[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]
“Keluar yuk, kak. Aku mau lagi masa.”
Yunseong melotot tak percaya begitu Minhee mengucapkan dua kalimat tadi dengan bibir yang mencebik ke bawah. Ini Minhee serius? Astaga, Yunseong juga mau. Hahahaha....
“Bo...”
Yunseong sudah akan mengiyakan ucapan si manis, tapi ia urung bahkan ketika satu kata yang akan diucapkan belum ia selesaikan. Lelaki Hwang itu lalu menatap si manis yang kini sudah mengerjab lucu dalam rangkulannya.
“Bilang apa kamu?”
Lalu, ketika ia mengajukan pertanyaan itu, si manis langsung memukul pelan dadanya dengan wajah yang kembali merengut tak senang.
“Kak ih, tadi udah mau bilang boleh.”
“Siapa yang mau bilang boleh?”
“Ya, kakak,” Minhee menjawab dengan cepat, “tadi tuh udah ‘bo’, tinggal tambah ‘leh’. Kenapa malah nanya lain lagi sih?”
Lalu jawaban beserta pertanyaan yang diberikan Minhee setelah itu membuat Yunseong berdecak kecil sebelum menyentil pelan kening yang lebih muda, “kamu tuh kalo ngomong suka gak mikir dulu. Malah otaknya makin gak dipake.”
“Apa sih, kak? Aku gak ngerti,” sementara si manis makin merengut pada posisinya. Ia sama sekali tak mengerti apa yang tengah Yunseong bicarakan, “lagian persoalan kita tuh cuma kakak bilang ‘iya’ atau ‘gak’. Udah beres. Gak usah dibikin ribet kenapa sih?”
“Yang begini nih,” Yunseong lalu menjawab cepat. Jari telunjuknya ia bawah untuk mengetuk-ngetuk kening Minhee yang jelas langsung ditepis oleh si manis, “kapan pintarnya kalo jalan pikiran kamu kayak gitu?”
“Aku udah pintar, ya! Kakak aja yang terlalu ribet pikirannya,” si manis menyahut cepat, “kalo bisa sederhana kenapa harus ribet?”
“Tapi sederhananya kamu tuh yang nanti bikin ribet, dek.”
Jawaban Yunseong membuat Minhee mendengus. Si manis lantas mencibir sebelum melepas rangkulan Yunseong. Wajahnya sudah kembali merengut dan ia kini menjauhkan diri dari yang lebih tua.
“Apa sih? Aku cuma ngajak kakak keluar aja, kok jadi gak jelas gini? Kalau kakak mau, bilang iya. Kalau gak, gak. Udah beres. Mau apa sih?”
Lalu, setelah berucap demikian, ia memalingkan wajahnya dari Yunseong—menatap ke arah lain. Ia lalu menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa dengan kedua tangan yang terlipat di dada.
Oke.
Kang Minhee ngambek mode on.
Yunseong sendiri hanya menghela napasnya ketika melihat pacarnya sudah dalam mode ngambek. Sebenarnya, ini pertama kalinya ia melihat si manis ngambek. Sebelumnya, bocah itu tak pernah seperti ini. Bahkan dengan ketiga sahabatnya sekalipun. Yunseong ingat—dari cerita Junho dan Minkyu—bahwa si mania jarang seperti ini bahkan nyaris tidak pernah. Jika ia kesal atau apapun yang ia rasakan maka ia akan mengungkapkan semuanya.
Tapi, ada beberapa hal yang ia pikirkan terkait ajakan si manis tadi. Bohong jika ia tidak mau mengiyakan ajakan Minhee. Hanya saja...
“Besok kamu pulang loh, dek. Udah selesai packing?”
“Ngapain nanya-nanya aku udah selesai packing?” si manis balik bertanya dengan ketus.
Yunseong melirik si manis, Minheenya masih menatap ke arah lain. Membuat tangan lelaki itu lantas terulur meraih lengan pacarnya dan menariknya lembut, “ngambeknya kok lucu sih, dek? Deketin sini coba, kakak mau cium.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THE JOURNEY || HwangMini
Fiksi PenggemarBefore and After PKL Kang Minhee, Hwang Yunseong and their journey. bxb