Yooran keluar dari kamar mandi dengan handuk warna pink menyampir dipundaknya dan celana jeans serta kaos lengan panjang berwarna biru. Ia melihat Mirae yang masih tertidur memunggunginya dengan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.
"Kenapa dia belum bangun." Guman Yooran. Ia berjalan ke meja berlajar dan duduk dikursi coklat muda yang ada disana. Ia menatap jam kecil berwarna merah yang ada disana. 9.20 pagi. Mereka ada kelas jam 11 dan mereka bukan orang yang bersiap-siap dalam waktu yang singkat, terutama Mirae.
Yooran memutuskan berjalan kearah Mirae. Ia duduk ditepi ranjang dan mengguncang tubuh Mirae pelan.
"Mirae-ah... bangunlah. Kita ada kelas jam sebelas nanti." Panggil Yooran. Tidak ada sahutan dari Mirae. Hanya lenguhan kecil yang ia dengar.
"Mirae-ah... kau tidak ingin kita terlambat kan?" Yooran mencoba membangunkan Mirae lagi. Mirae hanya mengeluarkan lenguhan lemah dan sedikit serak. Yooran merasa sedikit aneh. Mirae bukan tipe orang yang akan mengabaikannya seperti ini.
"Mirae-ah." Yooran mulai khawatir. Ia menarik selimut Mirae dan membalikkan tubuh Mirae menghadap dirinya. Yooran terbelalak. Mirae tampak sangat pucat dengan keringat yang tampak membasahi dahinya.
"Ya tuhan Mirae, kau kenapa?" Suara Yooran sedikit gemetar. Ia langsung meletakkan tangannya di dahi Mirae. Ia bisa merasakan sensasi terbakar dan menyengat begitu menyentuh dahi sahabatnya tersebut.
"Mirae-ah." Yooran memanggil Mirae dengan perasaan khawatir. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia berjalan kearah meja belajar dan mengambil ponselnya. Sesekali ia mengalihkan pandangannya kearah Mirae. Tampaknya gadis itu kehilangan kesadarannya.
Yooran mengutak atik ponselnya dan menempelkan benda itu ketelinganya.
"Halo Oppa. Ini Yooran." Suara Yooran terdengar gugup dan gemetar.
"Mirae panas tinggi. Bisakah Oppa kemari? Jika tidak aku akan memanggil taksi dan membawanya kerumah sakit." Yooran berbicara dengan Hajoon di telpon.
"Yooran-ah, Tolong bawa ia kerumah sakit. Aku sedang mendampingi klien ku sekarang. Aku akan segera menyusul. Mohon bantuannya ya."
Yooran hanya diam dan langsung mematikan sambungan telponnya. Ia berjalan kearah Mirae dan membenarkan selimut yang ia tarik tadi.
"Mirae-ah, kau bisa dengar suara ku kan?" Yooran berusaha memastikan kondisi sahabatnya itu. Padahal kemarin malam ia masih sehat-sehat saja. Kenapa tiba-tiba bisa begini.
"Mirae-ah... sadarlah." Yooran menangis disamping Mirae. Ia bisa merasakan suara nafas Mirae yang terdengar berat. Hanya beberapa lenguhan kecil yang menyahut. Yooran menghapus airmatanya. Ia meraih ponselnya dan menelpon seseorang.
"Halo Jungkook. Kau ada kelas sekarang? Bisa bantu aku? Aku mohon..." Suara serak Yooran langsung memburu Jungkook dengan beberapa pertanyaan.
"Yaa... ada apa denganmu? Kau baik-baik saja?" Suara Jungkook tidak kalah cemas. Bagaimana tidak? Tiba-tiba Yooran menelponnya dengan suara serak khas orang habis menangis dan gemetar seperti dikejar hantu.
"Emm... bisakah kau ke asrama ku membawa mobilmu sekarang? Kumohon."
"Baiklah. Tapi kumohon jangan menangis. Aku akan segera kesana. Tunggu sebentar."
Sambungan telpon langsung mati. Yooran langsung mengambil jaket tebal Mirae dan langsung memakaikan nya kepada Mirae.
"Mirae-ah..." Panggil Yooran lirih. Airmatanya mengalir bebas membasahi pipinya. Ia sangat khawatir terjadi apa-apa dengan sahabatnya itu.
Drrttt... Drrttt...
Ponsel Yooran bergetar.
"Jungkook-ah..." Panggil Yooran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spring Day |Kim Taehyung| [SELESAI]
FanfictionHidup Min Yooran sudah berantakan dari awal. Ia bosan dengan hidupnya. Terlalu lucu untuk dilabeli sebagai sebuah 'kehidupan'. Hanya satu keberuntungan yang ia miliki, Jeon Jungkook. Hidup Yooran memang tak berubah dengan adanya Jungkook disampingn...