Part 28

118 13 1
                                    

-Solusi terbaik dari sebuah masalah adalah komunikasi yang baik. Utarakan apa maumu dan anganmu serta buang egomu-

Khanza
***

Terlihat bahwa dia tengah tersenyum padaku, tapi aku buru-buru memalingkan muka. Tak sudi rasanya wajahku terlihat olehnya. Maya berdiri di depan Risky dengan jarak satu meter. Aku dan Egha di belakang Maya, membelakangi mereka.

"Za, ini kesempatanku!" bisik Maya padaku

Aku hanya mengangguk mantap dan berusaha menguatkan hatiku. Kuserahkan semua pada Maya, apapun yang akan terjadi, aku siap menerima.

Aku memang sengaja menjauh dari Maya dan Risky, aku tak mau mendengar sedikit pun suara Risky. Meski kutahu Risky berusaha melihat wajahku, bahkan dia sampai berpindah tempat agar bisa melihatku.

Maya dan Risky berbincang-bincang membicarakan perihal konsumsi untuk acara pelantikan. Maya berencana untuk memesan beberapa jenis kue dan buah yang akan di suguhkan pada dewan guru dan kepala sekolah. Dan juga nanti akan dibagikan kepada para siswa.Rencananya, nanti Maya yang memesan, dan Risky yang mengambil di tempat pemesanan kue.

Lalu Risky dan Maya menuju ruang osis untuk mengambil uang dan catatan. Aku dan Egha berjalan di belakang, mengikuti mereka. Risky sempat sesekali menoleh kebelakang untuk memastikan aku mengikutinya atau tidak, tapi setiap kali dia menoleh, aku selalu memalingkan wajah.

Risky memasuki ruang osis dan Maya menunggu di luar. Aku dan Egha menunggu di balkon depan ruang osis. Cukup lama kami disitu karena Maya dan Risky tengah membicarakan hal yang serius. Akhirnya, setelah selesai, Maya meraih tanganku dan mengajakku meninggalkan tempat itu.

"Tadi sebelum aku memulai pembicaraan, dia sudah tanya dulu loh, Za," ujar Maya setelah kita berjalan agak jauh dari ruang osis

"Tanya gimana?"

"Kamu, kan, nggak noleh sama sekali ke Risky. Dia kayak berasa aneh gitu, kamu tahu kan, dia berkali-kali berpindah tempat biar bisa ngeliat kamu"

Aku menghela napas, "Iya ... "

"Terus waktu dia masuk ruang osis, dia manggil aku lewat jendela, dia tanya kamu kenapa kok nggak mau ketemu dia, terus aku cerita semua deh persis kayak yang Uni ceritakan," jelas Maya dengan suara yang cukup pelan.

"Terus, terus?" tanya Egha antusias

"Risky langsung terkejut, dia terlihat seperti menahan emosi, wajahnya langsung merah padam. Dia kayaknya marah, Za," ujar Maya sambil menerka-terka

"Marah ke siapa?" tanyaku

"Ke Nana pasti, kok, sampai hati Nana dan komplotannya bilang gitu tentang kamu ... "

"Terus, dia juga bilang, kamu jangan ikut campur, jangan sampai menemui Nana, biarkan Risky yang tanggung jawab meluruskan masalah ini," lanjut Maya akhirnya.

Aku menghela napas, "Begitu? ya, sudahlah"

"Kayaknya ini emang kesalah pahaman, Za. Tadi Risky juga bilang, kalau dia ngomong gitu ke Nana tujuannya adalah untuk menutupi hubungan kalian"

"Tapi, ya, nggak gitu juga, May. Masa' dia bilang aku hanya sebagai pelampiasan? hanya sebagai mainan? itu keliatan banget kalau merendahkan harga diriku!" ucapku penuh emosi.

"Kupikir dia cukup ngomong nggak ada hubungan gitu aja. Nggak perlu ditambah yang buat pelampiasan lah, yang buat mainan lah!" lanjutku sambil bersungut-sungut.

"Udah, sabar, Za. Semoga masalah ini lekas selesai," ucap Egha akhirnya sambil mengusap pundakku.
_____________________________________

Hari ini aku dan Maya diminta Pak Ridho untuk membantu memasukkan data siswa ke pusat. Untuk itu, sepulang sekolah, aku dan Maya langsung menuju lab komputer.

Jodohku Playboy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang