[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]
“Hah? Gimana?”
Minhee mendengus lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu. Matanya lalu melirik kakak pacar yang duduk di sofa lain dan hanya memperhatikannya saja. Telinganya sibuk mendengar apa yang dikatakan Junho di ujung sana.
“Lo bilang apa barusan, Min?”
Pertanyaan Junho ajukan dari ujung sana, membuat Minhee mendengus malas, “jemput temen gue.”
“Temen lo? Siapa?”
“Ada,” Minhee menjawab cepat dan ia dapat mendengar decakan dari ujung sana, “ntar gue kirimin alamatnya.”
“Temen lo namanya ada?”
“Bodoh!”
“Jadi namanya ada atau bodoh?”
“Elo bodoh, bangsat!” Minhee menjawab cepat saat percakapannya dengan Junho mulai berbalut emosi tidak penting.
“Min heh, gak boleh ngomong kasar lagi! Gue aduin bunda sama bang Yunse mampos lo.”
“Gak perlu lo aduin, orangnya ada di sini.”
“Wah, kurang ajar emang lo!”
“Ck, apaan sih? Gue nelpon lo bukan buat ngomongin itu, sialan!” tidak, ini tidak bisa dilanjutkan. Bisa-bisa pulsa Minhee habis hanya untuk pertengkaran tidak penting ini. Tujuannya menelpon Junho adalah untuk meminta tolong lelaki Cha itu untuk pergi menjemput temannya. Lalu, ia sendiri kenapa tidak bisa? Tentu saja karena ada Yunseong di rumahnya. Minhee kan mau manja-manjaan dengan Yunseong sebelum Junho, Minkyu dan Wonjin datang.
“Oke, mau apa lo?”
“Jemput temen gue,” Minhee menjawab cepat, “dia lagi liburan di rumah neneknya. Rumah neneknya deket rumah lo. Katanya dia gabut makanya pengen ke tempat gue. Tapi, gue gak bisa jemput karna ada kak Yunseong. Jadi, lo aja yang jemput. Lagian deket ke rumah lo, kok. Gue kirimin lokasinya. Langsung lo jemput. Oke? Udah itu aja sih. Bye, gue mau pacaran!”
Minhee langsung memutuskan panggilan sepihak setelah mengatakan semua kalimat tadi tanpa jeda. Masa bodoh dengan apa yang terjadi pada Junho di ujung sana. Ia tidak peduli. Yang penting, lelaki Cha itu pergi dan menjemput temannya.
Setelah memutus panggilannya, Minhee dengan cepat mengirimkan lokasi ke kontak Junho sebelum meletakan asal ponselnya ke atas meja. Detik berikutnya, ia beranjak dari posisi rebahannya dan berlari kecil ke sofa di mana Yunseong duduk. Tanpa peringatan, pemilik marga Kang itu mendudukan dirinya di sisi Yunseong dan langsung memeluk pinggang lelaki Hwang itu erat.
Yunseong sendiri hanya tersenyum sebelum mencubit gemas pipi si manis.
“Kenapa sih, hobi banget berantem sama Juno?” Yunseong bertanya dan si manis langsung merengut tidak senang. Heh, tolong bilang pada Yunseong, Minhee maunya pacaran bukan bicara tentang Junho.
“Dia yang ngajakin, kak.”
“Terus kamu mau aja ladenin ajakan dia?”
“Ya, habisnya dia ngeselin sih! Tampang sama omongannya tuh minta banget diajak baku hantam.”
Yunseong terkekeh mendengar jawaban Minhee, sebelum ia mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat Minhee semakin merengut tak senang, “jadi sebenarnya, Juno yang ajakin atau kamu yang ajakin?”
“Junolah!”
Dih ngegas.
Tapi gemas.
Yunseong jelas tidak tahan. Sehingga lelaki Hwang itu maju, mendekatkan wajahnya dengan si manis—pipinya—lalu melakukan sesuatu yang membuat jeritan Minhee terdengar si seluruh penjuru rumah. Untung ayah dan bundanya sedang ada acara di rumah kerabat, jadi tidak ada yang akan mengomelanya karena terlalu ribut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THE JOURNEY || HwangMini
FanfictionBefore and After PKL Kang Minhee, Hwang Yunseong and their journey. bxb