"Baiklah semuanya. Kita sudahi perkuliahan kita disini. Jangan lupa tugas laporan kalian minggu depan, jangan ada yang tidak mengumpul atau aku akan benar-benar memberi nilai yang sangat bagus untuk kalian." Seorang wanita agak tua dengan rambut yang digerai dan berkacamata tebal itu membereskan beberapa buku yang ada dimeja depan kelas dan menatap seluruh penjuru kelas. "Selamat siang." Ucapnya. Ia pun melangkah keluar kelas dan disambut dengan hela nafas panjang dari hampir seluruh mahasiswa yang ada diruangan itu. Professor Ahn benar-benar menakutkan. Ia tak segan memberi nilai jelek pada mahasiswa yang menurutnya kurang layak berada di kelasnya.
"Ah..." Mirae menghela nafas panjang seraya meregangkan tubuhnya beberapa kali. Yooran melakukan hal yang sama. Bahkan mendengarkan dosen itu berbicara saja bisa menguras hampir seluruh tenaganya.
"Aku lapar..." Keluh Mirae sambil memegangi perutnya. "Bagaimana kalau kita makan Jjampong?" Ajak Mirae. Matanya menatap kearah salju yang turun lewat jendela. Benar-benar cuaca yang pas untuk makan makanan pedas yang satu itu.
"Aku lelah." Sahut Yooran. "Aku ingin tidur." Gumannya lagi. Ia tidak bisa tidur semalam membayangkan kejadian mencekam yang ia alami di perpustakaan. Ditambah lagi dengan teror si pelaku adu jotos yang membuatnya semakin tidak bisa tidur. "Ya tuhan, semoga saja aku tidak bertemu dengan orang itu lagi."
"Yaa Yooran. Bagaimana dengan bukumu yang diambil oleh orang itu? Apa kau tidak akan mengambilnya kembali?"
Yooran menoleh sejenak, "Tidak." Jawabnya singkat. Ia langsung membereskan barang-barangnya dan memasukkannya kedalam tas. Ia ingin bergegas pulang ke asrama dan bertemu dengan bantal empuk kesayangannya.
"Ayo makan Jjamppong..." Rengek Mirae. Yooran memutar bola matanya tajam.
"Aku yang traktir." Lanjutnya. "Aku harus bertemu dengan Oppaku. Dia baru pulang dari Milan dan membawakan ku beberapa oleh-oleh darisana. Aku mengajaknya bertemu di restoran Jjamppong kesukaannya. Ayolah Yoorang... Aku tidak ingin pergi sendirian." Mirae mulai mengeluarkan jurus rengekan manja pada Yooran. Ia bahkan mengguncang-guncang lengan temannya itu agar mau ikut dengannya. Oleh-oleh dari kakaknya sangat penting. Ia tak ingin menunggu lama untuk hal itu.
"Pergilah sendirian Mirae. Kau bukan anak umur 6 tahun lagi yang harus ditemani kemanapun kan?"
Mirae cemberut. Bibirnya maju beberapa senti dari tempat aslinya. Ia juga masih memegang lengan Yooran dengan erat. Huufftt... benar-benar merepotkan.
"Baiklah. Tidak pakai lama." Yooran berdiri dari duduknya diikuti Mirae dengan wajah sumringah bak habis memenangkan lotre.
"Ayo..." Mirae menggandeng tangan Yooran keluar kelas. Yooran pasrah dengan keadaan. Apa boleh buat. Kasur dan bantalnya harus menunggu sedikit lebih lama lagi.
v
20 menit perjalanan menggunakan taksi dan sampailah mereka di restoran Jjamppong yang dimaksud Mirae. Mereka bergegas masuk menghindari salju yang turun siang itu. Mirae langsung celingukan mencari Oppanya dan seseorang dengan jaket coklat gelap melambaikan tangan pelan dari salah satu meja dipojok ruangan. Mirae langsung menarik Yooran mendekat. Mereka langsung duduk di depan kakak Mirae yang tampak sedang menikmati semangkuk besar Jjamppong dihadapannya.
"Mana oleh-oleh ku?" Tanya Mirae to the point.
Kakak Mirae, Kang Hajoon. Ia bekerja disebuah firma hukum ternama di daerah Gangnam. Ia seharusnya menjadi penerus perusahaan keluarganya sebagai anak tertua, namun ia lebih memilih untuk mencari jalannya sendiri. Sekarang beban itu ditanggung oleh Mirae. Perusahaan keluarga Mirae adalah perusahaan skala menengah dibidang industri mesin. Oleh sebab itu Mirae dipaksa mengambil jurusan bisnis agar bisa menjalankan perusahaan keluarganya kelak. Sungguh keluarga yang beruntung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spring Day |Kim Taehyung| [SELESAI]
FanfictionHidup Min Yooran sudah berantakan dari awal. Ia bosan dengan hidupnya. Terlalu lucu untuk dilabeli sebagai sebuah 'kehidupan'. Hanya satu keberuntungan yang ia miliki, Jeon Jungkook. Hidup Yooran memang tak berubah dengan adanya Jungkook disampingn...