SEBELAS

240 26 7
                                    

Setahun lalu...

Festival musim semi di kampus baru saja berakhir. Masing-masing departemen mungkin tengah merayakan kesuksesan stand dan proyek mereka di bar dan café-café dekat kampus. Festival kampus memang yang selalu di tunggu dan meriah setiap tahunnya. Semua departemen terlibat dengan ide dan kreatifitas masing-masing. Ada yang menjual makanan, barang- barang unik sampai jasa-jasa unik yang bisa mahasiswa dapatkan. Acara seperti ini berlangsung hingga malam hari. Harusnya Yooran berada di sebuah café ternama di dekat kampus bersama teman-teman dan senoirnya. Sebagai seorang mahasiswa baru harusnya Yooran berada di sana untuk menghargai para seniornya. Tapi tadi ia bertemu Jungkook dan mengajaknya ketaman bermain. Ia tidak bisa menolak. Ia lebih memilih menghabiskan waktu bersama Jungkook daripada datang kepesta dengan hiruk-pikuk yang tidak terlalu Yooran sukai.

"Hoseok sunbaenim pasti sedang mencariku sekarang. Haaa... Untung aku mematikan ponsel ku." Guman Yooran. Ia tampak asyik menatap langit malam yang hitam pekat tanpa bintang.

"Bagaimana rasanya memiliki ayah?" Jungkook menatap kearah Yooran yang asik dengan ayunannya. Jungkook hanya mengayun kecil sambil menyeruput susu pisang ditangannya. Taman bermain tampak lengang. Hanya ada mereka berdua di ayunan dan seorang tukang sampah yang tengah mengerjakan tugasnya berjarak beberapa meter dari mereka.

"Entahlah. Aku tak terlalu ingat. Aku juga tidak ingin mengingatnya. Tapi karena kita teman, aku akan menceritakannya padamu." Yooran mulai mengurangi laju ayunannya dan menatap Jungkook intens.

"Punya ayah itu seperti punya sayap pelindung, ratusan tentara yang siap mati untukmu, dan mungkin malaikat dengan sayap besar yang akan menjagamu dari apapun. Ayah memang tidak sedekat ibu atau memiliki kelembutan seperti ibu, tapi ayah memiliki cara tersendiri memberikan kasih sayang pada anaknya. Ia tidak pernah mengomel seperti yang ibu lakukan. Ia tahu, semua yang anaknya lakukan adalah sebuah proses untuk tumbuh dan berkembang menjadi seorang yang lebih dewasa. Ia hanya mencoba memperingati anaknya tentang resiko apa yang akan dia hadapi jika mengambil tindakan ini. Ayah juga seseorang yang akan memastikan bahwa hidupmu akan baik-baik saja tanpa kekurangan satu apapun."

"Kau tahu, dulu saat aku masih kecil, ayahku sering pulang dan membawakan hadiah untuk aku dan kakakku. Baju, buku dongeng, tas, sepatu. Saat kami menerima rapor, ayah akan selalu membawa kami ke restoran bagus untuk menghargai kerja keras kami terlepas kami juara atau tidak dikelas. Ulang tahun adalah hal yang paling istimewa. Akan ada tumpukan hadiah, kue dan makanan favorit kami dimeja. Hanya kami berempat. Ayah, ibu, kakakku dan aku." Yooran mencoba menahan airmatanya. Ia mengayun lebih kencang dari sebelumnya. Jungkook yang berada disampingnya hanya diam.

"Kau pasti sangat bahagia dulu." Gumannya.

"Dulu Jungkook. Itu dulu."

"Kau pasti merindukan semua itu, iya kan Yooran?"

"Apa kau juga merindukan ayahmu Jungkook? Aku pernah menonton sebuah film dan salah satu dialognya seperti ini, 'Kau tidak akan merindukan sesuatu yang tidak pernah kau miliki sebelumnya.' Apa kau juga merindukan ayahmu? Kau bahkan tidak tahu bagaimana wajahnya."

Jungkook diam. Ia ikut mengayunkan ayunannya dengan kencang. Ia menatap kelangit, berharap tak setetespun airmata jatuh kepipinya.

"Aku rindu ayahku, kakakku, kehidupanku, semua yang kumiliki dulu. Untuk anak berusia 10 tahun, aku telah menjalani banyak fase kehidupan saat dulu ayah meninggal. Aku rasa kau juga merasakan hal yang sama, hanya saja caranya berbeda. Iya kan Jungkook?"

"Ibu mu pasti sangat kuat bisa menanggung beban itu sendirian. Mengurus dan membesarkanmu sebagai ibu tunggal, mencari nafkah, menjaga dan merawatmu. Kau harus bersyukur memiliki rumah dan ibu sebagai tempat berlindung." Lanjut Yooran.

Ayunan Jungkook perlahan memelan. Jungkook tertunduk dengan bahu yang terguncang-guncang dan isakan kecil yang keluar dari bibirnya. Airmata mengalir deras dari pipinya, membasahi tanah yang ada didekat kakinya.

Yooran terdiam. Mungkin ini adalah beban yang harus Jungkook keluarkan selama 19 tahun. Jungkook tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Ia bahkan tak punya selembarpun foto ayahnya. Ia sering bertanya kepada ibunya, namun ibunya hanya menjawab seperlunya seperti nama ayahnya dan dimana dulu mereka bertemu. Selebihnya, Jungkook hanya bisa menebak-nebak dan berimajinasi. Ia ingin bertemu ayahnya walau hanya sekali. Memanggil 'Ayah' dengan bibirnya dan melihat pria yang ia maksud dengan mata kepalanya. Tidak hanya sekedar membayangkan seseorang pria paruh baya seperti yang biasa ibunya ceritakan padanya.

Yooran bangkit dari ayunan berwarna coklat itu. Ia berdiri tepat didepan Jungkook dan memeluk pemuda itu. Isakannya membuat hati Yooran pedih. Ia mengusap pelan rambut Jungkook. Tak terasa airmata menetes pelan dari pelupuk matanya. Ya tuhan... ini sakit sekali.

"Jungkook-ah... Semua akan baik-baik saja. Kau punya aku disini." Ucap Yooran lirih.

My Spring Day |Kim Taehyung| [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang