Anin menatap kalender yang tergantung di tembok kamarnya. Besok sudah tanggal sembilan. Berarti liburan telah usai. Padahal, ia masih ingin bermalas-malasan dengan menonton serial netflix dan membaca buku, tapi apalah daya jika harus kembali masuk sekolah.
Ia beranjak menuju ranjang setelah selesai merapikan semua buku-bukunya. Sesaat belum tertidur, ia termenung sebentar. Kejadian dimana Gibran menyanyikan lagu Sheila on 7 di kantin rumah sakit waktu itu membuatnya menjadi lebih sering memikirkan cowok itu.
Ia pun bangkit, mengambil handphone dan headset. Lalu mulai mendengarkan kembali lagu itu. Yang terlewatkan.
Apakah mungkin, ia akan menjadi penyesalan seorang Gibran? Atau, justru ia sendiri yang akan merasakan kehilangan itu?
Lagu itu terus saja berputar berulang kali, hingga tanpa sadar, matanya ikutan terpejam.
< • • • >
Upacara akhirnya selesai setelah pidato yang sangat-sangat lama dan membosankan dari sang Kepala Sekolah. Semua murid bergegas masuk ke kelas mereka masing-masing. Anin yang kebetulan ingin ke toilet, meminta kepada Riani untuk mengantarnya.
Setelah selesai melakukan apa yang harus ia lakukan. Anin dan Riani segera kembali ke kelas. Namun, di tangga lagi-lagi Anin bertemu dengan Raja. Orang yang sangat Anin hindari dua Minggu belakangan ini.
"Anin, bisa bicara sebentar?" Tanya Raja
"Gak bisa, udah bel" itu Riani yang menjawab.
"Yaudah, nanti pulang sekolah gue tunggu di gedung atas" ucap Raja lalu segera melangkah menjauhi mereka berdua.
"Nin?" Riani menyadarkan Anin dari aksi melamunnya.
"Kenapa?"
"Lo ada apa sih sama dia? Lo boleh cerita sama gue, Nin. Lo masih anggep gue temen kan?" Ujar Riani.
Anin tersenyum getir "gak ada apa-apa kok, udah. Tenang aja"
< • • • >
Pulang sekolah, Anin segera menuju ke gedung atas. Ia tak akan menghindari ini, biar bagaimanapun Raja dan dia pernah menjadi sepasang yang saling mengerti dan menguatkan. Raja pula cowok pertama yang menyemangatinya kala ia rapuh, raja yang sabar mendengar keluh kesahnya. Jadi, ia tak mungkin begitu saja meninggalkan Raja. Setidaknya mereka harus berpisah secara baik-baik.
"Ja" panggil Anin melihat cowok itu bersandar di tembok.
Anin memperhatikan wajah raja yang kini terlihat kuyu, seperti orang yang kurang tidur. Padahal, Raja adalah orang yang sangat disiplin soal apapun.
"Ada apa sama kamu, Nin?" Tanya Raja sambil menatap gadis di depannya "kamu selalu bilang kalau aku marah itu bilang, jangan diam. Kamu selalu bilang itu, sekarang, aku menunjukkan sifat asliku kamu justru gak terima. Padahal baik buruk kamu selalu aku terima"
Anin diam membiarkan Raja yang berbicara.
"Kamu selama ini gak pernah permasalahin status kita. Kamu tau aku gak bisa pacaran, Anin. Tapi kamu akhir-akhir ini jadi lebih sering mengungkit hal itu" Raja mengusap wajahnya, ia kembali menatap Anin.
"Mau kamu apa? Kita pacaran?"
Anin menggeleng "enggak Ja, aku gak bisa"
"Kalau gitu kenapa kamu harus berubah dan ngejauhin aku? Kenapa kamu blokir semua sosmed aku?"
Anin mengambil nafas sebelum mulai menjelaskan "Ja, aku perlu waktu"
"Karena kejadian di Setu Babakan? Nin, ayolah. Aku khilaf"
KAMU SEDANG MEMBACA
Intruder
Fiksi Remaja[ Untuk kenangan masa muda dan kata maaf yang tak sempat diucapkan ] Bagi Gibran, menikmati masa muda adalah bagaimana kita bisa menjadikan setiap momen yang ada terasa berharga. Juga sebagai cerita yang sempat mengisi kenangan hidupnya seperti tem...