Hai author bulan sabit... 😝
Tiga hari berselang setelah acara nonton film dan makan beberapa jajanan kaki lima bersama Yooran. Hal sederhana yang bisa membuat Taehyung bahagia sampai berhari-hari.
Taehyung berada didalam kelasnya, mencoba menyaring dua-tiga kata dari dosen paruh baya yang ada di depan kelas. Sepuluh menit lagi pelajaran akan usai. Taehyung benar-benar ingin waktu cepat berlalu. Otaknya benar-benar tidak bisa menyaring apapun sekarang.
Sepuluh menit berlalu, dosen laki-laki dengan tubuh gempal berjalan meninggalkan kelas. Taehyung dan hampir semua penghuni kelas menghela nafas lega sembari merenggangkan tubuh dan otak mereka. Taehyung melihat kearah jendela yang berjarak 2 meter dari tempat duduknya. Salju tampak turun dengan sangat lebat. Benar-benar waktu yang tidak tepat untuk pulang kerumah. Beberapa mahasiswa tampak menyapa Taehyung sambil berjalan meninggalkan kelas. Suasana dingin diluar benar-benar membuat Taehyung tak ingin beranjak dari kelas dengan penghangat ruangan yang menyala tersebut.
"Taehyung-ah, kau punya acara akhir pekan ini?" Seorang pemuda menghampiri dan duduk disamping Taehyung. Namanya Park Jimin. Ia teman sekelas Taehyung dan teman dekatnya di kelas. Pemuda itu berperawakan tidak terlalu tinggi namun memiliki senyum yang imut dan menawan.
"Tidak. Bagaimana dengan mu? Bagaimana kalau kita bermain futsal? Sudah lama aku tidak merenggangkan otot-ototku ini." Taehyung merenggangkan ototnya beberapa kali.
"Haahhh... Ujian sebentar lagi. Sangat menakutkan." Jimin menghela nafas. Jimin benci ujian. Akan lebih baik kalau ujian dihapuskan dari muka bumi ini sehingga dia bisa bermain sepuasnya tanpa harus memikirkan sulitnya ujian yang kini menghitung minggu.
Taehyung tersenyum lebar, "Cepatlah kau tamat dari kampus ini. Jadilah menteri pendidikan dan segera hapuskan ujian dari Korea ini."
Jimin ikut tertawa. Itu adalah topik yang sering ia dan Taehyung bahas sejak dulu. Seandainya saja ujian itu dihapuskan, mungkin ia sudah mendapat nilai A+ disemua pelajaran.
Jimin meraih sebuah buku berwarna coklat yang tergeletak dimeja. Ia membuka dengan cepat buku itu. Sebuah foto berukuran kecil jatuh kelantai dari dalam buku itu. Dengan cepat Jimin memungutnya dan memerhatikannya dengan seksama.
"Foto siapa ini?" Jimin bertanya sambil menyodorkan foto yang sudah tampak usang itu kepada Taehyung. Taehyung juga memasang wajah bingung. Ia mengambil foto itu dan memerhatikannya dengan serius. Ia melihat kearah belakang foto. Tampak tulisan, 'The Most Beautiful Moment Ever'.
"Ini bukan dirimu kan?"
"I-ini, milik teman ku. Ini buku temanku." Taehyung mengambil buku yang ada ditangan Jimin dan mengembalikan foto itu kembali kedalam buku. Ia dengan segera membereskan peralatannya yang masih ada dimeja dan beranjak pergi.
"Aku duluan ya Jimin. Sampai bertemu besok." Taehyung meninggalkan kelas dengan terburu-buru. Jimin yang ditinggal sendirian didalam kelas hanya diam menatap Taehyung yang menghilang dari balik pintu. Ia hanya menggaruk kepalanya lalu ikut keluar dari kelas itu.
v
Kim Taehyung telah menunggu di depan gedung fakultas administrasi bisnis selama hampir 1 jam. Ia tidak bisa menghubungi Yooran ataupun Mirae. Ia memutuskan untuk menunggu Yooran dan Mirae di gedung itu. Ia duduk di bangku yang ada di dekat mesin minuman. Ia terus mengutak-atik ponselnya dan berharap salah satu dari gadis-gadis itu menjawab telpon darinya.
"Kemana para gadis itu?" Taehyung mulai kesal. Hari sudah semakin sore dan perutnya yang belum terisi terus meronta pada pemuda itu untuk segera mencari makanan.
Taehyung menoleh ke kanan-kiri berharap ada sesosok orang yang ia cari. Ia menenggak minumannya, sudah kaleng yang kelima. Kebetulan sekali ia duduk di dekat mesin minuman, ini sekaligus sebagai pengobat rasa bosan. Beberapa kaleng soda tampak tergeletak di dekatnya. Ia kembali menyapu pandangan ke gedung kampus itu. Banyak orang yang lalu lalang di hadapannya namun gadis itu masih belum muncul. Mungkinkah dia tidak ada kelas hari ini?
Yooran baru saja keluar dari kelasnya dan berjalan di koridor kampus. Ia ingin segera pulang hari ini. Tubuhnya terasa remuk redam. Semangatnya telah hilang semua sejak pagi tadi. Ia menghentikan langkah mendapati sesosok makhluk yang ia kenal tengah menenggak minuman bersoda dan fokus pada ponselnya. Yooran mengernyit bingung. Tidak mungkin pemuda itu salah gedungkan?
Yooran berjalan menghampiri Taehyung, "Taehyung-ssi." Sapanya.
Taehyung terlonjak kaget dan seketika menarik nafas lega. Akhirnya penantian yang membosankan berakhir juga. Ia memasukkan ponsel kesakunya dan berdiri dari duduknya.
"Aku mencoba menghubungi mu lusinan kali, kenapa kau tidak mengangkat telpon ku?"
Yooran dengan cepat mencari ponsel di tas berwarna biru yang tersampir dipundaknya. Ia melihat nama Kim Taehyung disana, 41 panggilan tidak terjawab. Yooran tersenyum kikuk, "Maaf, aku tidak menyalakan nada dering jika sedang di kampus."
Taehyung memutar bola mata kesal. Mungkin jika Yooran tidak muncul ia akan segera menelan mesin minuman yang ada disampingnya. Menunggu bukanlah sesuatu yang mudah dan menyenangkan.
"Tapi, kau ada perlu apa mencariku?"
Taehyung mengambil buku berwarna coklat dari dalam tasnya dan mengulurkan itu pada Yooran.
"Ini milikmu kan?"
"Ku kira kau tidak ingin mengembalikannya." Celetuk Yooran. Dengan cepat Taehyung menarik kembali buku itu tepat sebelum Yooran meraihnya. Wajahnya terlihat sangat kesal. Satu jam menunggu, bahkan gadis itu tidak mengucapkan terima kasih padanya.
"Bukankah kau harusnya berterima kasih padaku?"
"Kenapa aku harus berterima kasih? Kau yang mengambil buku ini tanpa seizinku. Dasar kau ini."
"Yaa... Kau ini." Taehyung berkacak pinggang dan menatap sinis pada Yooran.
"Kembalikan!" Yooran mencoba meraih buku itu. Namun Taehyung mengangkat tangannya tinggi-tinggi sehingga Yooran melompat kecil untuk meraihnya. Taehyung tersenyum jahil. Gadis pendek itu tidak akan bisa mengambil buku dari tangannya walaupun ia melompat setinggi yang ia bisa.
"Yaa... Kembalikan!" Suara nyaring keluar dari bibir Yooran. Pemuda ini benar-benar keterlaluan!
"Yooran-ah." Suara bariton memecah 'pertarungan sengit' mereka. Namjoon dengan beberapa buku tebal ditangannya menghampiri Taehyung dan Yooran. "Ada apa ini?" Namjoon menatap curiga pada Taehyung.
"Tidak, tidak ada apa-apa Sunbae."
Namjoon tidak memercayai hal itu begitu saja. Ia melihat ke arah buku yang menjadi bahan perebutan kedua orang itu, "Itu milikmu?" Tanya Namjoon.
Taehyung mulai terusik dengan kehadiran Namjoon. Momen menyenangkan yang baru saja ia dan Yooran lakukan terganggu dengan hadirnya pemuda jangkung itu.
"I-Iya." Yooran menjawab ragu-ragu. Ia tidak ingin terjadi salah paham antara Namjoon dan Taehyung. Ia tidak ingin ada sesi baku hantam seperti yang terjadi di perpustakaan tempo hari.
"Kembalikan." Pinta Namjoon. Taehyung dengan wajah kesal tidak bereaksi sama sekali. Ia hanya menarik nafas beberapa kali dan menatap kesembarang arah. Melihat sikap Taehyung, Namjoon langsung menarik paksa buku itu dari tangan Taehyung. Selembar foto langsung meluncur dari selipan buku dan terjatuh di dekat sepatu Namjoon. Namjoon dengan wajah yang ikut kesal membungkuk dan mengambil foto itu. Sejenak, ia terdiam dan memandangi foto itu lalu melihat wajah Yooran yang tampak melotot dan berkomat-kamit pada Taehyung.
"Ada apa?" Yooran yang memerhatikan mimik aneh Namjoon langsung melihat kearah foto yang ada di tangan sepupunya itu. Ia mencoba mengambilnya dari tangan Namjoon namun dengan cepat Namjoon menghindar dan menyembunyikan foto itu dibelakang tubuhnya.
"Sunbae, kumohon kembalikan." Yooran berjalan maju berusaha mengambil selembar foto itu namun lagi-lagi Namjoon menghalanginya. Wajahnya berubah marah. Yooran yang melihat perubahan aura Namjoon langsung mengalah. Ia mundur beberapa langkah dan berlari meninggalkan Namjoon dan Taehyung.
Taehyung menatap sinis pada Namjoon dan berlari kecil menyusul Yooran.
"Apa yang kau pikirkan, Yooran?" Bisik Namjoon sambil memandangi foto itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spring Day |Kim Taehyung| [SELESAI]
FanfictionHidup Min Yooran sudah berantakan dari awal. Ia bosan dengan hidupnya. Terlalu lucu untuk dilabeli sebagai sebuah 'kehidupan'. Hanya satu keberuntungan yang ia miliki, Jeon Jungkook. Hidup Yooran memang tak berubah dengan adanya Jungkook disampingn...