Yooran menatap nanar pagar reyot dan berkarat yang ada didepan rumahnya. Ia menarik nafas dalam-dalam dan melangkah masuk kedalam dengan ragu-ragu. Ia mendorong pagar tua itu, suara decitan besi terdengar nyaring. Ia berjalan pelan dan berdiri memantung diambang pintu. Ia merapalkan beberapa doa dan mengetuk pintu tiga kali.
Yooran menggigit bibir bawahnya. Rasa gugup benar-benar menguasainya sekarang. Tak lama, pintu terbuka. Tampak Giseok dengan seragam sekolah rapi berada disana.
“Noona…” Remaja itu menatap Yooran heran. Yooran mengulum senyum manis dan segera masuk kedalam.
“Appa… Noona pulang.” Teriak Giseok seraya berjalan menuju meja makan. Tampak Appanya tengah duduk di salah satu kursi di meja makan menatap tajam kearah Yooran.
“Kau pulang?” Tanyanya. Pria gempal itu kembali fokus dengan ponsel jadul ditangannya.
“I-iya.” Jawab Yooran gugup. Ia mengambil posisi duduk disamping Giseok yang tengah melahap sarapan paginya.
Eomma Yooran muncul dari arah dapur, membawa secangkir kopi hangat untuk sang suami. Ia menatap Yooran dengan wajah sedikit terkejut.
“Kau pulang?” Tanya wanita itu sambil meletakkan kopi dihadapan suaminya. Ia kemudian duduk disamping Yooran dan mengumbar senyum hangat. Rambut wanita itu tampak sedikit semrawut.
Yooran tersenyum dan mengangguk cepat, “Eomma apakabar?”
“Eomma baik. Bagaimana denganmu? Oh ya, bagaimana kabar pacarmu? Eomma sangat ingin bertemu dengannya lagi. Sepertinya dia pemuda yang sangat baik.”
Yooran tersenyum kikuk. Ia mengutuk didalam hati atas kejadian memalukan waktu itu. Untung itu adalah Jungkook dan bukan orang lain. Jika tidak, mungkin ia segera menghabisi dirinya sendiri karena kehilangan harga dirinya.
“Dia bilang dia punya banyak usaha. Apa itu benar?” Pertanyaan sang Appa tiri membuat Yooran gugup. Pertanyaan murahan itu sungguh tidak pantas diutarakan.
“Iya. Ibunya memiliki beberapa usaha.”
“Kalau begitu, minta dia menikahimu segera. Dengan begitu kau akan memiliki masa depan yang cerah bersamanya.” Pria itu berkata dengan enteng sambil menyeruput kopinya sedikit.
“Yeobo… Jangan begitu. Yooran masih sangat muda untuk membahas hal seperti itu. Dia juga harus menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu.” Sergah Eomma Yooran dengan cepat sambil mengelus pundak Yooran dengan lembut.
“Aku berangkat dulu…” Giseok bangkit dan segera pergi meninggalkan meja makan. Yooran dengan segera menyusul Giseok kedepan rumah.
“Giseok-ah…”
Giseok menoleh kearah Noonanya itu. Ia menarik nafas panjang.
“Jangan turuti kata Appa kali ini. Appa hanya pusing karena sudah beberapa minggu tidak memiliki pekerjaan. Noona, mohon bersabarlah.”
Yooran sedikit kaget dengan kata-kata Giseok barusan. Entah sejak kapan bocah yang beranjak remaja itu mulai memerhatikannya. Ia tersenyum hangat kearah remaja yang notabene lebih tinggi darinya itu. Ia mengusap rambut Giseok pelan.
“Giseok-ah, jangan khawatirkan Noona. Belajarlah dengan giat.”
Yooran mengeluarkan dompetnya yang kini tampak tak usang lagi. Dompet pemberian Yoongi beberapa waktu lalu. Ia mengeluarkan 4 lembar uang 50 ribu won dan menyerahkannya pada adiknya itu.
Giseok sedikit terbelalak. Tidak biasanya Noonanya memberinya uang sebanyak ini.“Noona… Ini… Ini banyak sekali.” Giseok ragu menerima uang yang disodorkan Noonanya itu.
“Tidak apa-apa. Appa kan sedang tidak bekerja, dia tidak memberimu uang jajan kan? Gunakan ini semaumu. Tapi jangan terlalu boros, kau mengerti?” Yooran memasukkan uang kedalam genggaman Giseok dengan segera.
![](https://img.wattpad.com/cover/224774119-288-k691791.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spring Day |Kim Taehyung| [SELESAI]
FanfictionHidup Min Yooran sudah berantakan dari awal. Ia bosan dengan hidupnya. Terlalu lucu untuk dilabeli sebagai sebuah 'kehidupan'. Hanya satu keberuntungan yang ia miliki, Jeon Jungkook. Hidup Yooran memang tak berubah dengan adanya Jungkook disampingn...