[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]
“Mereka kok bisa saling kenal? Terus gimana hubungan mereka?”
Yunseong tersenyum kecil ketika melihat pacarnya mengajukan pertanyaan tadi sambil menatapnya penasaran. Si manis itu terlihat benar-benar penasaran dengan apa yang baru saja ditanyakannya.
“Kamu emang gak dikasih tahu?”
“Kan tadi aku bilang gitu, kak,” si manis menjawab cepat sebelum memasukan potongan roti ke dalam mulutnya, “mereka gak nasih tahu aku. Pada sibuk cerita sendiri. Aku kayak orang bego banget tadi dengerin mereka. Bentar, kak.”
Lalu, si manis beranjak dengan cepat dari posisi duduknya. Yunseong tidak tahu apa yang bocah itu lakukan. Layar ponselnya saat ini hanya menampilkan langit-langit pada dapur rumah Minhee. Lalu, beberapa saat kemudian ia mendengar bunyi piring yang beradu dengan sendok, beberapa suara lain sebelum layar ponselnya kembali menampilkan wajah manis sang pacar.
“Kamu ngapain?” Yunseong mengajukan pertanyaan dengan manik yang memperhatikan setiap gerakan yang bocah manis itu lakukan.
“Ngambil makan, kak,” lalu si manis memberikan jawaban itu dengan mengubah mode kameranya. Sekarang yang Yunseong lihat pada layar ponselnya adalah sepiring nasi goreng dengan satu telur ceplok di atasnya.
“Roti aja gak cukup, dek?” ia bertanya sambil tersenyum kecil.
“Iyalah,” jawaban itu diberikan si manis setelah kembali mengubah mode kamera. Bocah itu kini terlihat sedang makan di ujung sana.
Membuat Yunseong mengangguk saja pada posisinya—melihat pacarnya yang makan di ujung sana membuatnya terkekeh gemas. Minhee itu, kenapa tidak bisa terlihat tidak menggemaskan di matanya sih? Apapun yang bocah itu lakukan, kenapa selalu terlihat menggemaskan?
“Oh iya, baru ingat kalo porsi makanmu itu besar. Roti doang jelas gak cukup,” Yunseong baru berucap saat ia teringat bahwa Junho pernah memberitahunya bahwa Minhee itu punya porsi makan yang besar. Diakui oleh bocah itu juga ketika ia pergi ke Tigaron dan bocah itu memaksanya makan sebelum berakhir ia makan ditemani bocah itu di warung yang tak jauh dari asrama, “pasti selama di Tigaron kesiksa ya karna sarapan cuma roti doang. Kalo gak ya pop mie satu.”
Si manis terlihat mengangguk cepat di ujung sana—dengan mulut yang penuh makanan. Bocah itu terlihat mengunyah selama beberapa saat, menelan makanannya sebelum menjawab ucapan Yunseong.
“Banget, kak. Tapi, mau gimana lagi? Aku tinggalnya sama pasukan malas makan semua,” lalu, si manis terlihat memasukan sesendok makanan lagi ke dalam mulutnya sebelum melanjutkan ucapannya, “mau masak banyak biar nanti aku bisa makan banyak, gak enak sama mereka. Uang belanja kan patungan, gak ada yang lebih atau kurang. Mau...”
“Heh, telan dulu makanannya,” Yunseong berucap cepat saat melihat pacarnya itu hampir tersedak di antara kegiatan makan dan bicaranya.
Sementara Minhee terlihat susah payah menelan makanannya, “mau ditambahin, ntar banyak drama. Jadi, ya gitu, kak. Terpaksa makan roti aja atau gak sarapan sama sekali,” ia melanjutkan ucapannya setelah menelan makanannya.
Yunseong diam saja menatap pacarnya yang kini sudah kembali makan. Kalau dipikir, kasihan juga ya pacarnya selama PKL kemarin. Jarang sarapan, makan siang dan malampun dibatasi. Masih bagus kalau mereka membeli makanan jadi, pacarnya itu bebas makan sebanyak apapun yang ia mau, tapi kalau memasak ya harus dibatasi. Beruntung PKLnya sebulan. Yunseong tidak yakin kalau pipi pacarnya masih enak dimainkan dan digigit kalau PKLnya sampai tiga bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THE JOURNEY || HwangMini
FanfictionBefore and After PKL Kang Minhee, Hwang Yunseong and their journey. bxb