Part 29

117 14 0
                                    

"Gimana persiapannya? jam 10 kita mulai," kataku pada Fania seraya melihat berkas-berkas reformasi

"Udah beres, tinggal pelaksaannya," jawab Fania

Hari ini, osis putri akan melaksakan kegiatan reformasi. Kegiatan reformasi yang dimaksud disini adalah pemilihan ketua osis dan wakilnya melalui pemilu. Kami sudah menyiapkan tiga kandidat yang akan maju sebagai calon ketua osis dan wakilnya.

Kandidat pertama adalah Fara yang tahun kemarin menjadi wakilku, kandidat kedua adalah Mira yang dipilih atas kesepakatan rapat dan kandidat ketiga adalah Ella yang juga dipilih atas kesepakatan rapat.

Sistem pemilihan ketua osis baru sama dengan pemilihan umum yang ada di Indonesia (Pemilu) dengan menggunakan sistem pencoblosan dan kotak suara. Bedanya, kami panitia reformasi akan berkeliling di tiap kelas agar suasana tetap kondusif.

Pukul 10. 00 WIB kami sudah mulai berkeliling ke tiap-tiap kelas,

"Za, kamu ikut ke kelas mana?" tanya Maya tiba-tiba sambil menyusul langkahku

"Aku akan berkeliling saja, mengawasi," jawabku sambil terus berjalan

"Kamu nanti ikut masuk ke kelas 12 IPS, kan?" tanya Maya denga suara yang cukup pelan

Aku menghentikan langkah dan berpikir, "um ... iya, aku akan ikut masuk"

Maya mengangguk, "tunjukkan kalau kamu nggak lemah meski sudah diinja-injak"

Lalu aku mulai memasuki kelas 10, mengawasi proses berjalannya reformasi agar tetap kondusif. Lanjut ke kelas 11, kemudian ke kelas 12. Saat mau memasuki kelas 12 IPS, kelasnya Nana dan komplotannya, aku menghela napas panjang.

"Huft ... tenang, tenang. I'm fine," ucapku lirih berusaha menenangkan diri.

"Cuek aja, mereka nggak ada apa-apanya," celetuk Egha tiba-tiba sambil menepuk pundakku.

Aku hanya tertawa dan akhirnya ikut masuk ke dalam kelas. Pertama-tama, Fania selaku ketua panitia memberikan sedikit pidato pembukaan dan mengenalkan para kadidat, juga menbacakan visi dan misi mereka.

Aku masih tetap fokus berdiri di depan kelas meski banyak tatapan mata tak suka tengah menusukku. Kulihat Nana duduk di bangku nomor dua dari depan. Aku memang sengaja memandangnya, untuk menahan kegugupanku. Mata kami beradu, tapi sejurus kemudian dia memalingkan wajah. Kemudian berbisik dengan temannya.

Sejujurnya, selama aku bersekolah disini, tak pernah sekalipun aku berbincang dengannya. Sebenarnya kami memang tak saling kenal, hanya sekadar tahu nama. Tapi sejak beredar isu tentang aku dan Risky, kami jadi seperti perang dingin.

Meski bukan aku yang memulainya karena aku tak tahu bahwa Nana menyukai Risky, tapi tetap saja aku tak nyaman jika bertemu Nana. Ah, sudahlah, Nana tidak akan berani macam-macam di depan umum seperti ini. Kecuali komplotannya yang memang tidak segan-segan mencibir di depan semua orang.

"Terima kasih atas kerjasamanya, semoga pilihan kita menjadi pilihan terbaik," ucap Fania menutup reformasi di kelas ini.

Begitu kami mulai meninggalkan kelas, tiba-tiba

"Iya, semoga ketua yang baru ini nggak suka bikin sensasi, ya?" celetuk seseorang yang tak asing suaranya

Sontak aku menoleh, kulihat Miza tengah tersenyum miring padaku. Langsung kubalas dengan senyuman paling manis

"Semua itu tergantung pilihanmu sendiri, jadi jangan pernah kecewa dengan pilihanmu karena mereka lebih berkuasa," ucapku penuh penekanan di dua kata terakhir.

Tanpa memerdulikan responnya, aku langsung keluar ruangan. Maya dan Egha tersenyum padaku sambil mengacungkan jempol. Kini aku menang
_______________________________

Jodohku Playboy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang