[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]
“Min, lo harus tahu ini!”
Minhee mengerutkan keningnya saat suara Dongpyo terdengar menggebu-gebu dari ujung sana. Ia baru saja sampai di kos dan si mungil Son itu sudah menelponnya—entah dengan tujuan apa.
“Apaan?”
Ia bertanya malas, tangannya kini sibuk bergerak menarik tali sepatunya dan telinganya sibuk mendengar apa yang Dongpyo katakan dari ujung sana. Lalu, saat apa yang si mungil itu katakan sampai ke telinganya, ia tidak dapat menahan diri untuk mendengus malas.
“Gue sama Eunsang ketemu kak Yunseong di Tulamben.”
“Oh.”
“Kok lo gak kaget?”
“Ya iyalah, bantet,” jawab Minhee malas sambil meletakan sepatunya di sisi pintu kamar, “Kalo lo sama Eunsang ketemunya di Gondol, baru gue kaget.”
“Hih, gue belum sampe ke info pentingnya.”
“Itu lo yang goblok.”
Minhee mendengus lagi, tapi Dongpyo sepertinya tidak peduli. Si mungil itu langsung saja mengatakan sesuatu yang katanya merupakan informasi penting untuk Minhee.
“Kita ketemu sama kak Yunseong, tapi dia gak sendiri.”
“Sama pegawainya?”
“Heem,” dehemen singkat diberikan si Son itu dari ujung sana, “Dua orang, Min. Tapi, dua-duanya kayak bangsat.”
“Hah?”
“Dua-duanya mepet-mepetin kak Yunseong mulu. Muka pacar lo ya datar-datar aja kayak biasa, tapi makin digas loh anjing! Kenceng banget.”
“Min, gasnya lebih kenceng dari lo dulu,” kali ini suara Eunsang yang terdengar, “Gue khawatir. Lo aja bisa bikin kak Yunseong oleng, gimana sama yang gasnya lebih kenceng dari lo. Bisa-bisa laki lo oleng sampe jatoh nih.”
“Mulutnya, heh!” Minhee menyahut tidak senang.
Apa tadi Eunsang bilang? Heh, tidak bisa dibiarkan.
“Ya, kita cuma ngasih tahu lo, Min,” tapi ini Dongpyo yang menjawab, “Kita tahu kalo kak Yunseong udah secinta itu sama lo dan kalian udah saling percaya banget. Tapi, gak ada salahnya buat jaga-jaga kan.”
“Tapi, bukan itu sih masalah utamanya,” sahut Eunsang menimpali, “Menurut kita, yang kayak tuh dua orang harus dihajar, Min. Sumpah, gue yang lihat juga kesel sendiri. Keliatan banget mereka tuh bukan ngedeketin tapi ngegodain, beda banget sama lo pas deketin kak Yunseong dulu. Gue yakin banget kalo lo yang liat, udah lo tendang dua-duanya. Kak Yunseong juga udah cuek banget, lebih cuek jauh dari dulu, tapi nih orang-orang masih aja maju. Gak ada malunya, njing.”
“Lo harus jagain kak Yunseong. Bukan jagain gimana, tapi lo harus pastiin tuh dua orang gak deket-deket sama laki lo.”
“Soalnya mereka tuh keliatan yang kayak makin dibilangin, makin menjadi.”
“Oke sip!”
Eunsang dan Dongpyo belum menyelesaikan cerita mereka, tapi Minhee sudah mengucapkan terima kasih untuk info yang mereka berikan dan segera memutuskan sambungan telpon. Tiga detik kemudian, ia langsung beranjak masuk ke dalam kamar dan menemukan Wonjin yang sedang rebahan santai di atas ranjang sambil sibuk menggulir layar ponselnya. Diam sesaat, sebuah ide tiba-tiba mampir ke kepalanya saat melihat sahabatnya yang satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THE JOURNEY || HwangMini
FanfictionBefore and After PKL Kang Minhee, Hwang Yunseong and their journey. bxb