6. Pernyataan Pertama

67 8 5
                                    

Anin tertawa. Ia menaruh buku sketsa yang ada di pangkuannya. Ia bergerak menuju Gibran dan menempelkan tangannya di kening cowok itu.

"Lo sakit? Enggak panas kok" Anin kembali menarik tangan dan tubuhnya, kali ini ia bersidekap

"Gue serius, Nin"

"Lo mau jailin gue? Disuruh siapa? Zafran? Gue udah gak suka dia kok" Anin mengibaskan tangannya di depan wajahnya

"Ini gak ada hubungannya sama Zafran, Nin, gue serius bilang ini. Sebagai Gibran"

Anin diam. Tak tahu harus berkata apa lagi.

"Lo tau kan Gib .. "

"Sandra?" Gibran jengkel sendiri "gue gak ada apa-apa sama Sandra Nin. Lo tau itu"

"Bukan. Bukan itu. Gue gak suka sama lo. Itu poin permasalahannya"

"Kalo gitu, gue bisa buat lo suka sama gue"

Anin tertawa "enggak, gue mau sekolah. Mau dapet PTN, gue gak niat ngabisin waktu gue buat hal yang gak penting"

Sebelum Gibran buka suara lagi, Anin sudah lebih dulu menginstruksi " Lo pulang aja. Gue ngantuk"

< • • • >

"ANINNNN......" lengkingan super cempreng dari Riani terdengar begitu melihat Anin yang muncul dari pintu.

"Gimana? Udah sembuh?" Tanya gadis itu

"Eum ... Lumayan. Masih agak nyeri sih"

Anin menyangkutkan tasnya di bangku, lalu kembali menghadap ke arah depan. Tak lama, Gibran datang. Matanya menatap lurus ke arah Anin yang kini menatapnya. Hanya sedetik, setelahnya gadis itu kembali ngobrol dengan Riani. Gibran menghembuskan nafas.

Ia berjalan ke arah belakang, menghampiri Ihza.

"Ja, minta maap sono" ucapnya dengan dagu yang menunjuk kearah Anin

Ihza mengangguk lalu mulai menghampiri Anin.

"Nin" panggilnya saat sampai di hadapan gadis itu.

"Kenapa?" Anin menoleh menatap Ihza menghentikan obrolannya dengan Riani dan Valen

"Sorry ya, yang kemaren. Gue gak sengaja. Lagi emosi banget aja" ucap Ihza, matanya menatap lurus ke arah Anin. Raut wajahnya diliputi rasa bersalah, terutama saat melihat pipi Anin yang masih memerah.

"Iya, gapapa kok"

"Oke, thanks ya. Btw, pipi lo gimana? Udah diobatin?" Tanyanya khawatir

"Gapapa Za, serius. Udah dikasih minyak buat memar gitu kok sama nenek gue"

Ihza tersenyum ringkuh "sumpah, sorry banget ya"

Anin tertawa pelan "iya-iya. Santai aja kenapa sih?'

Ihza tersenyum, setelahnya berbalik badan menuju belakang. Sebelum benar-benar menuju belakang, ia berbisik pelan di telinga anin.

"Gibran kemarin mukul gue buat ngebelain lo, jangan marah sama dia"

Ucapan itu membuat Anin tersentak, ia diam sejenak. Kemudian, badannya berputar kearah belakang. Matanya beradu pandang dengan Gibran yang kini balas menatapnya sambil tersenyum kecil. Tanpa sadar, senyum itu berpindah ke bibirnya.

< • • • >

"Gib, ini gue bikin sendiri. Cobain deh" tawar Sandra sembari mendorong kotak makan ke arah Gibran.

Gibran tersenyum "gue gak laper
Makasih"

Raut wajah Sandra berubah seketika, ia pun mengambil kotak makannya lalu menutupnya kembali. Segera, gadis itu keluar dari kelas. Meninggalkan Gibran yang menghela nafas.

Intruder Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang