50 🌼 Tujuh Belas September - Proposal

768 127 53
                                    

[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]



















“Cepeten, Jun!”

“Sabar heh, setan! Ini udah tengah malam, jalanan emang sepi, tapi banyak yang suka muncul kaget-kaget! Ini kalo ada leak muncul di depan terus gue kaget, kita masuk jurang gimana?”

“Juno iiihhh, hiks.”

“Aelah, malah nangis lagi, sialan!”

Junho mengabaikan Minhee, berusaha fokus pada jalanan di depan sana dan menambah kecepatan mobil yang dikendarainya secepat yang ia bisa. Di mobil itu bukan hanya ia dan Minhee, ada Minkyu yang yang kini sibuk menenangkan si manis Kang itu.

Tadi, ia sudah terlelap—tidak tahu dengan Minkyu—saat Minhee tiba-tiba menelpon lewat grup. Ia rasanya ingin marah saat si Kang itu mengganggu di tengah malam. Pikirnya, bocah itu pasti tidak punya teman yang pas untuk berjaga di tempat kerjanya sehingga menelpon di tengah malam, seperti yang dilakukannya dua hari belakangan. Tapi, ketika ia menjawab telpon—bermaksud untuk memarahi si manis—dan langsung mendengar isakan kecil si manis, rasa panik yang jadi melandanya.

Minkyu juga sama paniknya. Mereka baru meninggalkan Minhee beberapa jam yang lalu dan anak itu baik-baik saja. Lalu, apa yang terjadi hingga ia menelpon tengah malam sambil menangis dan meminta diantar ke Karangasem karena Yunseong yang meminta? Mereka tidak tahu. Bahkan jawaban untuk keadaan Yunseong juga mereka tidak tahu. Bagaimana bisa mereka tidak ikut panik?

Beruntung, malam itu Junho sedang menginap di rumah kakek karena Yeji dan seorang sepupunya yang lain. Jadi, saat Minhee menelpon, ia segera meminjam mobil gadis Hwang itu dan membawanya pergi untuk menjemput Minkyu sebelum pergi menjemput Minhee untuk pergi ke Karangasem.

Saat ini mereka masih dalam perjalanan, tinggal sedikit perjalanan lagi hingga sampai ke tempat tinggal Yunseong. Minhee masih terisak kecil di belakang dengan Minkyu yang merangkul dan menenangkannya. Berusaha mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Lalu, saat Minhee sudah mulai tenang, ia meraih ponselnya—hendak menghubungi kekasihnya dan menanyakan apa yang tengah terjadi. Kepanikan Minhee membuat ia jadi lupa bertanya dulu pada Wonjin tadi. Tangannya bergerak perlahan, menekan tombol power dan menemukan jam yang sudah menunjukan angka nol satu sekian, menandakan hari telah berganti. Tanpa sengaja, matanya menemukan sesuatu di layar ponselnya, membuat keningnya berkerut heran. Detik berikutnya, ia melirik Minhee yang sudah tenang dalam rangkulannya.

Oh astaga...

“Nah sampai! Turun, anjing!”

Ucapan Junho membuat pemikirannya buyar. Lalu, saat ia menoleh, mereka memang sudah sampai di salah satu villa milik keluarga Hwang. Dan tak butuh waktu lama hingga Minhee melompat keluar dari dalam mobil.

Sementara Junho mendengus antara kesal dan lega karena sudah tiba, Minkyu yang masih memproses apa yang sedang terjadi, Minhee kini sudah berlari kecil ke depan villa. Ia bahkan tidak peduli ketika ia hampir terjatuh karena tersandung kakinya sendiri ketika akan menaiki tangga. Lalu, saat ia sudah sampai di depan villa, sudah ada Wonjin yang menunggunya di sana.

“Loh kok nangis?”

“Gue panik, anjing!” jawab Minhee tidak santai, “Kak Yunseong mana?”

Wonjin tidak langsung menjawab, ia mengulum bibirnya dan memasang wajah tidak yakin—membuat perasaan Minhee semakin tidak karuan. Lalu, saat hampir semenit berlalu, barulah ia menjawab pertanyaan Minhee.

“Di taman belakang.”

“Ngapain di taman belakang?!”

Minhee bertanya tidak santai, tapi tidak menunggu jawaban Wonjin. Nyatanya, setelah mengajukan pertanyaan itu, ia langsung mengambil langkah untuk menuju ke tempat yang dimaksud Wonjin.

[2] THE JOURNEY || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang