dia sungguh-sungguh mencintaiku? Apakah aku telah menjebaknya? Ah, aku semakin tertarik dengan semua ini. Khanza, kamu salah karena telah mencintaiku.

Aku masih berusaha mengejar Alfi meski kutahu bahwa ia sudah memiliki kekasih. Ia masih saja membelengguku dengan perasaan ini. Beberapa kali kudekati dia saat kegiatan, seperti saat kerja bakti, sehari sebelum agenda di mulai, aku mencarinya di setiap kelas, dan aku menemukannya.

Kuberikan segala perhatian padanya, segala senyum tulusku untuknya, tapi tetap saja dia hanya menganggap ini semua adalah candaan. Ingin aku melepasnya namun tak bisa. Inginku menuju targetku yang lain, tetapi aku masih butuh waktu. Entahlah.

Bahkan saat agenda lomba itu tengah dilaksanakan, aku masih berusaha mendekatinya. Saat ia tengah berada di tempat pendaftaran. Kudatangi dia, kutawari sarapan namun ia menolaknya. Aku berusaha mengajaknya bercanda meski kini ada tatapan mata yang memperhatikan kami.

Sepertinya Egha tengah memperhatikan Kami, ah, sudahlah. Biarkan saja, meski nanti ia akan laporan pada Khanza bahwa aku tengah bercanda dengan Alfi, itu bukan urusanku.

"Ky, nanti aku izin pulang dulu, ya? Aku nggak bisa mengikuti acara ini sampai selesai," ucap Alfi tiba-tiba saat Kami tengah bercanda.

"Loh kenapa, Al?" tanyaku sambil mengernyitkan dahi.

"Aku ada urusan nanti sore, jadi harus pulang cepet."

"Loh, kalau gitu kamu nggak bisa ikut makan bareng nanti."

"Nggak papa, Ky, santai aja," jawab Alfi sambil tersenyum, ah cantik sekali.

Kurogoh sakuku dan kuberikan sejumlah uang padanya.

"Ini buat kamu, karena kamu nggak bisa ikut acara  makan-makan nanti, aku kasih uangnya saja, ya, atau mau aku belikan makanan saja? Mau makanan apa?" tanyaku padanya.

"Aduh, udah, Ky, nggak papa kok, nggak usah repot-repot," jawab Alfi sambil menolak halus pemberianku.

"Al, aku memaksa! Tolong terimalah, " mohonku padanya.

Alfi nampak berpikir sejenak dan menerima uang yang kuberikan, dia tersenyum.

"Oke, aku ambil, ya."

Aku tersenyum lebar, andaikan Alfi dapat kumiliki seutuhnya. Biarkan saja, aku akan terus berusaha untuk mendapatkannya, siapa tahu suatu saat akan luluh padaku.

Uang yang kuberi padanya bukanlah uang panitia acara, melainkan uangku sendiri, dari sakuku sendiri. Semoga dengan ini, Alfi akan melihat perjuanganku.
_______________________________

tbc.
*Nyesek:(

Salam,
Khanza di dunia nyata

Jodohku Playboy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang