[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]
“Kok ada lo sih, bangsat?”
Minhee tidak dapat menahan dirinya untuk mengumpat begitu ia masuk ke ruang keluarga rumah Yunseong—bersama lelaki itu, tentu saja—dan langsung menemukan Junho yang tengah goleran di sana. Rasanya bosan sekali melihat lelaki itu di mana saja—seperti tidak ada tempat lain yang bisa Junho kunjungi selain di sekitar dirinya.
“Lah kenapa? Rumah om tante gue ini,” Junho menyahut masa bodoh dari posisinya. Sebenarnya, ada tujuan khusus ia datang ke rumah Yunseong hari ini. Karena jika tidak ada, ia lebih baik melancarkan aksi pendekatannya pada Eunsang yang entah kapan akan menunjukan peningkatan yang baik dalam hubungan mereka.
“Serah lo, anjing! Yang penting gue gak mau lo ganggu waktu pendekatan gue sama calon keluarga gue.”
“Iya, bucin, iya.”
Junho menjawab santai membuat Minhee mencibir sebelum melangkah begitu saja meninggalkan Junho di sana. Si manis memilih pergi ke dapur dan meninggalkan Yunseong yang masih berdiri menatap Junho.
Junho sendiri masih menatap Minhee. Sebelum akhirnya, ia menoleh ke arah Yunseong setelah si manis Kang itu menghilang di balik tembok.
“Lo apain dia, bang, sampe mau keluar hari ini?”
Junho mengajukan pertanyaan itu saat Yunseong sudah berjalan mendekat dan duduk di sofa lain yang ada di ruangan itu.
“Ngapain?” tanya balik Yunseon yang terlihat tidak paham sama sekali dengan apa yang dimaksud adik sepupunya itu.
“Ya itu, si Mini lo apain?” tanya Junho lagi, “biasanya kalo abis berantem sama Yujin—apalagi berantem gede kayak kemarin—dia gak bakal ke mana-mana dulu. Kita bertiga udah hafal, jadi biasanya nunggu sehari dulu baru samperin atau telpon dia.”
Penjelasan Junho membuat Yunseong diam sesaat. Lelaki Hwang itu memutar otaknya tentang apa saja yang ia lakukan pada si manis semalam saat berkunjung untuk memastikan keadaan kesayangannya itu setelah aksi baku hantamnya. Tapi, tidak ada yang salah, kok. Karena setelah mengatakan bahwa semua baik-baik saja, Minhee hanya diam dan memeluknya hingga jatuh tertidur.
“Gak ada,” jawab Yunseong sambil mengendik, “cuma gue ajak ketemu mama.”
“Parah emang penyakit bucinnya si bocah,” komentar Junho setelah mendengar jawaban Yunseong.
“Tapi, lo ngapain ke sini?”
Junho yang akan sibuk dengan ponselnya jadi menoleh dan menatap Yunseong usai si kakak mengajukan pertanyaan tadi. Ia memang belum mengatakan akan ke rumah Yunseong pada lelaki itu. Saat menelpon bunda Jihyo untuk menanyakan keadaan Minhee dan ia mendapat kabar jika sahabatnya itu akan ke rumah Yunseong, ia memang langsung pergi ke rumah Yunseong juga tanpa mengatakannya pada siapapun. Dan ia baru berniat mengatakan itu pada Minkyu dan Wonjin.
“Mastiin keadaanya si bocahlah,” jawab Junho kemudian, “lo pikir lo doang yang khawatir? Wonjin semalam ngamuk karna gue gak ngabarin mereka pas pacar lo berantem.”
Yunseong mengangguk saja. Sedikit banyak, ia paham jika ketiga sahabat Minhee itu pasti khawatir tentang keadaan si manis. Tapi, bisakah ia mengorek beberapa informasi tambahan dari sepupunya itu? Oh, tentu! Tidak ada yang akan melarangnya.
“Jun?” Junho menoleh, menatap Yunseong dengan sebelah alis terangkat—menandakan jika ia menunggu Yunseong melanjutkan ucapannya, “lo bertiga, sampe segitunya ya, sayang sama dia?”
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THE JOURNEY || HwangMini
FanfictionBefore and After PKL Kang Minhee, Hwang Yunseong and their journey. bxb