Happy Reading !!!
***
Tiba di rumahnya yang memiliki halaman luas dengan bermacam tumbuhan yang mempercantik taman buatan Dania sebelum kabur, Dava yang melihat sang istri tertidur pulas di sampingnya, menyunggingkan senyum manis. Tangannya terulur untuk mengelus guratan lelah di wajah sang istri sebelum kemudian menggendong si cantik dalam balutan gaun pengantin itu untuk masuk ke dalam rumah.
Malam pertama yang seharusnya di lewati dengan manis-manisan berdua, malah Dava lewati seorang diri, karena ternyata sang istri tidak juga memutuskan untuk bangun meskipun Dava sudah berusaha membangunkannya. Bukan untuk dirinya ajak mantap-mantapan, tapi agar istrinya itu berganti pakaian terlebih dulu. Namun ternyata Dania cukup sulit untuk di bangunkan.
Tidak seperti biasanya memang, tapi bagaimanapun juga Dava memahami itu. Dania sudah pasti kelelahan hari ini. Jadi, mau tidak mau, Dava yang menggantikan pakaian istrinya meskipun dengan degup jantung yang menggila dan keringat dingin bercucuran saking gugupnya. Sungguh cobaan yang begitu berat untuk Dava lewati sebagai laki-laki yang selama ini belum pernah melihat lebih jauh tubuh seorang perempuan.
Benar ternyata apa yang semua orang katakan mengenai tegangnya malam pertama, karena Dava kini merasakannya. Meskipun yang dirinya lakukan hanyalah untuk sekedar menggantikan istrinya pakaian, bukan melakukan aktivitas malam pertama yang sesungguhnya. Sialnya sang istri tidak juga bangun meskipun Dava tidak terlalu lembut menurunkan gaun pengantin yang di kenakan Dania.
“Kalau sampai Si Rapa dan yang lainnya tahu … abis gue diketawain.” Dava mendengus lalu menggelengkan kepalanya. Tidak akan pernah ia membocorkan hal ini pada sahabat-sahabat menyebalkannya itu.
Dava menatap wajah damai istrinya, dengan tangan yang terus bekerja melepas gaun yang di kenakan Dania. Wanita itu terlihat tidak terusik sama sekali, meskipun sesekali lenguhan keluar dari mulutnya. Mungkinkah istrinya itu sengaja pura-pura tidur karena malu dan menghindari malam pertama mereka? Atau benar-benar tidur sebab terlalu kelelahan?
Entahlah, Dava tidak bisa menebak salah satunya karena sekarang ini yang lebih penting adalah nasibnya yang sudah panas dingin melihat isi dari gaun pengantin tersebut. Sebagai laki-laki normal Dava tentu saja tidak baik-baik saja saat melihat apa yang sudah menjadi miliknya.
“Gerah gue, Tuhan!” desah Dava frustrasi.
Sebenarnya tidak masalah jika Dava ingin menyentuh Dania, hanya saja ini belum saatnya.Dava tidak ingin menjadi laki-laki berengsek dan menjamah tubuh istrinya dalam keadaan sang istri tidak sadarkan diri. Dava hanya ingin melakukannya di saat mereka sama-sama sadar dan sama-sama siap untuk melakukannya. Walau detik ini pun sebenarnya Dava sudah amat sangat siap. Namun sekali lagi, Dava ingin menghargai istrinya. Jadi biarlah untuk malam ini ia tersiksa, dan membiarkan Dania pulas dalam tidurnya.
Selesai memasangkan pakaian tidur yang lebih nyaman untuk sang istri, Dava akhirnya bisa bernapas lega, menyeka keringat di pelipisnya lalu mengamati wajah damai sang istri yang begitu amat cantik masih dalam polesan make up.
Satu lagi tugas yang harus Dava lakukan, yaitu membersihkan sisa-sisa make up di wajah sang istri. Setidaknya itu tidak terlalu menyiksa. Tapi sebelum melakukan itu, Dava sepertinya lebih dulu membutuhkan air dingin untuk mandi dan menghilangkan panas di tubuhnya, setelah itu barulah mengurus wajah istrinya.
“Kamu benar-benar cobaan terberat, Yank,” Dava mendesah berat, lalu meninggalkan satu kecupan di kening istrinya sebelum kemudian turun dari ranjang dan berlalu menuju kamar mandi. Meredakan hasrat yang belum saatnya di lepaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome My Happiness
Narrativa generaleKesedihan seolah sudah menjadi teman setia Dania sejak calon suaminya pergi tanpa pesan, bukan pergi karena sebuah penghianatan, melainkan kecelakaan yang tidak pernah terbayangkan akan merenggut nyawa orang tersayang. Kejadian itu merenggut kebahag...