"Gimana nih, oke nggak?' tanya hafidz setelah memperbaiki beberapa kali
Aulia manggut-manggut saja "oke sih gue"
Anin memperhatikan skema yang mereka desain sejak dua jam yang lalu. "Bagus sih, cuma kalo kata gue kita tambahin warna aja, biar kesannya gak monoton"
Anjani menepuk tangannya "nah, setuju banget gue sama Anin"
Aulia melemparkan tisu pada Anjani yang berteriak protes "Lo mah setuju-setuju aja. Gue yakin lo gak nyimak"
"Ngaca dong mbaknya" balas Anjani sewot
"Yaudah kalo gitu mau tambahin warna apa? Kan udah warna hitam nih kartonnya" ucap Hafidz lalu matanya menangkap Gibran yang asik dengan ponselnya, ia melemparkan bolpoin yang di pegang hingga mengenai dahi Gibran.
"Anjing!" Mata Gibran pun langsung mereka kearah teman-temannya yang menatapnya
"Main hape terus lo" sindir Hafidz "mentang-mentang punya pacar"
"Gue lagi mabar, sialan"
Arif yang melihat situasi sudah tidak kondusif akhirnya mengalah "udah-udah, terus mau gimana ini?" Ia menoleh kearah Gibran "Lo ada ide nggak mau pake warna apa?"
"Putih" ucapnya
"Putih? Yakali Gib, sama aja dong monoton" ucap Hafidz tidak setuju
"Iya, putih aja" semuanya langsung menoleh kearah Anin "Gue setuju, hitam aja. Nanti warna putihnya kita hias lagi pake pulpen warna, jadinya bagus. Kalo bisa, tambahin warna merah juga bagus"
Semuanya mengangguk termasuk Gibran.
"Oke fix ya hitam. Bran lo beli gih kartonnya di depan situ" ucap Arif menunjuk kearah depan.
"Oke" Gibran segera bangkit
Gibran kembali dengan membawa jajan indomart sekaligus. Ia membagikan minuman teh pucuk, dan kopi Nescafe pada Anin.
"Kok Anin beda sendiri?" Tanya Anjani
"Anin pecinta kopi" jawab Gibran yang langsung dilirik oleh Anin
"Bingung deh gue, lo segitunya tau tentang Anin tapi kok jadiannya sama Amanda?" Tanya Aulia membuat hening situasi, menyadari apa yang ia ucapkan salah Aulia menutup mulutnya "eh, gue salah ngomong ya?"
Arif berdehem pelan "mending lo gunting kartonnya ya" Arif menggeser karton itu hingga ke depan Aulia.
Aulia pun mengambilnya dan mulai menggunting. Ia merutuki dirinya yang memperkeruh suasana. Keadaan kembali seperti semula. Kali ini lebih sibuk karena harus menghias.
Lagu Summer Paradise dari Simple Plan mengalun dari ponsel yang berada di samping Gibran. Cowok itu pamit sebentar.
"Hallo"
"Iya, kenapa nda?"
"Gib, kamu lagi dimana?"
Gibran melirik kearah teman-temannya yang kini menatapnya. "Di rumah Arif, lagi ngerjain geo"
"Oh, kamu lagi kerja kelompok ya?"
"Iya, kenapa?"
"Tadinya mau minta jemput, soalnya nyari grab susah banget dari tadi. Motor aku juga masih di bengkel"
"Kamu dimana? Aku jemput aja" mendengar perkataan itu, membuat Anin melirik Gibran.
"Di Kafe Kenangan. Emang gapapa sama teman-teman kamu?"
Gibran mengangguk "Gapapa kok Nda, yaudah tunggu ya. Aku kesana"
Setelah memutuskan sambungan, Gibran berdiri "Gue izin cabut duluan gapapa ya? Cewek gue minta jemput"
KAMU SEDANG MEMBACA
Intruder
Fiksi Remaja[ Untuk kenangan masa muda dan kata maaf yang tak sempat diucapkan ] Bagi Gibran, menikmati masa muda adalah bagaimana kita bisa menjadikan setiap momen yang ada terasa berharga. Juga sebagai cerita yang sempat mengisi kenangan hidupnya seperti tem...