Chapter 7

1.4K 146 4
                                        

Happy Reading!!!

***

Pagi hari ini, Dania sudah siap dengan stelan kerjanya, wajahnya yang tak lagi pucat seperti kemarin, Dania tambahkan polesan make up tipis untuk mempercantik dirinya, dan rambut yang di biarkan tergerai indah menyempurnakan penampilan Dania hari ini. Begitu merasa semuanya sempurna, Dania meraih tasnya lalu keluar dari kamar, bersamaan dengan kedua adik kembarnya yang juga baru saja keluar dari kamar masing-masing.

"Selamat pagi twins," sapa Dania dengan raut wajah ceria, yang kali ini benar-benar terlihat lebih tulus dan lebar, membuat kedua saudara kembar itu melongo terpesona. "Jangan bengong pagi-pagi, nanti kesambet." Dania menepuk pundak kedua adiknya itu sambil berlalu dari hadapan Devin dan Devina, melenggang pergi menuruni satu per satu anak tangga dengan langkah anggun.

"Pagi Mama," Dania mencium pipi kanan dan kiri wanita cantik kesayangannya itu begitu tiba di dapur dan melihat Devi tengah menata menu sarapan untuk keluarganya.

"Pagi, Sayang. Kamu mau kerja?" Devi menatap penampilan anaknya dari atas hingga bawah, lalu kembali ke atas. Dania hanya mengangguk sebagai jawaban. "Kenapa gak istirahat dulu aja sih, Kak! Kamu baru pulang dari rumah sakit loh?" ucap Devi yang masih saja merasa khawatir akan putri pertamanya itu.

"Kakak baik-baik aja kok, Ma, udah merasa sehat juga. Lagi pula kerjaan Kakak di kantor banyak." Dania melemparkan senyum manisnya, memberi tahukan pada wanita kesayangannya itu bahwa dirinya baik-baik saja.

"Ta---"

"Mama gak perlu cemas, Kakak udah benar-benar baik-baik aja," sela Dania cepat, lalu mengukir senyum untuk meyakinkan. Devi akhirnya menghela napasnya panjang, sebelum kemudian mengangguk

Dania tersenyum lebar melihat anggukan dari sang mama, lalu memberikan satu kecupan lagi di pipi wanita itu sebelum kemudian mendaratkan pantatnya di kursi makan bersamaan dengan datangnya si kembar dan sang papa, yang memberikan pertanyaan tidak jauh berbeda dengan yang Devi layangkan, menghawatirkan kondisi Dania.

Tidak pernah menyangka bahwa kedua orang tuanya segitu mencemaskan dirinya, sudut hati Dania merasa bersalah, karena sudah membuat kedua orang tuanya begitu menghawatirkan dirinya selama ini.

Andai ia sadar akan hal ini lebih awal ... ah, sepertinya percuma Dania menyesali itu saat ini, semuanya sudah berlalu dan sekarang yang perlu Dania lakukan adalah berusaha menebusnya, menebus kesedihan yang selama empat tahun ini ia berikan pada keluarganya.

Begitu menyelesaikan sarapannya, Dania pergi bersama sang papa, karena memang kebetulan mobilnya masih berada di kantor sejak tiga hari ini. Dan dari pada harus menaiki taksi atau ojek, lebih baik Dania ikut mobil ayahnya, selain lebih cepat, juga menghemat ongkos. Uangnya bisa di gunakan untuk menjelajahi makanan enak yang selama ini sudah Dania abaikan.

"Terima kasih, Papa." Dania melayangkan satu kecupan di pipi Levin begitu mobil yang di kendarai Pak Jon berhenti di depan lobi.

"Kak, jangan lupa siang nanti gantikan Papa meeting di Resto Samudra."

Acungan jempol menjadi jawaban Dania yang setelahnya turun dari mobil dan melangkah masuk ke lobi, meninggalkan Levin yang harus melanjutkan perjalanan menuju bandara untuk keberangkatannya keluar Negeri.

