[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]
“Jadi, lo beneran mau ke Bali?”
Minhee yang sedang mengeluarkan pakaiannya dari lemari untuk dikemas sang bunda jadi mengangguk saja saat pertanyaan itu Wonjin ajukan padanya. Keduanya saat ini sedang terlibat sebuah panggilan video. Minhee awalnya mengatakan bahwa ia sedang sibuk dan kemungkinan tidak bisa meladeni Wonjin. Ia juga mengatakan bahwa sebaiknya panggilan itu diputus dulu. Setelah selesai, Minhee akan menelponnya balik. Tapi, si gembul Ham itu menolak dengan berbagai alasan tidak jelas sehingga sambungan itu tetap ada. Tapi, sejak tadi ia hanya disuguhkan pemadangan Minhee yang terus bergerak karena ponsel si manis Kang itu diletakan di meja di samping nakas tempat tidurnya.
“Liburan, ya?”
“Gak,” jawab Minhee beberapa saat setelah Wonjin mengajukan pertanyaan lain. Ia kini sudah berdiri di depan Jihyo yang masih sibuk menata beberapa pakaian di dalam koper.
“Terus ngapain?” tanya Wonjin lagi, “Kunjung-kunjung kak Yunseong?”
Satu pertanyaan lagi dan itu membuat Minhee meliriknya malas, “Bedanya sama liburan apa, njir?”
“Kalo liburan lo jalan-jalan keliling Bali. Kalo kunjung-kunjung kak Yunseong, kerjaan lo kelon doang di villa.”
“Bangsat, gue bukan elo ya, mah, yang hobinya kumpul kebo sama papah.”
“Apaan kumpul kebo? Gue LDR ya selama ini, gak kayak lo sama kak Yunseong yang masih bisa kunjung-kunjung,” sahut Wonjin dari ujung sana, “Oh, jangan-jangan lo kali yang mau kumpul kebo. Oke, gue tahu sekarang alasan lo ke Bali.”
“Anjir, mulut lo, mah,” balas Minhee.
Mereka melanjutkan percakapan tidak penting itu sementara Jihyo masih sibuk dengan koper anaknya. Minhee itu, gaya saja jadi anak sulung dan mandiri sampai bangga-banggain udah jadi anak rantau tujuh tahun. Tapi segala urusan masih manggil bunda. Cih, dasar bayi.
“Kak, ini aja?” tanya Jihyo beberapa saat kemudian, menyela pembicaraan sang anak dengan sahabat anaknya di Semarang sana.
“Iya, bun.”
“Yakin? Gak ada yang ketinggalan?”
Dijawab gelengan saja oleh si manis, “Kalau ada juga nanti tinggal beli, ada kak Yunseong.”
“Heh, sembarangan kamu.”
Balasan sang bunda membuatnya terkekeh lalu menggeleng kecil, “Santuy bun, masih bisa ngutang ke Juno nanti.”
Lalu, saat sahutannya terdengar, Jihyo hanya mengangguk acuh. Wanita itu lalu pamit keluar hendak melakukan beberapa pekerjaan rumah—dan meninggalkan si sulung sendirian di kamar.
Setelah Jihyo keluar, Minhee kembali menoleh, menatap layar ponselnya yang masih menampilkan wajah Wonjin di sana.
“Gue lihat-lihat, kayaknya lo mau ngomong serius, tapi gak pengen ada yang tahu nih,” gumam Minhee kemudian, “Kenapa?”
Di ujung sana, Wonjin tidak langsung menjawab pertanyaan Minhee. Ia diam sesaat, menatap Minhee dan sesuatu di dekatnya bergantian sebelum membuka mulutnya dan mengajukan sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah ia ajukan tadi.
“Lo beneran mau ke Bali?”
Minhee mengangguk saja sebagai jawaban, “Kan tadi gue udah bilang iya.”
“Kok gak bilang-bilang?” tanya Wonjin lagi. Si manis Ham itu diam sesaat untuk mengunyah kue yang baru saja dimakannya sebelum melanjutkan pertanyaannya, “Biasanya lo apa-apa bilang sama gue.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THE JOURNEY || HwangMini
FanfictionBefore and After PKL Kang Minhee, Hwang Yunseong and their journey. bxb