Chapter 29

1.3K 125 30
                                    

Happy Reading !!!

**

Dava yang melihat kecemasan di wajah calon istrinya terus menggenggam tangan itu untuk menguatkan. Ia tahu ketakutan Dania, karena bagaimanapun Devin sudah memperlihatkannya kemarin. Dan sekarang Dava tahu yang di cemaskan Dania adalah kekecewaan orangtuanya.

Namun Dava dapat memastikannya bahwa calon mertuanya itu akan menyambut kedatangan Dania dengan suka cita mengingat bagaimana sedihnya Devi dan Levin saat tahu sang putri melarikan diri.

“Semua merindukan kamu, Sayang.” Ucap Dava untuk menenangkan sang tunangan. Seulas senyum diberikannya, lalu menarik lembut tangan Dania untuk masuk ke dalam rumah.

Belum sempat untuk mengetuk, pintu yang menjadi tujuan Dania di buka lebih dulu oleh seseorang dari dalam, dan tak lama sosok tampan di usia yang tak lagi muda itu menampakan diri. Refleks, Dania bersembunyi di balik punggung Dava, mencengkram kaos yang digunakan laki-laki itu dengan kuat.

“Kamu sudah pulang, Dav?” suara tanya itu membuat Dania semakin bergetar di belakang tubuh Dava yang berhasil menyembunyikannya.

“Papa, Devin pulang!” teriak Devin, menjatuhkan koper yang di bawanya lalu berlari menghampiri orang tua itu dan memeluknya penuh kerinduan. Tidak akan ada yang percaya bahwa laki-laki itu sudah beranjak dewasa jika melihat bagaimana manjanya Devin.

“Apa-apaan, sih, lo bocah!” dengus Levin berusaha menyingkirkan putranya.

“Devin kangen tahu, Pa, hampir satu bulan gak ketemu, Papa.” Ujarnya dengan nada manja. Dava yang menyaksikan itu bergidig geli begitu juga dengan Levin dan Dania yang masih bersembunyi. Ketegangan itu perlahan memudar dengan tingkah sang adik.

“Mau sampai kapan kamu bersembunyi, Kak?” suara dingin itu membuat Dania kembali menegang di tempatnya. Mencengkram kaos belakang Dava semakin erat, dan dengan takut-takut Dania mulai keluar dari persembunyiannya.

“Pa—”

“Kamu gak kangen sama Papa? Gak mau meluk Papa?” dengan cepat Dania mendongak, matanya yang sudah berkaca-kaca bertemu dengan mata sang papa yang memancarkan kerinduan. Tanpa menunggu lama, Dania langsung berlari dan berhambur ke dalam pelukan sang papa seraya menggumamkan kata maaf berulang kali.

Tidak lama dari itu, suara lain terdengar dibarengi dengan tangis yang memilukan. Dania melepaskan pelukannya dari sang papa, beralih memeluk mama-nya yang tidak kalah ia rindukan. Acara melepas rindu itu berlangsung hingga kedatangan kedua orang tua Dava, di susul dengan pembicaraan mengenai pernikahan yang akan kembali di lanjutkan.

Dania sempat tidak menyangka sebenarnya, karena awalnya ia kira kedua keluarga tidak akan lagi merestui pernikahan mereka. Tapi ternyata Dania salah. Keluarga mereka malah semakin antusias dan ingin segera mempercepat pernikahan. Takut-takut Dania kembali melarikan diri.

Diakhiri dengan makan siang bersama. Setelahnya para orang tua langsung bergegas untuk kembali mengurusi pernikahan putra-putri mereka yang sempat tertunda.

“Kamu siap?” tanya Dava begitu mereka hanya berdua duduk di ruang tamu.

“Siap apa?” balik Dania bertanya, tak paham.

“Menikah sama aku dua minggu lagi.” Ujar Dava memperjelas.

Dania mengangguk paham. Untuk beberapa saat Dania membisu, lalu menarik kedua sudut bibirnya, menatap sang tunangan. “Apa ada alasan untuk aku gak siap?” balik Dania bertanya.

“Ya, kali aja kamu masih belum percaya sama aku mengenai kejadian empat bulan lalu.”

Mengulurkan tangan pada wajah tunangannya, Dania mengelusnya perlahan dengan senyum yang tidak juga lepas dari bibir tipisnya. “Setelah apa yang kamu jelaskan kemarin, tidak ada alasan untuk aku gak percaya. Lagi pula mana mungkin kamu sampai nyari-nyari aku jika diantara kamu dan dia memiliki hubungan? Dan lagi tidak ada alasan untuk aku gak setuju menikah denganmu dua minggu lagi, besok pun aku akan siap selama itu bersama kamu.”

Welcome My HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang