Chapter 27

1.2K 126 16
                                    

Happy Reading!!

***

Mama, Papa, Dania izin pergi. Maaf jika keputusan Dania mengejutkan kalian, tapi Dania terpaksa melakukan ini. Dania hanya ingin mengistirahatkan hati sejenak.

Jangan cari Dania, Pa, Ma, biarkan Nia kembali sendiri setelah suasana hati ini membaik.

Tolong sampaikan permintaan maaf Dania pada keluarga Dava. Maaf karena Nia harus membatalkan pernikahan ini. Nia minta maaf.


Love
Dania.

Devi memeluk kertas lusuh itu dengan air mata yang mengalir deras melewati pipi yang terlihat lebih tirus dari beberapa bulan lalu. Kepergian Dania memang meninggalkan kesedihan yang amat sangat, dan Devi tidak hentinya menangisi putri pertamanya itu.

Levin tidak kuasa melihat istrinya yang hancur seperti ini, tapi ke mana lagi ia harus mencari Dania setelah tiga bulan belakangan ini tidak juga mendapatkan hasil yang diinginkan.

“Dimana kamu sekarang, Nak?” lirih Devi seraya mengusap lembut pigura berisikan foto Dania yang tengah tersenyum lebar menatap ke arah kamera. “Mama kangen.” Lanjutnya diiringi isak tangis memilukan.

Tidak tahan dengan kesedihan sang mama, Devin yang sejak beberapa menit lalu berdiri di ambang pintu, bergegas pergi dan meraih kunci motornya. Dengan cara apa pun ia bertekad untuk menemukan sang kakak secepatnya. Sudah cukup tiga bulan ini Dania menyiksa orangtuanya, menyiksa dirinya dan menyiksa orang-orang yang menyayangi perempuan itu.

Devin tidak akan membiarkan kakaknya itu lebih lama lagi memberikan siksaan batin seperti ini, terlebih pada sang mama.

“Lo dimana, Bang?” tanya Devin begitu orang yang dirinya hubungi lewat ponsel mengangkat panggilannya. “Gue tunggu di café Bintang. Gak pake lama!” setelahnya Devin mematikan sambungan tanpa menunggu jawaban dari seseorang yang menjadi lawan bicaranya.

Turun dari motornya yang sudah terparkir sempurna, Devin lalu masuk ke dalam café yang terlihat cukup sepi, mengingat ini memang belum waktunya jam makan siang.

Sambil menunggu, secangkir espresso menjadi pilihan Devin untuk menjadi temannya, hingga sepuluh menit kemudian orang yang dirinya tunggu datang dan duduk di depannya.

“Ada apa?” tanya orang itu langsung pada intinya.

Devin tak langsung menjawab, memilih menelisik keadaan laki-laki di depannya yang cukup menyedihkan dengan tubuh kurus dan bulu-bulu halus di sekitaran rahang dan dagunya. Dari sana Devin tahu bahwa Dava sama tersiksanya atas kepergian Dania.

Meskipun kepergian sang kakak di sebabkan oleh laki-laki di hadapannya, Devin tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Dava atas hal yang terjadi. Penjelasan Dava sudah Devin dan keluarganya dengar, dan itu membuat mereka paham. Namun penjelasan yang menjadi kemungkinan alasan kepergian Dania tidak sepenuhnya mengobati kemarahan yang ada.

“Masih melakukan pencarian?” tanya Devin, sesaat setelah menyesap espressonya. Dava hanya menjawab dengan anggukan lesu. “Kak Dan sama Kak Mike suka sekali traveling. Saat di Singapura dulu keduanya selalu menjelajahi tempat-tempat indah dan bersejarah, ada kemungkinan sekarang Kak Dan melakukan itu, makanya kita gak pernah menemukan dia.”

Welcome My HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang