Chapter 10

1.3K 141 6
                                    

Happy Reading !!!

***

“Lo berdua saling kenal?” tanya Nino menunjuk Dava dan Dania secara bergantian, raut wajahnya tak percaya.

“Sejak kapan?” kali ini Akbar yang bertanya, sama-sama menampilkan raut tak percaya.

“Terus maksud lo barusan apa? Kenapa lo bilang mau lamar Dania?” kali ini Daniel yang membuka suara.

Dania yang masih belum bisa mencerna perkataan laki-laki yang beberapa langkah di depannya, menatap Dava dengan tidak mengerti, sementara yang lainnya masih cukup terkejut dengan keputusan Dava.

“Dav, lo serius?” Rapa yang sudah kembali dari keterkejutannya bertanya mengenai keseriusan atas ucapan sahabatnya itu.

Sebagai sepupu Dania, Rapa jelas tidak ingin perempuan itu hanya di jadikan bahan becandaan laki-laki, terlebih oleh sahabatnya sendiri. Apa lagi mengingat bahwa sepupu cantiknya itu baru saja kembali dari kesedihannya.

“Kapan gue berani becanda soal masa depan?” Dava menoleh pada Rapa, dengan kening mengerut.

“Tapi, sejak kapan lo kenal sepupu gue?” Rapa jelas sangat penasaran mengenai itu.

“Jadi Dania sepupu lo?” tanya Dava, dan mendapat anggukan dari laki-laki itu. “Sip, itu lebih mudah.” Dava mengembangkan senyumnya, semakin yakin dengan keputusannya untuk melamar perempuan yang baru dirinya temui tiga kali ini, dan pertemuan ketiganya itu sama-sama tidak di sengaja seperti dua pertemuan lainnya.

Sesuai janji pada dirinya sendiri, bahwa Dava akan melamar Dania jika kembali di pertemukan dengan ketidak sengajaan. Dan ini adalah bukti bahwa Tuhan memang menakdirkan mereka berjodoh.

“Sejak kapan lo kenal Dania, Dav?” kali ini Queen yang bertanya, karena setahunya sepupu dari suaminya itu tidak pernah keluar rumah selain berangkat ke kantor, lalu apa yang membawa kedua orang itu saling mengenal sampai Dava berani memberi keputusan untuk melamar Dania?

“Seminggu lalu gue gak sengaja ketemu dia di cafe yang kebetulan penuh, dan membuat gue harus duduk di meja yang dia tempati. Kedua, beberapa hari lalu, kembali bertemu di Resto Samudra untuk urusan kerja sama dengan Athamaya Grup, dan ternyata perwakilan yang Pak Levin kirim adalah Dania, dan pertemuan ketiga kita adalah hari ini, di rumah lo, Bir. Fix gue harus tepati janji gue untuk lamar Dania.”

Penjelasan Dava membuat semua orang di ruangan itu menganga tak percaya, terlebih Dania yang saat ini bahkan sulit hanya untuk mengatupkan mulutnya, dan jangan lupakan dadanya yang berdebar, seolah ingin meninggalkan tempanya. Dania masih sulit untuk mempercayai ini, namun entah mengapa ada rasa hangat di sudut hatinya.

“Janji sama siapa?” tanya Ratu penasaran.

“Ya jelas sama diri gue sendiri-lah.” Dava menghempaskan tubuhnya di sofa single yang tidak di isi oleh siapa pun.

“Kok bisa?” Shafa ikut membuka suaranya, penasaran untuk mengetahui kabar mengejutkan yang datang dari sahabat jomlonya.

“Sejak awal ketemu dia, gue udah terpesona, lihat cara makan dia yang menggemaskan, rupanya yang cantik, pembawaannya yang anggun dan senyumnya yang indah itu pantang untuk gue lewatkan. Gue tertarik, dan berharap kembali di pertemukan sama dia. Siapa yang menyangka bahwa itu memang terjadi? Tuhan itu maha baik, gue yang kelamaan jomlo di pertemukan dengan bidadari, lo kira bakal gue sia-siain?” Dava menaikan sebelah alisnya. Pria itu begitu terang-terangan.

Oh my god, cinta pada pandangan pertama!” seru Kayla, Alisya dan Nirmala dengan heboh. Tidak menyangkan bahwa hal seperti itu dapat terjadi pada orang terdekatnya.

Dania yang mendengar dengan jelas setiap kata yang keluar dari mulut Dava tentu saja bersemu, tidak menyangka bahwa laki-laki itu menyimpan ketertarikan di pertemuan awal mereka, lebih tidak menyangka lagi bahwa Dava memiliki janji untuk melamarnya di pertemuan ketiga ini yang jelas tidak di sengaja. Sesempit itu dunia?

“Gue potek.” Ujar Nino dengan lirih, memegang dada kirinya dengan raut wajah seolah dirinya patah hati.

“Baru aja mau gue deketin, udah patah hati duluan.” Kali ini Akbar yang berucap dengan raut wajah sedih.

“Gue baru aja mau nuker Singa gue sama bidadari, eh Si Dava keburu datang. Auto gagal ini mah.” Daniel ikut-ikutan lesu seperti dua teman lainnya. Dan perkataannya itu sukses mengundang Shafa untuk segera melayangkan tinjuan, dan percekcokan antara calon pengantin itu terjadi, membuat gelak tawa terdengar dari semua orang, termasuk Dania yang memilih mengesampingkan kenyataan mengenai Dava.

Obrolan seru kembali berlangsung, dan tak jarang Dava melayangkan godaan pada Dania, membuat perempuan cantik itu bersemu malu, sementara Nino dan Akbar memprotes tingkah Dava yang membuat keduanya semakin galau karena harus patah hari sebelum pendekatan itu keduanya mulai. Sementara Daniel sudah tidak lagi berani ikut-ikutan, karena Singa betina, yang tak lain adalah Shafa, sang calon istri sudah menghajarnya habis-habisan dan mengancam untuk menyunatnya. Jelas saja, Daniel takut, kerena masa depannya yang di pertaruhkan.

“Semuanya, maaf gue harus pulang duluan,” Dania memasukan kembali ponselnya ke dalam tas, lalu bangkit dari duduknya.

“Kok pulang? Ini masih siang loh, Dan!” Queen berucap kecewa.

“Hooh, lagi pula kita harus makan dulu, Bibi lagi masak tuh di dapur,” tambah Ratu sama kecewanya, tidak rela sepupunya yang baru bebas dari tahanan kamar harus pulang.

Sorry, mungkin lain kali gue ke sini lagi, bocah gue di rumah udah ngerengek minta gue pulang. Maklum biasa di kekepin, sekarang guenya keluyuran, jadi berasa buronan gue,” Dania terkekeh mengatakan itu, begitu juga dengan Ratu dan Queen, sementara Dava tengah mencerna apa yang dikatakan perempuan itu. “Sekali lagi maaf ya, dan terima kasih untuk hari ini.” Tambah Dania, lalu melayangkan senyumnya.

“Dan, bocah yang lo maksud siapa?” tanya Dava yang tak ingin hanya sekedar menebak-nebak.

Dania yang hendak melangkah, urung, lalu menoleh ke arah laki-laki tampan itu. “Devin, sama Bapaknya.” Jawab Dania seadanya, lalu benar-benar melangkahkan kakinya meninggalkan ruang tengah setelah satu kali lagi pamit pada semua orang yang menjadi teman barunya.

“Rap, Dania belum nikah ‘kan?” dengan raut penasaran Dava bertanya pada sahabatnya itu. Dava merasa pernah mendengar nama ‘Devin’ tapi ia lupa dimana, kapan, dan siapa. Dan saat mendengar ucapan Dania, perasaan Dava menjadi tak karuan. Ia penasaran pada siapa yang di maksud perempuan cantik itu.

“Lo tanya aja sama orangnya.” Cuek Rapa menjawab, tidak ingin membiarkan sahabat satunya itu mudah mendapatkan sepupunya. Dan Rapa berencana untuk bersekongkol bersama Devin untuk membuat Dava kalang kabut. Otak licik Rapa sudah bermain dan merangkai segala macam strategi untuk mempersulit Dava. “Tunggu dan Rasakan lo, Dav.”

“Lo tinggal jawab, belum atau udah aja kenapa susah banget sih!” kesal Dava yang kemudian bangkit dari duduknya, berlari menuju teras dengan harapan bahwa Dania masih berada di sana. Namun sayang, kali ini keberuntungan tidaklah berpihak padanya, mobil yang di kendarai Dania baru saja melaju meninggalkan pekarangan rumah Ratu-Birma.

“Cla, Cle, Dania belum nikah ‘kan?” sekali lagi Dava melayangkan pertanyaan yang sama, dan kali ini pada kedua perempuan yang mengantar kepergian Dania, yang saat ini masih berdiri di teras, memperhatikan mobil Dania yang menghilang di balik pintu gerbang.

“Lo udah sok-sokan mau lamar sepupu gue, tapi belum tahu status dia?” Ratu menggelengkan kepala, tak habis pikir.

“Ck, tinggal jawab aja kenapa, sih?!” kesal, Dava mengacak rambutnya frustrasi.

“Lo tanya aja sendiri sama orangnya.” Kata Queen seraya berlalu masuk ke dalam rumah, di ikuti Ratu.

“Lo semua kenapa malah gantungin gue gini, sih, sialan!” teriak Dava frustrasi, sementara gelak tawa terdegar dari arah dalam rumah.

***

Tbc ...

Welcome My HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang