Chapter 34

1.2K 117 29
                                    

Happy Reading !!!

***

Sepanjang acara berlangsung, Dava maupun Dania tidak sedetikpun menyurutkan senyum bahagianya, dan tamu undangan yang hadir seakan tertular kebahagiaan kedua mempelai. Namun sepertinya tidak untuk ketiga laki-laki tampan yang saat ini bergantian untuk memberi ucapan selamat. Nino, Akbar dan Daniel berjalan tak semangat dengan wajah cemberutnya yang tidak di sembunyikan, dan tidak segan-segan melayangkan tendangan pada kaki Dava yang tidak bisa menahan ringisannya. Meskipun tendangan yang diberikan tidak terlalu kuat, tetap saja cukup menyakitkan di tulang keringnya.

“Sialan emang lo pada!” maki Dava seraya membalas tendangan yang di terimanya, sayang hanya Akbar seorang yang kena, sedangkan Nino dan Daniel lebih cepat menghindar.

“Lo yang sialan, main nikahin calon masa depan gue segala!” kembali Akbar melayangkan tendangannya, tapi beruntunglah karena kali ini Dava dengan cepat menghindar.

“Sembarangan aja lo ngaku-ngaku!” satu toyoran kali ini Dava layangkan pada sahabatnya itu. “Dari awal Dania udah jadi masa depan gue.”
“Lo cuma beruntung, Dav, kalau waktu itu gue yang lebih dulu kenal Dania, pasti gue yang nikahin dia,” ucap Nino dengan nada kesalnya.

Dania yang di sembunyikan di belakang punggung Dava hanya terkekeh geli melihat perdebatan suami serta teman-temannya itu. Tidak sama sekali berniat untuk melerai.

Heleh, namanya jodoh, mau lo ketemu lebih dulu kek, mau lo belakangan, kalau Dania jodohnya sama gue, lo bisa apa? Nangis sana di pojokan,” cibir Dava seraya menghalangi Dania dari ketiga sahabatnya yang berusaha meraih istrinya itu.

Untung saja tamu undangan sudah banyak yang pulang dan hanya sebagian kecil yang masih bertahan bersama keluarga dan para sahabat, jadi mereka tidak terlalu membuat kehebohan dan menghalangi orang-orang yang antri menghampiri pengantin untuk memberikan ucapan selamat. Dan sepertinya memang inilah tujuan ketiga orang itu terlambat menghampiri. Daniel, Nino dan Akbar menunggu sepi hanya untuk berlama-lama di atas pelaminan mengajak Dava berantem. Menyebalkan memang!

“Sialan emang lo, Dav!” dengus Nino yang masih saja sulit menerima Dania menikah dengan Dava, bukan karena tidak bahagia sahabatnya meninggalkan masa lajang, tapi ada sesak yang mengganggu pernapasannya saat melihat perempuan yang sempat mencuri perhatiannya bersanding bukan dengannya.

Jujur saja ketertarikannya saat itu bukan hanya sekedar candaan. Namun mau bagaimana lagi kalau sudah ada yang lebih dulu darinya dan Dania memang bukan tertarik padanya. Nino cukup sadar diri bahwa dirinya memang kurang tampan, wanita manapun pasti akan memilih Dava di bandingkan dengannya. Tapi seperti kata Dava barusan, kalau sudah jodoh, ya bisa apa. Sekalipun dirinya lebih unggul perihal tampang, jika seseorang itu tidak di takdir kan berjodoh dengannya, ya auto lepas.

“Meskipun lo sialan dan gue belum bisa rela Dania nikah sama lo, gue tetap akan ngucapin selama sama kalian. Gue doain pernikahan kalian di berkati Tuhan, menjadi keluarga yang bahagia, dan segera dapat momongan. Siapa tahu kan anak lo nanti jodohnya gue,” ucap Nino diakhiri dengan cengiran.

Buk. Tidak segan-segan Dava melayangkan tinjuan pada perut Nino, membuat beberapa orang yang menyaksikan terkejut dan menyangka mereka akan saling adu tonjokan.

Meskipun pukulan Dava tidak main-main tetap saja sahabatnya tidak menganggap itu sebagai sebuah serangan, karena mereka memang sudah terbiasa bercanda seperti ini. Namun tetap saja kekesalan pun tidak Nino lewatkan sampai percekcokan itu kembali berlanjut dan di hentikan oleh Rapa yang datang memberi kabar untuk mereka semua berkumpul di meja yang sudah di siapkan mengingat acara sudah selesai di selenggarakan dan pengantin sudah bisa meregangkan tubuh yang pegal akibat seharian berdiri menerima ratusan tamu yang datang memberi rangkaian doa untuk kebahagiaan dan kelanggengan pernikahan.

Welcome My HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang