Happy Reading!!!
***
Setibanya di kediaman sepupunya, Dania keluar dari mobil, tidak lupa ia membawa serta kantung belanjaan dari minimarket yang disinggahinya selagi di perjalanan begitu mengetahui bahwa di rumah ini banyak teman-teman dari si pemilik rumah yang datang bertamu, termasuk Rapa serta istri dan anak-anaknya.
Meskipun sejak dari perjalanan, Dania sempat ragu untuk melanjutkan, karena merasa tidak enak jika harus mengganggu. Dania tidak mengenal teman-teman dari sepupunya itu, tapi dengan paksaan dari Queen dan Ratu, akhirnya Dania tiba di rumah minimalis yang saat ini terdengar ramai walau Dania belum masuk ke dalamnya.
“Atu, Queen, gue datang!” teriak Dania begitu membuka pintu utama yang tidak terkunci.
“Yak! Ratu galau akhirnya datang berkunjung.” Seru Queen yang berlari menghampiri Dania, sementara Ratu berjalan mengikuti dengan perut buncitnya yang terlihat mengerikan di mata Dania.
“Astaga gue kangen banget sama lo!” ujar Queen gembira, memeluk penuh kerinduan pada sepupunya itu.
“Gue juga kangen lo,” balas Dania tak kalah cerianya, lalu ketiganya berpelukan, melepas rindu selayaknya teman yang sudah lama tidak berjumpa. Padahal seingatnya, mereka bertiga baru saja di pertemukan belum satu minggu ini, saat Dania kembali terjatuh pingsan.
Mengakhiri acara berpelukannya, Queen menarik Dania menuju ruang tengah yang terdengar ramai oleh tawa juga obrolan-obrolan seru. Dania penasaran pada semua orang yang berada di rumah pasangan Birma-Ratu sekarang ini, tapi juga cukup merasa malu dan gugup. Terlalu lama menyendiri, membuatnya sedikit canggung berinteraksi dengan orang-orang yang tidak dirinya kenal.
“Lo berdua emang keterlaluan, ninggalin ibu hamil kayak gue untuk bawa ini kantong belanjaan!” omel Ratu berjalan menyusul Dania juga Queen.
“Hallo guys, kenalin nih sepupu ipar gue,” ucap Queen begitu tiba di ruang tengah, menghentikan tawa semua orang yang berada di tempat itu. Satu per satu mata menoleh pada sosok cantik Dania yang saat ini memberikan senyum manisnya.
“Oh my god bidadari.” Celetuk Daniel, melongo, menatap Dania tanpa berkedip.
Pletak.
Satu pukulan mendarat di kepala Daniel. “Mata lo perlu di rukiah, biar gak jelalatan!” Shafa yang tak lain adalah calon istri dari pria itu, melayangkan tatapan galaknya.
“Sakit singa!” dengus Daniel, mengusap-usap kepala bagian belakangnya.
“Syukurin!” sahut Shafa tak peduli.
Dania yang melihat kedua orang yang sama sekali belum dikenalnya itu mengerutkan keningnya, belum paham dengan situasi yang tengah di hadapinya saat ini. Dania masih merasa asing dan perasaan tidak enak muncul, karena merasa bahwa itu adalah karena dirinya. Tapi rasa geli pun tidak lewat dirinya rasakan.
“Lo gak perlu merasa bersalah, Dan. Mereka berdua emang pasangan gila. Lo jangan dekat-dekat Daniel, bahaya!” ujar Ratu menggiring Dania untuk duduk di sofa yang kosong, karena kebanyakan dari tamu-tamunya memang duduk di karpet.
Dania hanya mengangguk paham, setelah itu duduk di samping Ratu yang tengah hamil, di ikuti Queen.
Dania masih memperhatikan sekitarnya, menghitung berapa orang yang berada di ruangan itu, bukan berniat untuk membagi sembako, tapi Dania hanya ingin tahu seberapa banyak teman-teman dari sepupunya, mengingatkan Dania pada sosok sahabat-sahabatnya di Singapura, yang tak kalah banyaknya.
“Cla, Cle, lo berdua gak niat ngenalin dia?” Nino membuka suara saat menunggu beberapa menit, kedua teman perempuannya itu tidak juga menyebutkan nama wanita yang di bawanya.
“Hehe, gue lupa.” Queen menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal, kemudian segera memperkenalkan Dania pada satu per satu teman-temannya.
Dania menyambut itu dengan ramah dan senyuman manis yang membuat Daniel, Akbar, serta Nino menjerit terpesona. Respons yang terlalu lebay itu mendapat kekehan geli dari Dania, yang semakin membuat ketiga laki-laki itu bereaksi semakin berlebihan.
“Kekehannya aja udah cantik. Apa kabar dengan senyumnya?” Akbar berucap sambil menatap wajah cantik Dania, dengan tatapan terpesona.
Buk.
Tiga bantal sofa bersamaan menimpuk wajah Akbar yang biasanya terlihat lebih tenang. Namun untuk kali ini di mata pria itu seolah ada lambang cinta, Akbar sepertinya benar-benar terpesona, entah karena beneran suka atau hanya kekaguman semata.
“Lo harus maklum ya, Dan. Mereka memang gila semua, dua lagi belum datang. Siap-siap aja lo ikut gila nanti, kalau mereka udah kumpul semua.”
Dania hanya mengangguk dan kembali terkekeh geli mendengar perkataan Ratu, meskipun baru bertemu dan mengenal mereka, ia sudah merasa nyaman dengan teman-teman barunya itu.
Hidupnya mungkin akan semakin berwarna jika berada di tengah-tengah mereka, dan tujuannya untuk mencari kebahagiaan akan mudah dirinya dapat, karena sejatinya bahagia bukan selalu soal cinta, tapi juga persahabatan.
Beberapa menit selesai dengan perkenalan, Chiko beserta istrinya datang dengan membawa berbagai macam makanan enak yang langsung di serbu oleh mereka semua, terlebih ibu hamil yang bawaannya selalu lapar.
Nino dan Akbar berebut ingin memberikan makanan pada Dania, membuat percekcokan semakin menghebohkan suasana. Dania tak hentinya tertawa melihat kekonyolan teman-teman barunya, apa lagi begitu melihat perdebatan Daniel dan Shafa, yang tak lain adalah pasangan yang sebentar lagi akan menuju ke pelaminan.
Momen seperti ini mengingatkan Dania pada Negara tetangga yang sudah memberinya warna, Negara yang memperkenalkannya pada sosok Mike, mantan tunangannya. Tiba-tiba Dania merasa rindu akan Negara itu, ia rindu sahabat-sahabatnya dan ia rindu kenangannya bersama Mike.
Mengingat nama itu membuat Dania mengulas senyum sedihnya, ternyata mengikhlaskan tidak semudah itu, apa lagi melupakan. karena masih saja ada rindu yang tertanam dan ingatan yang selalu terulang.
“Yo guys cowok ganteng datang bawa cilok nih!” teriakan dari arah depan itu mengembalikan Dania pada dunianya yang baru.
“Berisik curut, lo bangunin anak gue!” Rapa balas berteriak memarahi seseorang yang wujudnya belum juga nampak di ruang tengah.
Buk.
Queen melempar bantal sofa pada suaminya. “Kamu juga berisik, Bang. Nathan sama Nathael sampai kaget gitu.” Dengus Queen yang turun dari sofa dan menepuk-nepuk lembut pantat kedua anaknya agar kembali tertidur.
Dania terkekeh kecil, dan menggeleng pelan melihat pasangan orang tua muda itu. Dulu kedua bocah milik Queen-Rapa lah yang selalu rutin sang mama bawa untuk menjadi penghiburnya, hingga membuat Dania mau keluar dari kamarnya dan bermain-main dengan si kembar yang menggemaskan.
“Jahat banget lo semua gak ada yang nyambut kedatangan gue.”
Suara dengan nada merajuk itu mengalihkan Dania dari dua bocah yang tertidur di karpet, dan tatapannya bertemu dengan sosok tampan yang beberapa waktu dirinya kenal.
“Dania?”
“Dava?”
Panggil keduanya bersamaan dengan tatapan terkejut, sementara semua orang yang berada di ruangan itu melongo bingung, tidak percaya bahwa keduanya sudah saling mengenal.
“Fix, minggu depan saya akan lamar kamu, Dania!” seru Dava, membuat semua orang semakin melongo, terlebih Dania.
***
Tbc ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome My Happiness
General FictionKesedihan seolah sudah menjadi teman setia Dania sejak calon suaminya pergi tanpa pesan, bukan pergi karena sebuah penghianatan, melainkan kecelakaan yang tidak pernah terbayangkan akan merenggut nyawa orang tersayang. Kejadian itu merenggut kebahag...