Sore ini, akan diambil nilai olahraga. Olahraga memang spesial. Sehabis ulangan tulis, para guru olahraga akan mengadakan praktek juga. Hari ini, adalah jadwal kelas XI IPS 3.
Setelah berganti baju, kubu cewek disuruh untuk melakukan pemanasan lebih dulu karena mereka yang akan lebih dulu mengambil nilai. Sedangkan kubu cowok sudah mulai mengambil nilai.
"Ayo-ayo cepat pemanasan yang benar" suara pak Zul terdengar saat kubu cewek justru pada asik menonton kubu cowok yang sedang renang, alih-alih pemanasan.
Pak Zul kembali ke kubu cewek "diambilnya sesuai absen ya"
Pak Zul mulai mengeluarkan buku absen. "Adilla, Afifah, Anindhita, dan Anjani yang pertama"
Keluar dari kolam renang, Gibran memperhatikan Anin yang sedang melakukan pemanasan. Ia berdecak pelan, cara perempuan itu melakukan pemanasan saja sudah salah besar. Ia bisa mengalami gejala kram sewaktu di kolam nanti.
"Dalam hitungan ketiga, semuanya harus menyebur, lalu berenang sampai ke ujung. Setelahnya, kalian kembali secepat mungkin" pak Zul berdiri, mulai memberi instruksi
"Satu" mereka mulai bersiap
"Dua ..."
"Tiga ... " Peluit mulai dibunyikan, barisan pertama sudah mulai melompat tedmasuk Anin.
Melihat Afifah yang kembali pertama, membuat pak Zul melakukan tos dengan gadis itu. Dalam bidang olahraga, Afifah memang jagonya.
Rasa khawatir Gibran tak bisa lagi ia tutupi saat ia melihat Anjani dan Adilla yang mulai berbalik. Sementara Anin, gadis itu tidak kelihatan. Dan saat Anjani dan Adilla benar-benar kembali. Pak Zul menatap heran mereka.
"Anindhita kemana?" Tanyanya bingung
"Shit" Gibran langsung mengumpat saat menyadari itu. Buru-buru ia kembali turun ke kolam. Membuat sebagian kubu cewek menjerit melihatnya.
Gibran berenang secepat yang ia bisa, dan menemukan Anin yang terdiam di kedalaman ujung kolam. Ia segera menyelamatkan gadis itu dan membawanya ke tepian kolam yang diikuti pak Zul dan anak-anak lainnya.
"Nin" panggilnya sambil menepuk pelan pipi gadis itu
Ia melakukan teknik CPR, menekan-nekan dada gadis itu namun belum juga memberikan reaksi. Matanya menatap kearah temannya satu persatu, hingga menemukan tatapan Rivo yang terlihat mengangguk seolah paham atas apa yang akan dilakukannya.
Ia pun mendekatkan wajahnya dan saat itulah, hampir semua orang menahan nafas melihatnya. Setelah melakukan nafas buatan, dan menekan dada gadis itu sekali lagi. Akhirnya Anin mulai sadar dan terbatuk-batuk.
Ia mulai duduk, matanya yang merah menatap bingung kearah Gibran yang langsung berdiri.
"Cara lo pemanasan salah banget, makanya gak heran kaki lo keram tadi" ucap cowok itu lalu segera pergi dari kerumunan.
Anin dibantu oleh anak cewek yang lainnya untuk segera bangkit dan berganti baju. Matanya menangkap kearah Gibran yang baru saja membuang pandangannya. Anin menghela nafas pelan lalu mengikuti Sandra dan Syifa yang mengajaknya untuk berganti baju.
Pengambilan nilai untuk renang sudah selesai, setelah berdoa, mereka diwajibkan untuk pulang segara karena sudah ada pertanda hujan.
"Gimana? Ada nin?" Suara Syifa terdengar
"Gak ada. Udah mau ujan gini, gak ada yang mau kali ya? Duh, gimana ya?" Melihat wajah Anin yang panik membuat Gibran menoleh kearah dua gadis itu, tapi ia tak ambil pusing. Ia segera melangkah keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intruder
Teen Fiction[ Untuk kenangan masa muda dan kata maaf yang tak sempat diucapkan ] Bagi Gibran, menikmati masa muda adalah bagaimana kita bisa menjadikan setiap momen yang ada terasa berharga. Juga sebagai cerita yang sempat mengisi kenangan hidupnya seperti tem...