[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]
“Loh, kamu gak tidur, kak?”
Minhee langsung mendelik ketika ia baru keluar kamar dan langsung dilempar pertanyaan itu oleh sang ayah. Sekarang masih hujan dan setelah acara manja-manjanya dengan Yunseong selesai, si manis bermarga Kang itu memutuskan untuk keluar. Katanya ada yang ingin ia lakukan, jadi Yunseong menurut saja.
“Emang kenapa kalau aku gak tidur?” si manis balik mengajukan pertanyaan—membuat si ayah mengendik saja.
“Kan biasanya kamu tidur seharian,” jawab Daniel kemudian, “Apalagi hujan-hujan begini.”
“Gak, hari ini aku gak tidur.”
“Bilang aja kamu mau manja-manjaan sama Yunseong.”
“Ayah ih ngeselin!”
Daniel mencibir saat si sulung sudah merengut kesal. Selanjutnya, saat anaknya itu berjalan menuju ke pintu lain di samping kamar si anak, pria itu mengajak Yunseong untuk ke ruang makan untuk menikmati secangkir minuman hangat karena lelaki Hwang itu tadi sempat terkena hujan saat berlari masuk ke rumah dari mobilnya.
Sementara itu, Minhee berjalan cepat ke arah pintu di samping kamarnya dan menggedornya—sengaja karena ia tahu hujan-hujan seperti ini, pemilik kamar itu akan mendadak tuli.
“YUJEEEEN!!! BUKA PINTUNYA!!”
Minhee berteriak dengan tangan yang terus bergerak menggedor pintu itu. Hingga beberapa saat kemudian, pintu itu terbuka dan menampilkan adik perempuannya yang terlihat cukup kaget dengan kehadirannya.
“Kenapa?”
Gadis itu mengajukan sebuah pertanyaan dengan nada lirih, tapi Minhee tidak menjawabnya. Matanya lebih memilih untuk menilik wajah gadis itu. Lalu meringis dalam hati saat matanya menangkap bekas tamparannya masih tertinggal di pipi sang adik—bahkan setelah beberapa hari berlalu. Sekeras itukah ia menampar Yujin malam itu?
Minhee menggeleng samar ketika mengingat kejadian malam itu. Ia tak mau memikirkannya lagi. Memang benar jika dirinya harus menerima permintaan maaf dari Yujin, tapi ia tak akan menuntut hal itu. Yang perlu ia lakukan saat ini adalah memperbaiki hubungan mereka lebih dulu. Karena benar apa yang Yunseong katakan, ia masih punya tanggung jawab untuk menjaga Yujin.
Pemilik marga Kang itu lalu mengerjap, menatap Yujin yang kini diam saja sambil menunduk di depannya.
“Ngapain lo?” tanyanya setelah itu—terdengar sedikit ketus memang. Tapi, bukankah itu sudah biasa?
“Eh?” Yujin terlihat kaget saat mendapat pertanyaan itu. Gadis itu diam sesaat sambil menggerakan matanya tidak ingin menatap sang kakak sebelum mengulum bibirnya dan menjawab pertanyaan Minhee dengan tidak yakin, “Nonton drakor.”
“Sejak kapan lo nonton Korea?” tanya Minhee cepat dengan tatapan yang memincing.
Si sulung Kang itu lalu menggerakan matanya untuk melihat ke dalam kamar Yujin guna memastikan apa yang gadis itu katakan benar atau tidak. Tapi yang ia temukan, laptop gadis itu mati dan tergeletak begitu saja di atas meja belajar berdampingan dengan ponselnya. Sementara tempat tidur gadis itu berantakan dengan selimut yang hampir jatuh dari atasnya—menandakan jika adiknya memang hanya rebahan di dalam selimut tanpa melakukan apapun, sekalipun bermain dengan ponselnya.
“Udah lama kok gue suka Korea,” jawab Yujin saat Minhee masih sibuk melihat ke dalam kamarnya. Gadis itu sepertinya tidak sadar apa yang sang kakak lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THE JOURNEY || HwangMini
Fiksi PenggemarBefore and After PKL Kang Minhee, Hwang Yunseong and their journey. bxb