Gibran menjambak rambut ikalnya dengan frustasi. Melihat keadaan Anin yang sejak 15 menit lalu belum sadar membuatnya dilanda perasaan bersalah yang amat sangat. Ia akan balas dendam pada Ihza, harus.
"Anjing!" umpatnya
Mata Anin mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang masuk. Begitu sudah terasa jelas, ia menoleh dan menemukan Gibran yang kini menunduk dengan tangan menjambak rambutnya sendiri.
"Gib ... "Panggilnya pelan
Gibran terlihat gelagapan, perasaan lega mengalir di dadanya bagaikan air yang mengalir dari sungai yang jernih, ia mengambil gelas berisi air lalu membantu Anin untuk meminumnya.
"Makasih" ucap Anin pelan
Gibran mengusap lembut pipi Anin yang kini biru lebam "ahss ... "Anin merasa pipinya nyeri sekali.
"Lo harusnya gak nolongin gue, nin" ucap cowok itu, pelan.
"Lo juga harusnya gak berantem" jawab Anin
"Nin ... Gue rasanya mau nyalahin diri sendiri waktu lo jatuh kayak tadi. Apalagi ..." Pandangannya jatuh ke wajah Anin dan bibir Anin yang robek "gue gak tahu nanti diapain sama nenek"
Anin tertawa pelan, setelahnya kembali meringis.
"Anggap aja balesan dari gue yang kemarin nonjok lo" ucap Anin
Gibran diam "beda Nin, gue cowok. Lo cewek. Berantem dalam dunia cowok itu hal yang lumrah dan tonjokkan lo kemarin itu bukan apa-apa"
"Jadi, lo bilang gue lemah?"
Gibran mengusap pelan tengkuknya "ya, enggak gitu ih" ia jadi bingung sendiri, Anin tersenyum
"Gue gak suka liat orang berantem, gue keinget ibu soalnya" ucap Anin
Gibran mengelus pelan rambut Anin "maaf ya"
Anin tersenyum "gapapa, Gib"
< • • • >
Anin mengerjapkan matanya, kepalanya terasa pusing dan berkunang-kunang, ia mencoba duduk.
"Nin ... Udah, enggak usah sekolah dulu ya? Nanti kamu malah pingsan di sekolah" ucap neneknya sambil membawakan segelas susu.
"Iya udah deh, nek"
Neneknya berdehem pelan memperhatikan wajah Anin " kamu kenapa itu?"
Mengalirkan cerita dari mulut Anin, neneknya mengangguk mengerti. Ia paham, betapa ingatan itu tak akan hilang dari kepala cucunya. Dian menarik Anin dalam pelukannya.
"Kamu jangan jadiin masa lalu kamu beban ya? Hidup kamu harus tetap berlanjut, sayang" ucap Dian
"Ya sudah deh, nenek mau bilang ke guru kamu dulu"
"Iya nek"
"Kamu mau makan apa?"
Anin menggeleng "enggak deh, Anin belum laper"
Dian mengangguk lalu setelahnya pergi meninggalkan Anin yang terdiam di kamarnya.
< • • • >
Gibran merasa cemas melihat Anin yang belum muncul, padahal bel masuk akan berbunyi 5 menit lagi.
"Anin sakit" ucap Syifa memberitahu
"Sakit?" beonya
"Iya, demam katanya. Tadi gue abis dari kantor ketemu Bu Mur"
Gibran mengepalkan tangan, ia mendatangi Ihza yang kini cekikikan bersama Risky
KAMU SEDANG MEMBACA
Intruder
Teen Fiction[ Untuk kenangan masa muda dan kata maaf yang tak sempat diucapkan ] Bagi Gibran, menikmati masa muda adalah bagaimana kita bisa menjadikan setiap momen yang ada terasa berharga. Juga sebagai cerita yang sempat mengisi kenangan hidupnya seperti tem...