42 🍀 Konferensi Meja Segi Empat pt. 1

577 129 6
                                    

[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]



















Junho tidak dapat menahan dirinya untuk mengumpat saat melihat Minhee yang berjalan masuk ke cafe yang menjadi tempat janjian mereka untuk berkumpul malam ini—dengan diantar Yunseong. Lalu, saat kakak sepupunya sudah menunjuk di mana ia, Minkyu dan Wonjin berada pada si manis dan pergi lebih dulu meninggalkan cafe, ia tidak dapat menahan dirinya untuk beranjak dan langsung menghampiri si Kang.

Saat sudah berhadapan dengan Minhee, ia hampir saja menerjang sahabat kelebihan kalsiumnya itu dan membuat mereka saling kejar-kejaran di dalam cafe itu. Beruntung otaknya masih dapat bekerja dengan benar sehingga ia tidak jadi mengamuk dan menghajar si manis di situ.

Minhee sendiri—saat berhadapan dengan Junho—langsung memamerkan senyumnya dengan santai. Membuat lelaki Cha itu menatapnya penuh emosi.

“Senyum lo, senyum,” lelaki Cha itu berucap sinis membuat Minhee semakin melebarkan senyumnya begitu saja.

“Oiya dong,” jawab si Kang cepat, “Senyum itu ibadah, jadi gue harus senyum. Lo juga harus senyum dong, bangsat.”

Lanjutan ucapan Minhee membuat Junho menggerakan kedua ujung bibirnya—tersenyum dengan terpaksa yang menjadikannya terlihat aneh. Tiga detik kemudian, lelaki itu kembali memasang wajah kesalnya.

“Cih, anjing! Lo pikir lo keren?”

“Iya. Kenapa emang?”

Junho mengumpat lagi dan Minhee mengabaikannya sepenuhnya. Si manis bermarga Kang itu memilih melanjutkan langkahnya untuk menghampiri Minkyu dan Wonjin yang tengah menyaksikan percakapan tidak penting mereka. Lalu, saat ia sudah mengambil tempat untuk duduk—di mana Wonjin dan Minkyu berada—sebuah sentilan langsung mendarat di keningnya. Pelakunya adalah oknum bermarga Kim yang kini menatapnya datar tanpa ekspresi.

“Anjing, pah. Sakit!”

Minhee merengut, menatap Minkyu dengan tatapan kesalnya. Sementara yang ditatap nampak acuh.

“Emang gue bilang gak sakit?”

Lalu, pertanyaan berikut yang datang dari Minkyu—bersamaan dengan Junho yang sudah kembali duduk di tempatnya—membuat Minhee mencebik begitu saja.

“Lo kok ngeselin sih?”

“Bodo amat.” / “Emang lo pikir lo gak ngeselin?”

Jawaban Minkyu dan pertanyaan bernada kesal dari Junho datang bersamaan—membuat Minhee semakin merengut saat menatap keduanya bergantian.

Oh tidak bisa, ia tidak bisa melawan keduanya sekaligus. Kalau salah satu dari mereka, ia pasti akan maju paling depan karena pasti ada Wonjin yang akan menengahi. Tapi kalau kedua orang itu sudah bergabung—sudah tentu Wonjin tidak akan menjadi penengah—ia pasti akan kalah telak. Jadi, sebelum kalah, lebih baik ia mengalah lebih dulu.

Karena memilih mengalah, si Kang itu hendak meraih gelas jus milik Wonjin. Tapi, belum juga tangannya meraih benda itu, Minkyu lebih dulu membuat gerakan menjauhkan gelas dengan Junho yang langsung memukul penggung tangannya begitu saja.

“Hiih, kenapa sih?” tanyanya tak terima, kembali menatap dua lelaki itu dengan tatapan tajamnya.

“Apa?” Junho balik bertanya dengan menantang.

Sementara Minkyu masih dengan tatapan datarnya, “Gak ada makan minum buat lo sebelum kita selesaiin ini,” ucap si Kim itu kemudian.

Minhee kembali merengut, lalu melempar tatapannya pada Wonjin—berniat meminta pertolongan. Tapi si Ham itu hanya mengendik—mengisyaratkan jika tak bisa melakukan apa-apa untuk itu.

[2] THE JOURNEY || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang