12. Kejutan Ulang Tahun

34 7 2
                                    

Ulangan semester yang akan diadakan hari Senin besok membuat para siswa kelimpungan. Belum lagi, ada sebagian penghasut yang bilang mempunyai kunci jawaban dan menukarnya dengan uang. Aneh. Mana mungkin para guru membocorkan soal yang mereka buat dengan susah payah? Menurut Anin, bodoh sekali orang-orang yang membeli kunci jawaban itu. Namun, itu tidak berlaku untuk golongan cowok-cowok yang kini sibuk mengerubungi sang penghasut.

"Woy. Dengerin bentar!" Suara Rivo terdengar menggelegar membuat kelas yang berisik menjadi hening seketika.

"Ulangan besok, kita bakalan duduk sama anak kelas sepuluh. Dan dibagi jadi dua kelas" Rivo mengangkat tumpukan kertas kecil yang ada di tangannya "ini kartu nama buat besok, jadi, Senin nanti diharap semuanya pakai pakaian lengkap, kita bakalan upacara dulu" gerombolan cewek sudah pada mendesah kecewa

"Ah elah, masa mau ulangan pake upacara dulu sih"

"Biar berkah"

"Berkah apanya? Panas tau"

"Bukan panas, itu mah lo aja yang takut make up lo yang tebel itu luntur" celetuk Fadhil membuat anak cowok bagian belakang cekikikan sementara Kiara mendengus sebal.

Kiara termasuk jejeran cewek yang menomersafukan penampilan. Menurutnya, tampilannya tiap hari harus perfect. Ditambah, di kelas ini ada Melani. Jadi, ia tak akan mau kalah saing. Tapi, yang Kiara tidak tahu, grup cowok suka bergunjing tentangnya yang memakai make up terlalu tebal, mirip mpok-mpok -- kalau kata grup cowok.

"Nah, selesai upacara semuanya masuk ke ruangan masing-masing. Ini info ruangannya ada di kartu ya"

"Eh, vo. Tadi lu bilang kita duduk sama kelas sepuluh?" Tanya Afifah, Rivo mengangguk

"Wah, asyiikkk dah. Siapa tau gitu ada yang ganteng"

"Woiii, sadar umur mbakk!!! Udah tua juga"

"Buset dah Afifah, demennya ama grondong"

"Fah nyebut Fah nyebut"

Rivo terkikik geli melihat tingkah teman-temannya. Ia pun akhirnya beranjak untuk membagikan kertas itu.

Setelah semuanya dapat, Anin memeriksa kertas ulangannya "ruang sepuluh" gumamnya

"Yah ... Beda ruang dong kita" celetukan itu berasal dari belakang membuat Anin menoleh dan sedikit terkejut melihat Gibran yang ada di belakangnya

"Apaansih lo" ucap Anin

"Duh, kangen nih nanti gak ketemu satu Minggu"

"Dasar alay. Padahal kelasnya sebelahan, anjir" ujar Syifa

Gibran hanya terkikik geli "ya abis gimana dong, aa Gibran kan gak bisa kalo gak ada neng Anin disampingnya"

Syifa buru-buru memperagakan gaya orang sedang muntah. Sementara Anin hanya memutar bola mata jengah.

"Tapi kalo duduk sama cowok, jangan main asal lirik ya. Inget! Ada hati yang harus dijaga" ucap Gibran sambil mengelus pelan rambut Anin.

"Apaansih lo, ah. Alay" ucap Anin menurunkan kembali tangan Gibran yang semula berada di atas kepalanya.

< • • • >

Entah disebut sial atau tidak, pada pelajaran matematika, kelas Anin kebetulan saja mendapatkan pengawas Bu Mur dan Bu Ani. Bu Mur selaku wali kelas, ia mengamati dengan sungguh-sungguh. Sehingga, murid kelas sebelas pun hanya bisa mengelus dada dan pasrah. Berharap ada keajaiban tuhan yang menyelamatkan. Hal yang sebenarnya ngalor ngidul. Karena, jika ingin nilai bagus kenapa tidak belajar? Tapi, namanya pelajar SMA. Belajar bisa dikalahkan dengan kata solid.

Intruder Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang