#2

21 9 1
                                    

Sekarang semua anak-anak sedang fokus dengan pelajaran, gak semuanya sih.

Setelah kejadi perkenalan yang tertunda pagi tadi dikarenakan guru bp yang tiba-tiba datang, seluruh murid dipaksa untuk masuk kelas, termasuk kyra dan kawan-kawannya.

Kyra sempat emosi dan ingin melaporkan guru itu pada bapaknya aka kepala sekolah, tapi baru saja ia ingin melapor, kyra dapat kabar kalau raka sekelas sama dia ditambah guru yang saat itu sedang mengajar mempersilhkan raka untuk duduk di sampingnya

Didalam kelas

"Raka.. Lo kan udah tau nama gue, gue jg udah tau nama lo, mau keliling sekolah bareng gue gak?" ajak Kyra

Raka tidak memberikan jawabanny, membuat kyra sedikit kesal tapi, bukan kyra namanya kalo gak bisa ngajak cowok jalan bareng walaupun cuma keliling sekolah

"disekolah ini ada tradisi kalau anak baru harus keliling sekolah supaya gak bingung nanti dan pastinya biar lebih akrab dengan murid-murid disini.. Gmn mau keliling sekolah bareng aku gak?"

Gak ada jawaban membuat kyra rasanya ingin memukul wajah tampan Raka

Saat istirahat pun Kyra masih berusaha mendekati Raka, disetiap kesempatan Kyra selalu berusaha agar Raka mau melihat Kyra walau hanya sedikit saja

Kyra bahkan mencoba beberapa hal yang mungkin sedikit aneh, seperti sengaja membuang buku catatannya agar dia bisa meminjam buku catatan Raka, menumpahkan minuman bahkan kuah bakso di seragamnya, jatuh tiba-tiba di hadapan Raka, bahkan sengaja ngejadiin raka penjaga UKS agar Kyra bisa memandang wajah Raka seharian saat dia istirahat di UKS.

Dua minggu berlalu Raka masih belum memberika respon apapun, perilakunya masih sama seperti saat dia pertama kali datang ke sekolah, hal itu membuat Kyra merasa bosan dengan respon Raka yang seperti itu saja

Hingga saat Kyra memutuskan untuk to the point pada raka. Namun baru saja Kyra ingin berbicara bel pulang tiba-tiba berdering, mendengar suara itu semua murid langsung bergegas merapikan bukunya dan berjalan keluar, sama halnya dengan raka, dalam sekejap mata dia sudah keluar dari pintu kelas.

Hal itu membuat kyra membuang nafas kasar lalu bersender dikursinya dan berkata dalam hati "SEHARIAN INI LO NGAPAIN AJA SIH KYRA!!!"

Melihat tingkah sahabatnya Darel dan Gavin berdiri dari kursinya dan menghampiri kyra. Gavin segera duduk disamping kyra sejangkan Darel bersandar di tembok

"Kyra mana sih?" kata gavin sembari melihat ke atas

Kyra tak menjawab apa-apa, dia malah menatap sinis Gavin

"Kyra yang gue kenal itu ceria, gak tau malu, soal ngedapatin cowok..."

Belum sempat Gavin melanjutkan kata-katanya, Kyra memotong ucapannya "Dia bukan cowok biasa"

Kyra berhenti sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu

"gue gak pernah lihat ada cowok yang hatinya setebal es di Arktik dan sedingin Nebula Bumerang" lanjut kyra dengan wajah memelas dan sedikit marah

"baru juga 2 minggu masa lo langsung nyerah? Gimana sih!" tanya Gavin sambil memukul tangan kyra

"aw.. Sakit tau.." kata kyra sambil mengusap-usap tangannya yang dipukul

"gue bukan nyerah.. Cuma.. Ngerasa gak bisa aja" kata kyra lirih

"emang ada yang gak bisa di lakuin seorang Kyra?" tanya Gavin sambil mengangkat alis dan ujung bibirnya

Kyra yang melihatnya seperti mendapat semangat kembali, dia kemudian berdiri dari kursinya dan hendak keluar kelas, baru saja ia akan keluar, langkahnya tertahan ia berbalik lalu melihat ke arah Gavin dan Darel

"lo berdua gak laper?" tanya kyra

Gavin dan Darel hanya tersenyum tipis tanpa menjawab apa-apa, sesaat kemudia mereka ikut keluar bersama dengan kyra dan pergi bersama teman-teman mereka yang lain

Saat pulang sekolah, Kyra mentraktir teman-temannya di tempat nongkrong mereka biasanya

Disaat seperti itulah Kyra selalu merasa menjadi dirinya sendiri, dan mungkin itulah yang dirasakan semua orang ketika bersama dengan sahabatnya

Hari mulai gelap, kyra dan teman-temannya memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing

Sampai dirumah Kyra langsung menuju ke kamarnya, dia bergegas mencari sesuatu di laci mejanya, terlihat nafas Kyra yang tidak teratur dan detak jantungnya semakin cepat seiring waktu.

Baru saja ia akan membuka pintu kamar, ayahnya sudah berada di sana dan membawa beberapa botol obat dan segelas air di tangannya

Tak butuh waktul lama, Kyra mengambil obat-obatan di tangan ayahnya dan segera menelannya. Ayahnya terus memperhatikan Kyra sembari menunggu kyra sedikit tenang

Setelah ayahnya merasa Kyra sudah baik-baik saja, dia mulai membuka suara "Gak ada alasan lagi! Besok kamu ikut ayah check-up ke singapore"

Kyra yang mendengar perkataan ayah seketika berdiri dari kursinya

"Lagi?! Kata ayah yang kemarin itu terakhir kenapa harus pergi lagi?!" tutur kyra sedikit membentak

"karena kamu gak pernah dengerin kata ayah! Tiap hari ayah bilang jangan lupa minum obat, jangan banyak tingkah, istirahat! Tapi kamu gak pernah denger!" jelas Ayah Kyra berusaha menahan emosinya

"kenapa aku harus ngelakuin itu semua lagi?! Kata dokter setelah dapat jantung baru aku bisa hidup normal lagi kan? Terus sekarang kenapa harus kayak gini lagi?"

jantung kyra yang semakin cepat membuat dadanya terasa sakit, hal itu membuat kyra memegang tangannya sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain

Kyra yang melontarkan pertanyaan bertubi-tubi membuat ayahnya terdiam dan menarik nafas sangat panjang, berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri

"oke ayah gak akan paksa kamu tapi ayah gak mau tau Kalo terjadi sesuatu sama putri ayah!" ucapan ayahnya menggantung seperti ingin mengucapkan sesuatu yang sangat susah untuk diutarakan

"...jangan harap jantung ayah bisa berdetak lagi"

Setelah mengatakan hal itu, ayahnya keluar dan menutup pintu dengan kasar sejangkan kyra hanya bisa terus menenangkan dirinya

Kyra kemudian beranjak ke balkon kamarnya, tempat dia bisa menghirup udara segar sebebas yang dia mau

Ia melihat bintang-bintang yang bertebaran di langit, mencoba menghitungnya namun tak bisa

Bintang dilangit terlalu banyak untuk di hitung satu persatu.

Banyak bintang yang hari ini ada dan besoknya menghilang walau sebenarnya mereka tetap berada di sana, berdiam diri di tempat mereka berada.

Kyra Adhisty yang berarti matahari, membuat kyra sering berpikir apakah ia pantas mendapatkan nama itu?

Rasanya Kyra lebih cocok dengan gelapnya malam.. Karena hanya disanalah kyra dapat mencurahkan isi hatinya

Menceritakan kisahnya pada bulan. Bersama bintang-bintang yang menjadi saksi bisu keadaannya.
.
.
.
.

Jangan lupa vote and komen ya guys:)
Sorry kalo banya typo:D
Thankyou<3

Cold HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang