[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]
Minhee menyeka air matanya yang jatuh lalu membenamkan wajahnya di atas bantal setelah ia masuk ke kamar, mengunci pintu dan menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Perasaannya kalut, ia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Mengenal Yujin sejak anak itu lahir, baru kali ini ia merasa sesakit ini karena kelakuan anak itu.
Sebelumnya, entah apa yang dipikirkan adiknya itu, sejak ia masuk SMA dan dikirim orang tua mereka untuk melanjutkan pendidikan ke luar kota, adiknya itu sudah tidak sama lagi dengan yang ia kenal sebelumnya. Yujinnya berubah, adik kecilnya tidak sama lagi dengan yang dulu.
Ia tidak tahu apa yang terjadi pada gadis itu, tapi sejak saat itu Yujin sering kali menunjukan ketidaksukaannya padanya.
Mereka bersaudara, bersama sejak bayi dan saling menyayangi. Tapi, sejak saat itu, Yujin seperti menganggapnya orang asing yang kehadirannya sama sekali tidak penting di rumah mereka.
Minhee sakit?
Jelas!
Memangnya apa salahnya sampai adiknya memperlakukannya seperti itu?
Tapi, rasa sayangnya pada gadis itu lebih besar dibanding apapun. Mereka bersama dua belas tahun sebelum Minho hadir. Ia menjaga gadis itu dengan sepenuh dirinya sejak mereka masih kecil.
Lalu, kenapa Yujin bisa memperlakukannya seperti itu?
Bahkan Junho, Minkyu dan Wonjin menjaganya dengan hati-hati. Lalu, kenapa orang yang ia jaga justru menyakitinya?
Minhee menyayangi Yujin. Sangat.
Tapi, ia kecewa. Sudah terlanjur. Bahkan air mata yang Yujin keluarkan setelah semua yang ia katakan pada gadis itu, rasanya sama sekali tidak memberikan efek apapun padanya.
Tok tok tok...
Minhee mengangkat wajahnya lalu menatap pintu kamar yang baru saja diketuk dari luar. Itu pasti ayah atau bunda. Setidaknya, ia harus mendengar siapa di luar sana sebelum membuka pintu untuk orang itu.
“Dek?”
Dek?
Sejak kapan ia jadi adek di rumah?
Tunggu dulu!
Itu bukan suara ayah atau bunda.
“Kamu mau ketemu sama orang lain atau gak? Kalau gak, kasih tahu, ya. Kakak cuma mau pastiin kalau kamu baik-baik aja.”
“Kak Yunseong...”
Astaga! Kenapa Minhee bisa lupa jika ia punya pacar bernama Hwang Yunseong yang memanggilnya dengan sebutan ‘adek’?
Pemilik marga Kang itu akhirnya beranjak dari posisinya. Ia lalu mengusap kasar wajahnya—agar tidak terlihat begitu berantakan di mata Yunseong—dan segera berjalan menuju pintu. Ia lalu mengukir senyum terbaik sebelum mengulurkan tangan untuk meraih knop dan membuka pintu kamarnya.
Ada Yunseong di sana. Menatapnya dengan tatapan lembut yang sarat kekhawatiran.
“Kalo orang lainnya kakak, aku mau, kok,” pemilik marga Kang itu lalu berucap pelan kemudian melebarkan senyumnya begitu saja. Sebuah senyum paling manis yang pernah Yunseong tahu, membuat lelaki Hwang itu secara alami ikut merekahkan senyumnya untuk membalas senyum si manis.
“Masuk yuk, kak.”
Yunseong mengangguk, lalu masuk ke dalam kamar Minhee sebelum yang lebih muda menutup pintu kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THE JOURNEY || HwangMini
FanfictionBefore and After PKL Kang Minhee, Hwang Yunseong and their journey. bxb