Part 34

121 15 0
                                        

Aku hendak mengetikkan jawaban pada chat Risky, namun akhirnya kuurungkan.

"Win," panggilku pada Wina yang sibuk memindah file dari kamera ke komputer.

"Hmm," jawab Wina yang masih tetap fokus menatap layar.

Aku dan Wina memang bagi tugas. Wina bertugas memilah foto dan memasukkannya ke dalam desain, sedangkan aku khusus membuat desain itu sendiri.

"Aku mau tanya, nih"

"Tanya apa?"

"Um ... kalau yang jadi perwakilan siswa buat bantuan kita itu Risky ... boleh, nggak?" ucapku ragu-ragu.

Aku takut Wina salah paham. Aku takut Wina mengira, aku menolak kerjasama dengan Irwan, agar bisa bersama Risky . Padahal tidak begitu kenyataannya.

Wina menatapku, "Risky?"

Aku mengangguk dan menatap komputer lagi. Muncul chat dari Risky

@Riskyy
Gimana, Za? kamu mau? kalau mau kita langsung ketemu.

"Kenapa tiba-tiba minta Risky?" tanya Wina dengan diselipi tawa pada kalimatnya.

"Ck! bukan aku yang minta! coba deh, kamu lihat chat ini," ujarku sambil menarik tangan Wina agar melihat chat dari Risky.

Wina membacanya dengan seksama, kemudian mengangguk-angguk

"Oh iya, iya. Kenapa dia tiba-tiba nawarin diri?"

"Entahlah, gimana?"

"Kamu ini ... kenapa masih tanya, sih. Cus, lah!" ucap Wina sambil menyenggol lenganku.

"Boleh, ya? hahaha" aku langsung mengetikkan jawabanku.

@ZaKhanza
Iya, deh. Aku mau.


@Riskyy
Serius? ayok ke tangga utama. Jangan lupa bawa kameranya ya

Aku menelan ludah menahan kegugupan. Sebentar lagi aku akan bertemu Risky dengan penampilan baru. Aku benar-benar gugup. Buru-buru kuraih kamera dan berjalan keluar.

Aku berjalan pelan-pelan agar tak cepat-cepat bertemu Risky. Aku benar-benar malu. Sesampainya di dekat tangga, kulihat ada seorang cowok yang tengah berdiri masih mengenakan seragam.

Jarak kami berdiri masih dua meter, namun terasa begitu dekat. Aku amat malu, tapi aku ingin terus menatapnya. Napasku memburu, akhirnya kerinduanku terobati sudah. Riskyku ternyata baik-baik saja.

"Za ... kamu?" tanya Risky yang masih terus menatapku

Risky berjalan mendekatiku, untungnya aku masih bisa mengendalikan kesadaran dan berjalan mundur.

"E-eh! berhenti! disitu aja, jangan mendekat!" ujarku sambil menunjuk kakinya.

Risky berhenti melangkah tetapi matanya masih terus menatapku.

"Sejak kapan kacamatamu diganti?" tanyanya.

Aku menunduk dan menutup sebagian wajahku, "udah agak lama, kok ... "

Jodohku Playboy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang