[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]
“Maafin gue.”
Setelah mengeluarkan semua yang ia rasa ingin ia katakan, Minhee menutupnya dengan sebuah permintaan maaf lagi. Membuat Wonjin dan Minkyu kompak menoleh dan melempar tatapan mereka pada Junho yang sejak tadi juga ikut diam mendengar apa yang Minhee katakan.
Beberapa detik kembali berlalu dalam keheningan, hingga lelaki bermarga Cha itu akhirnya menghela napas sebelum membuka mulut dan mengatakan apa yang harus ia katakan.
“Maafin gue juga.”
Hening lagi, Junho terlihat merunduk sebentar sebelum mendongak dan menatap ketiga manusia lain yang bersamanya satu per satu.
“Gue tahu kalo omongan gue malam itu mungkin agak keterlaluan buat kalian—karna ya kita udah laluin banyak hal sama-sama. Gue yang terlalu serius nanggepin pertanyaan lo, Min. Padahal mah, pertanyaan itu apa sih? Itu biasa aja dan udah sering banget kita lempar satu sama lain. Emang gue aja yang terlalu serius nanggepin lo. Sialnya, lagi-lagi gue lupa kalo di antara kita berempat, lo yang paling punya masalah sama yang namanya menghargai, sampe gue kelepasan ngomong kayak gitu sama lo.”
Junho berhenti lagi dan mereka kembali diam untuk beberapa saat, sebelum Minkyu akhirnya membuka suaranya, “Udah?”
“Belum, anjing! Masih ada.”
“Ya udah buru, bukan cuma lo yang mau ngomong.”
“Apa sih, setan? Lo pikir ini rapat apaan sampe harus buru-buru? Pelan-pelan aja napa?”
Minkyu mendelik, lalu meraih salah satu cangkir yang ada di atas meja, minum sedikit dan membiarkan meja itu kembali diam hingga Junho kembali bicara.
“Gue emang ingat kalo lo suka gak peduli sama omongan orang apalagi kita bertiga. Lagian, kapan gitu kita beneran serius kalo ngobrol? Ini aja masih sempet anjing-anjingan. Tapi, gue lupa soal yang satu itu,” diam sesaat, lelaki Cha itu lalu melemparkan tatapan bersalahnya pada si manis Kang, “Maafin gue, Min, gue belum sepenuhnya ngertiin lo.”
Keempatnya lalu diam lagi setelah Junho selesai dengan ucapannya. Entah apa yang salah, mereka lalu saling melirik sebelum masing-masing dengan kompak meriah gelas dan cangkir yang ada di hadapan mereka.
“Apa-apaan nih? Kok gue pusing?” Minhee bertanya lirih, lalu mulai meminum minumannya sebelum melirik Minkyu dan Wonjin lalu terakhir Junho.
Ketiga orang itu juga mengangguk pelan pada posisi mereka masing-masing, “Gak pantes banget, jingan, kita kayak gini,” suara Wonjin juga sama lirihnya dengan Minhee. Mereka jadi seperti sedang bisik-bisik.
“Kayak apa sih, anjing, ini aneh banget?”
“Kita lagi ngapain sih sebenernya?”
Junho dan Minkyu juga ikut acara bisik-bisik itu. Lalu, mereka diam lagi, saling melirik sebelum kompak mendengus dan meletakan apa yang ada di tangan mereka kembali ke atas meja.
“Dahlah, kayak biasa aja, gue berasa jadi orang gila kalo gini,” Minkyu berucap lebih dulu, disetujui oleh anggukan Wonjin, “Kalo biasanya kita sadar sama kesalahan masing-masing, minta maaf terus balikan, sekarang kita harus ngomong semuanya. Kasih tahu apa yang kurang, apa yang salah, apa yang harus diperbaiki satu sama lain. Bukan lagi janji ke satu sama lain buat gak ngulangin lagi, tapi janji ke diri sendiri dulu. Tegur kalo salah. Kalo gak setuju, kalo gak nyaman, ngomong. Butuh sesuatu, bilang. Jangan nyembunyiin apa-apa lagi. Udah pada dewasa semuanya, kan? Udah wisuda, udah pada kerja, bentar lagi nikah. Jadi ayo, jangan kayak anak kecil lagi!”
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THE JOURNEY || HwangMini
Hayran KurguBefore and After PKL Kang Minhee, Hwang Yunseong and their journey. bxb