Happy Reading !!!
***
Dania belum bisa menjawab semua yang menjadi pertanyaan-pertanyaan dalam kepalanya mengenai keanehan Devin yang berhenti mengekor, kabar Dava yang tak lagi terdengar, juga perasaannya yang kian hari semakin berharap pada apa yang pernah di lontarkan Dava, mengenai niat laki-laki itu untuk melamarnya.
Inginnya ia menanyakan langsung mengenai kesungguhan pria itu, tapi ia tak kuasa. Dania tidak ingin dianggap terlalu percaya diri yang nantinya malah berakhir mempermalukan diri sendiri. Ia takut hanya menjadi bahan candaan, terlalu takut menjadi korban bualan. Namun harus dirinya akui bahwa hatinya berharap bahwa itu bukan hanya sekedar mimpi indah yang hanya menumpang lewat, bukan harapan semu yang berakhir pada kekecewaan yang berakhir pada kesakitan.
Menghela napasnya panjang, Dania meraih ponsel di atas meja kerjanya, kemudian membuka chat yang di kirimkan Dava beberapa hari yang lalu dan membacanya hingga pesan terakhir yang laki-laki itu kirimkan sebelum kejadian di parkiran saat itu. Setelahnya Dania mengetikan pesan singkat untuk memancing laki-laki itu keluar, tapi nyatanya pesannya hanya berakhir di baca tanpa sebuah balasan. Entah harus kecewa atau justru bahagia, yang jelas, Dania merasa tubuhnya melemah, harapannya pupus dan semangatnya meluap.
Tidak ada lagi mood untuk melanjutkan pekerjaannya, Dania memilih untuk meninggalkan kantor, karena sepertinya pulang dan tidur adalah yang terbaik untuk Dania lakukan saat ini dengan harapan bahwa bangunnya nanti akan menyadarkan Dania bahwa semua yang di alaminya beberapa waktu belakangan ini hanya sekedar mimpi yang tak berarti.
“Bu Dania mau ke mana?” tanya Melysa, sekertaris baru Dania.
“Saya akan pulang, gak enak badan.” Dania tentu saja berbohong, karena pada dasarkan ia bukan tidak enak badan, melainkan mood yang berantakan akibat kondisi hati yang sepertinya di ambang kehancuran.
“Kalau begitu biar saya panggilkan taksi agar ib--”
“Tidak perlu,” Dania menolak cepat. “Saya masih bisa mengendarai mobil sendiri.”
“Ta--”
“Kalau begitu saya duluan, nanti kamu bisa pulang lebih awal.” Kembali Dania memotong ucapan Melysa, lalu melangkahkan kaki menjauh dari hadapan sekretarisnya itu.
Saat ini Dania hanya ingin sendiri untuk menenangkan hati dan pikirannya yang sedang tidak bisa di ajak kompromi.
🍒🍒🍒
“Dania pulang,” ucapnya lesu begitu memasuki rumah yang ramai oleh gelak tawa Devina dan pacarnya di ruang tamu.
“Tumben udah pulang, Kak?” heran Devina seraya melirik jam di pergelangan tangan kekasihnya yang masih mengarah ada pukul 14.05
“Gak enak badan.” Hanya jawaban itu yang sanggup Dania berikan untuk adiknya sebelum kemudian melanjutkan langkah menuju lantai atas, setelah memberikan anggukan kecil pada sapaan calon adik iparnya.
Devina mengerutkan keningnya melihat kepergian sang kakak yang terlihat tak bersemangat, sampai pada akhirnya …
“DEVIN!!!” teriak Devina dengan suara lantangnya, membuat Sadewa yang berada di samping perempuan itu menutup kedua telinganya.
"Devina, ada apa teriak-teriak?" tanya Devi yang datang bersama dengan asisten rumah tangganya dari arah dapur.
"Ada apa Non Dev? Den Devin gak kenapa-kenapa 'kan?"
Nyatanya teriakan yang di layangkan Devina berhasil menghadirkan semua penghuni rumah, terkecuali Dania yang malah justru mengurung diri di kamar, mengunci pintunya agar tidak ada siapa pun yang mengganggu.
“Lo nyolong toa siapa sih, orang utan!” gerutu Devin mengusap-ngusap telinganya yang berdengung akibat teriakan kembarannya yang benar-benar membahana. Bahkan Devin yakin bahwa tetangga di ujung kompleks pun pasti akan mendengar teriakan Devina. Bukan hanya itu saja, beruang kutub yang tengah berhibernasi pun pasti akan terbangun saking terkejutnya dengan suara Devina.
Tanpa merespons gerutuan Devin dan kepanikan semua orang yang datang bermunculan, Devina langsung menyerang kembarannya itu dengan pukulan dan tendangannya yang tanpa ampun, tidak peduli akan pemberontakkan laki-laki itu, juga makian Devin yang di layangkan untuknya. Devina hanya ingin menyalurkan kekesalan, dan menepati janji untuk membunuh Devin atas kesedihan kakaknya yang kembali.
🍒🍒🍒
Dava terkunci di rumah orang tuanya yang sudah beberapa minggu tidak dirinya datangi sejak kembali dari café milik Chiko pada malam itu akibat di hubungi sang mami, Dava nyatanya sudah tidak bisa lagi keluar dari istananya.
Pertanyaan demi pertanyaan wanita kesayangannya itu layangkan, apa lagi mengenai kabarnya yang akan melamar anak gadis orang malam minggu nanti.
Kabar itu membuat Risty – sang mami – menanyakan banyak mengenai wanita pilihan Dava yang berani laki-laki itu lamar sebelum lebih dulu memperkenalkan kepada keluarga.
Kebohongan Dava pada teman-temannya saat di café waktu itu nyatanya bukanlah bualan semata, karena dari mami-nya Dava tahu bahwa awalnya ia memang akan di jodohkan dengan salah seorang anak dari rekan bisnis keluarga. Tapi beruntunglah, Dava lebih dulu mengutarakan niatnya untuk melamar Dania jadi, niat itu di urungkan sang papi sebagai bentuk menebus kesalahan pria tua itu yang di lakukan sepanjang hidupnya, menyetir hidup Dava.
Namun tentu saja itu tidak terlalu berjalan dengan lancar, Dava yang tidak mengetahui banyak tentang Dania, dan pertemuan yang belum terjalin lama membuat kedua orang tuanya sempat melayangkan keraguan, tapi keyakinan Dava pada sosok yang mencuri perhatiannya belakangan ini pada akhirnya membuat Sultan juga Risty mengangguk setuju dan akan menyiapkan semuanya demi sang putra. Jelas Dava bahagia, tak lupa juga mengucapkan terima kasih, terlebih pada sang papi yang tidak biasanya bermurah hati.
Kali ini, Dava berharap banyak pada Dania, yang akan menentukan keputusan akhirnya. Meskipun tidak mengetahui status dan masa lalu perempuan itu, Dava sudah meyakinkan hatinya, menjatuhkan cintanya dan akan mengabdikan hidupnya pada Dania yang mencuri perhatiannya.
Semoga saja apa yang sudah direncanakannya akan berjalan sesuai harapannya dan semoga saja tak lagi ada halangan yang menggagalkan.
Dava pernah jatuh cinta, meskipun sadar bahwa yang dicintainya tidak pernah meliriknya, tapi Dava tidak segan untuk menatap, tidak pernah bosan untuk menunggu, tidak pernah lelah untuk mengejar dan tidak pernah pergi walau di tolak berkali-kali.
Mirna, sahabatnya yang begitu memuja Rapa saat SMA dulu, pernah menjadi cinta pertamanya sekaligus juga menjadi luka pertamanya, tapi pada kenyataannya tidak semua yang pertama akan selamanya menjadi yang pertama. Namun kini Dava berharap bahwa ketertarikannya pada pertemuan pertama tidak akan berakhir sama seperti kisah sebelumnya, Dava berharap kali ini cintanya berakhir bahagia.
Dava memang terkesan mudah untuk jatuh cinta, tapi memang pada dasarnya Dania tidak sulit untuk di cintai. Namun meski begitu, percayalah bahwa untuk mengakhiri bukanlah yang pandai Dava jalani, dan melupakan menjadi alasan yang tidak pernah dapat Dava temukan caranya jadi, dapat di pastikan bahwa Dania bukanlah sosok yang akan Dava khianati, bukan pula yang akan di jadikannya pengganti atas cinta lama yang tak pernah dimiliki, karena harapannya rasa itu akan abadi hingga raga di telan bumi.
***
Tbc ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome My Happiness
General FictionKesedihan seolah sudah menjadi teman setia Dania sejak calon suaminya pergi tanpa pesan, bukan pergi karena sebuah penghianatan, melainkan kecelakaan yang tidak pernah terbayangkan akan merenggut nyawa orang tersayang. Kejadian itu merenggut kebahag...