Beberapa orang yang berpapasan dengan Dania menyapa dengan ramah, dan tentu saja Dania balas tak kalah ramahnya, senyum yang sejak tadi tak luntur membuat beberapa pasang mata menatap terpesona, apa lagi beberapa karyawan laki-laki yang tidak sama sekali Dania kenal, karena selama tiga tahun di kantor ayahnya ini, Dania hanya menghabiskan waktu di dalam ruang kerjanya, tidak peduli dengan sekeliling atau pun rekan kerjanya.

"Selamat pagi, Bu Dania," sapa Rindu sedikit membungkuk hormat menyambut kedatangan atasannya itu.

"Pagi. Kamu kok masih disini?" heran Dania, mengerutkan keningnya.

"Maksud Bu Dania?" tanya Rindu bingung, tidak paham dengan apa yang di katakan bosnya itu. Dirinya berada disini bukankah memang seharusnya?

"Gak ikut Pap-- Pak Levin ke London?"
Paham dengan maksud yang di sampaikan anak dari bosnya itu, Rindu kemudian mengulas senyumnya. "Pak Levin ke London bersama Mbak Rini, Bu. Setelah kembali dari sana, baru saya resmi menjadi sekretaris Pak Levin." Rindu menjelaskan apa yang pernah di sampaikan sekretaris bos besarnya.

Dania mengangguk paham, lalu masuk ke dalam ruangannya setelah menanyakan jadwalnya yang hari ini benar-benar padat, karena harus menggantikan sang papa di beberapa meeting penting.

🍒🍒🍒

Jam makan siang di isi dengan pertemuan bersama salah satu rekan kerja ayahnya yang akan membicarakan mengenai kerja sama. Dania sengaja datang setengah jam lebih awal untuk bisa makan banyak, mengisi perutnya yang sudah keroncongan sejak tadi, padahal seingatnya selama empat tahun ini perutnya tidak pernah memberontak walau tidak di isi beberapa hari.

"Permisi, Athamaya Group?" tanya seorang laki-laki yang sukses menghentikan kunyahan Dania. Mengangguk adalah jawaban yang di berikan Dania dengan wajah cengo, malu juga terpesona pada sosok tampan yang sepertinya pernah Dania temui, tapi ia benar-benar lupa siapa laki-laki itu.

"Kamu Dania 'kan?" tanya laki-laki itu lagi yang kembali mendapat anggukan Dania. "Saya Dava, beberapa hari lalu kita bertemu di Cafe--"

"Ah iya-iya saya ingat," Dania dengan cepat menghentikan ucapan laki-laki di depannya, begitu mengingat pertemuan mereka, lalu mempersilahkan Dava untuk duduk. "Maaf sempat lupa." Dania menggaruk tengkuknya dengan canggung.

"Tidak apa-apa," Dava tersenyum maklum. "Kamu perwakilan dari Athamaya Group?" tanya Dava sekali lagi untuk memastikan.

"Iya, Pak Levin Berangkat ke London, jadi saya yang di minta untuk menemui Pak Dava." Dania mengulas senyum formal, lalu menoleh pada piring-piring di depannya yang masih terisi penuh dengan makanan yang beberapa menit lalu baru saja datang. Dania tidak menyangka bahwa klien-nya akan datang lebih awal seperti ini.

"Lanjutkan dulu saja makannya," kata Dava begitu paham dengan raut wajah Dania yang begitu menunjukkan rasa laparnya.

Ingin sekali dirinya mencubit gemas pipi wanita di depannya, tapi sayang itu sepertinya terlarang, karena bagaimana pun mereka belum saling mengenal selain mana masing-masing. Walaupun harus Dava akui bahwa pertemuan pertama yang tidak sengaja itu menimbulkan rasa penasaran pada diri Dava yang beberapa hari ini selalu berharap akan kembali bertemu.

Namun siapa yang menyangka bahwa ketidaksengajaan itu kembali mempertemukan mereka yang kali ini dengan alasan mengenai pekerjaan. Entah ini kebetulan, atau memang sudah direncanakan Tuhan. Yang jelas, Dava begitu bahagia dapat kembali bertemu dengan perempuan cantik bernama Dania Putri Adiatamaya.

"Jika sekali lagi pertemuan tak sengaja ini terjadi, saya bersumpah akan langsung lamar kamu, Dania." Tekad hati Dava.

***

Tbc ...

Welcome My HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang