45 🍃 Juli, Sebuah Nostalgia pt. 2

516 114 49
                                    

[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]


















Sekarang masih siang, tapi Minhee sudah kembali ke kosan dari tempat kerjanya. Setelah melepas sepatunya, ia langsung masuk ke kamar dan mendapati Wonjin yang tengah sibuk dengan barang dagangannya. Si Ham itu memang benar-benar mendalami peran barunya sebagai pebisnis online, tapi berniat untuk mencari pekerjaan sesuai dengan apa yang sudah dipelajarinya selama ini.

Hem, biarkan saja. Belum juga Minhee kaget dan menyuruhnya jadi sekretaris Yunseong.

Saat Minhee sampai dan pergi mengambil air untuk minum, kekasih Minkyu itu juga hanya meliriknya malas sebelum sibuk lagi dengan semua urusannya.

“Mah, bagi duit dong,” Minhee berucap santai setelah selesai minum dan pergi mencari celana pendeknya untuk diganti dengan celana panjang yang sekarang dipakainya.

Wonjin? Ia hanya mendelik kecil tanpa menatap Minhee sebelum membuka mulutnya dan menjawab ucapan sahabatnya itu dengan malas, “Kerja, goblok! Jangan keenakan main minta-minta.”

“Aelah, belum juga sebulan gue kerja,” Minhee menyahut malas sebelum pergi mengganti celana dan bajunya, “Masih gak punya duit ini.”

Wonjin kembali mendelik, “Gak usah sok gak ada duit ya, setan. Walau lo udah kerja juga gue yakin seribu persen kalo lo masih dapat jajan dari ayah. Dan walau belum resmi juga lo pasti udah dapat dari kak Yunseong sama orang tuanya.”

“Heh, mana ada?!”

“Ada-lah,” sahut Wonjin cepat, “Lagian, apa sih yang gak dilakuin kak Yunseong buat lo.”

“Kak Yunseong gak mau mantap-mantap sama gue.”

Minhee menjawab santai setelah kembali ke dekat Wonjin. Ia kini sudah merebahkan diri di atas karpet di mana Wonjin duduk, membuat pemilik marga Ham itu langsung mendelik tajam padanya.

“Lo punya otak gak?” tanya si Ham itu kemudian.

Minhee tersenyum santai, lalu mengangguk riang begitu saja, “Punya dong. Kalo gak punya, gue gak mungkin kepikiran buat mantap-mantap sama kak Yunseong.”

“Sinting!”

Wonjin berucap datar, tapi Minhee malah terkekeh masih dengan santainya, “Ya, lo pikir dong, mah. Kita udah gede, udah pada kerja semua. Pacaran juga udah lama, apa salahnya kalo kayak gitu? Nanti juga nikah. Emang lo gak pernah mikir buat mantap-mantap sama papah?”

Wonjin memutar bola matanya malas, lalu memilih mengabaikan Minhee setelah sekali lagi berucap sinting pada si Kang itu. Tapi, itu sukses membuat sahabat kelebihan kalsiumnya itu jadi merengek tidak jelas.

“Mah, pengen mantap-mantap sama kak Yunseong...”

Sungguh, Wonjin pengen buang Minhee ke laut. Ini kalau Minkyu dan Junho yang dengar, mungkin sudah habis kali ya si Kang itu dibacotin sampai tahun depan. Dan untuk mengungkapkan betapa ia sudah kesal dan tidak percaya dengan apa yang ada di otak Minhee, pemilik marga Ham itu langsung melempari Minhee dengan onggokan kertas—yang entah berguna untuk apa—ke wajah si Kang itu.

“Anjing, woe! Kok gue dilempar?”

Wonjin memutar bola matanya malas, “Lo mending sekarang ke rumah sakit deh.”

“Ngapain?”

“Minta buat bedah otak lo,” jawab si Ham itu datar, “Sumpah, lo tolol banget sialan! Bukannya bersyukur punya pacar kayak kak Yunseong yang dengan senang hati mau jagain dan ngertiin lo sampe dirinya sendiri juga kadang dilupain, ini malah minta dimacem-macemin. Lo kayak gitu biar apa? Lo pikir lo keren? Hilih, tai kuda.”

[2] THE JOURNEY || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang