21 🍀 Bodoh dan Goblok

945 171 16
                                    

[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]



















Junho mengerutkan keningnya saat ia tengah meletakan plastik berisi bumbu dapur yang dipesan Wonjin—untuk acara bakar-bakar mereka hari ini—dan matanya malah menangkap Minhee yang duduk bengong di gezebo di taman belakang rumah Wonjin. Pemilik marga Kang itu hanya diam di sana sejak ia datang dan sama sekali tak bergerak—bahkan ketika Junho mengajaknya untuk ikut berbelanja tadi.

Wonjin sendiri sedang menyiapkan beberapa bahan di dapur bersama ibunya sedangkan Minkyu tengah sibuk menyiapkan panggangan. Tapi, Minhee seperti patung. Ia seperti tidak punya semangat hidup sama sekali.

“Heh, kenapa lo?”

Junho mengajukan sebuah pertanyaan sambil mengibaskan tangannya di wajah Minhee. Tapi, pacar Hwang Yunseong itu seperti tidak melihat sama sekali apa yang bergerak di depan wajahnya. Ia hanya mengerjap sekali dan tetap pada tatapan melamunnya.

“Min, woy!!”

Junho menoyor kening Minhee, membuat si manis Kang itu mengerjap sekali sebelum menoleh dan menatap Junho dengan tatapan malasnya. Heh, ada apa ini? Kenapa Minhee tidak bereaksi apa-apa? Biasanya apapun yang Junho lakukan selalu membuatnya punya hasrat untuk mengajak lelaki itu baku hantam. Lalu, apa ini?

“Lo kenapa, anjir?” tanya Junho tidak santai—sedikit khawatir juga karena sahabatnya tidak seperti biasa, “Tumben banget diam gini?”

Minhee tak langsung menjawab pertanyaan Junho. Ia terlihat menghembuskan napas berat sebelum mengalihkan tatapannya dari Junho dan kembali menatap halaman belakang rumah Wonjin, “Jun, gue galau.”

Hah?

Galau?

Kang Minhee?

Yang benar saja?

“Apaan galau?” Junho belum mengajukan pertanyaan tentang apa yang baru saja Minhee katakan, tapi Minkyu sudah lebih dulu mengajukan pertanyaan itu. Si Kim itu sudah selesai dengan pemanggangnya dan ia datang bersama Wonjin yang sudah keluar dengan bahan-bahan untuk acara bakar-bakar mereka.

“Karna masalah kemarin?” celetuk Wonjin sambil meletakan barang bawaannya di dekat Minhee.

Si manis lalu menoleh dan menatap ketiga sahabatnya bergantian, “Bodo amat sama Yujin, gue udah gak peduli lagi sama dia,” ucapnya kemudian—sukses membuat Minkyu menyentil keningnya.

“Apaan sih? Sakit, bodoh!”

“Adek lo itu!”

Minkyu menjawab santai lalu membantu Wonjin membawa daging dan jangung untuk dipanggang. Membuat Minhee mendengus begitu saja.

“Ya emang adek gue,” sahut Minhee begitu saja. Ia kini membuka plastik yang dibawa Junho tadi dan jadi mendengus ketika melihat isinya, “Siapa juga yang bilang dia adek lo.”

“Ya jangan dendam dong, sayang,” Wonjin yang menjawab ketika ia kembali ke gazebo.

“Gak dendam, gue cuma udah males aja sama dia. Jadi orang kok tolol banget.”

“Tapi, serius anaknya lo hantam?” tanya Junho sebelum melangkah mendeketi Minkyu di depan panggangan sana.

“Gue tampar,” sahut Minhee acuh, “Cape banget bilangin tuh bocah. Otaknya udah dimakan setengah sama anjing kali. Ayah kalo gak keras sama dia, biar gue aja yang bagian hantam-hantaman.”

“Ck, otak lo!” Wonjin menoyor Minhee dan itu membuat si manis mendengus tidak senang.

“Jadi, bukan Yujin yang buat lo drama sok galau?” Minkyu mengajukan pertanyaan membuat Minhee dan Wonjin menoleh padanya.

[2] THE JOURNEY || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang