"Menurutku, kita belanja sekarang aja. Acara ini, biar ketua panitia yang menghandle. Aku, kamu sama Nina ke super market pesantren buat memesan sembako," kata Ita
Mataku membulat, Ha? supermarket pesantren? tempat Hamdan bekerja?
"Harus kesana, ya ... " gumamku
Memang kalau dipikir-pikir, untuk belanja di waktu dekat ini solusi terbaiknya adalah di supermarket pesantren. Sebenarnya tak masalah meskipun aku pergi kesana, hanya saja aku malu jika nanti bertemu dengan Hamdan, malu karena kita sempat berada dalam satu grup chat waktu itu.
"Kenapa, Za?" tanya Ita
"Um ... Nggak papa, kok,"
Ita masuk ruangan lagi untuk memanggil Nina, begitu mereka keluar, kami langsung menuju ke supermarket.
"Belanja dimana, Mbak?" tanya Nina padaku
"Di supermarket ponpes"
"Wah, bisa ketemu Mas Hamdan dong," celetuk Nina sambil menyenggol lenganku
Duh! anak ini, kalau mau bercanda memang nggak tahu kondisi.
"Loh, emang kenapa, sih?" tanya Ita yang mulai terlihat penasaran
"Ini loh, Nina. Katanya kangen sama Hamdan," jawabku asal
"Loh! kok, Nina? nggak, ah! yang ada Nina selalu kesel kalau ketemu Hamdan!" keluh Nina dengan bibir mengerucut, aku terkekeh.
"Heh, ngelamak! " bentak Ita sambil mendorong Nina, hingga Nina hampir saja jatuh tersandung aspal.
"Aduh!" Nina mengusap jempolnya sambil berjalan.
"Nah, kan! langsung kena azab habis ngatain Hamdan, hahaha" aku tertawa
"Ya Allah, aku disia-siain melulu! udah capek jadi manusia, aku pengen jadi ubi aja!" keluh Nina lagi
"Pantas, sih kalau jadi ubi, wkwk. Emang kamu pendek," ujar Ita santai
"Kamu ini, sih! ketua osis kok, gak ada wibawanya. Terlalu cerewet!" kataku sambil mendekap Nina.
"Mbak nggak tahu, sih. Gimana nakalnya anak MTs kalau kegiatan, mereka banyak alasan terus"
"Makanya, kamu harus bisa menaklukkan mereka biar nurut!" kataku, kemudian mencubit hidung Nina.
Kami masih dalam perjalanan menuju supermarket. Jarak yang ditempuh memang lumayan jauh, MTs ada di belakang, sedangkan supermarket di depan.
"Kalau putra, sosialisasinya ba'da dhuhur, ya, Za?" tanya Ita
"Hu'um"
"Terus, sekarang mereka ngapain?"
"Tidur kali," jawabku ngasal
"Iya kali, ya. Ponpes putra sepi banget ini"
Saat ini kami memang tengah melewati ponpes putra, meskipun tidak benar-benar lewat di depannya, tapi dari kejauhan memang terlihat amat sepi.
Selang lima menit kita berjalan, akhirnya kita sampai juga di supermarket. Dari luar, nampak Hamdan tengah sibuk di meja kasir. Aku menghela napas panjang, agar tetap tenang.
"Hai, Bro!" sapa Nina pada Hamdan begitu kami memasuki supermarket
Hamdan langsung menoleh, "bra-bro-bra-bro, emang anak ini super ngelamak, ya"
"Siapa suruh, cari gara-gara dulu? siapa yang ngatain aku pendek waktu olimpiade?" tanya Nina sambil melotot pada Hamdan.
Hamdan hanya terkekeh dan melempari Nina dengan seplastik tissue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Playboy [END]
Romansa[Tamat Versi Wattpad✔] ~Khanza dan Risky "Jangan pernah berbohong atas nama cinta, karena yang namanya kebohongan, tidak pernah terlihat baik. " -Khanza- "Katakan, sebenarnya kamu menyukaiku atau tidak?" "Apa maksudmu?" "Sudahlah, katakan saja. Aku...