14. Luka Masa Lalu

30 6 0
                                    

Anin yang sedang asyik membaca novel terhenti mendengar ketukan di pintu. Ia menaruh novel di meja nakas, lalu beranjak membuka pintu.

"Ibu?" Beo Anin melihat ibunya di depan pintu

Anisa tersenyum melihat anaknya, ia mengangkat sebelah tangannya yang terdapat plastik "ibu bawa kesukaan kamu nih, cheesecake"

Anin tersenyum senang mendengarnya "Anin ke dapur dulu deh ambil piring" ucapnya lalu beranjak pergi menuju dapur

Saat hendak kembali dengan membawa piring dan segelas air es, Anin bisa melihat wajah Dian yang memerah. Anin sudah hapal dengan neneknya, jika mukanya memerah dan alisnya terangkat, neneknya itu sedang marah besar.

"Kamu jangan egois. Bagaimana pun kamu juga punya anak"

Mendengar hal itu, Anin tahu ada sesuatu yang tidak beres yang akan terjadi. Anin hendak balik ke kamar namun ia justru tak sengaja menyenggol meja disebelahnya hingga piring yang ia pegang pecah.

Dian dan Anisa tentu saja menoleh, Anisa yang pertama bangkit. Ia menghampiri putrinya lalu ikut memunguti pecahan beling itu. Setelah beres, Dian menyuruh Anin untuk duduk, ada hal yang ingin ibunya bicarakan katanya.

Ditatap sedemikian tajam oleh dian sejujurnya berhasil membuat Anisa ciut. Perempuan paruh baya itu akhirnya mengangkat kepala dan menatap kearah putrinya.

"Anin, sebenernya ibu mau ngomong sama kamu"

Anin sudah tidak heran lagi, ibunya datang, membawa cheesecake, pasti ada sesuatu yang akan dibicarakan. Makanan itu hanyalah penyogok agar Anin mau bicara.

"Ngomong aja Bu" ucap Anin, ia menyendok cheesecake itu lalu menyuapi ke dalam mulutnya.

Anisa menghela nafas pelan "ibu mau menikah lagi, nin"

Tersedak sudah Anin. Dian yang kaget buru-buru memberikan segelas air untuk cucunya itu. Setelah minum, mata Anin yang diliputi kekecewaan menatap kearah ibunya yang diam seribu bahasa.

"Kenapa, Bu?" Bukannya dengan siapa, kapan, justru alasan mengapa ibunya kembali melangsungkan pernikahan yang menjadi pertanyaan Anin.

"Ibu ... Ibu sayang dia, Anin"

Mata Anin menyipit lalu setelahnya ia kembali memakan cheesecake-nya itu "Anin udah duga dari awal, ibu mana mungkin kesini kalo gak ada perlu" katanya sinis

Anisa buru-buru menyela "enggak, ibu enggak ada maksud gitu, Anin. Ibu punya uang, ibu kesini cuma bermaksud memberi tahu kamu dan nenek"

"Ya iyalah ibu punya uang, kan uangnya dari lelaki itu" balas Anin ironi

Anisa menghela nafas lagi, ini terlihat sulit. "Anin, kamu udah besar. Harusnya pikiran kamu tentang ibu juga sudah berubah"

"Berubah? Iya, memang. Anin udah kayak enggak kenal sama ibu Anin sendiri"

"Anin ..." Dian hendak menyela, namun Anin keburu bangkit, ia mengambil sekotak cheesecake itu.

"Ibu mau apa tadi? Menikah kan? Yaudah, nikah aja. Nanti kalo tanggalnya udah di tentuin, bilang sama Anin. Anin dan nenek pasti dateng kok, ibu tenang aja"

Setelah berkata seperti itu, Anin segera masuk ke dalam kamarnya lalu mengunci diri. Ia mendengar Dian dan Anisa yang kembali cekcok diluar. Kini, matanya berpaling kearah piring cheesecake, ia mulai memakannya lagi. Setidaknya, cheesecake ini masih memberi rasa pada lidahnya.

"Ibu, kita mau kemana?" Anin menoleh ke kanan dan kiri. Ini sudah jauh sekali dari rumahnya. Ia tak mengenal tempat ini.

"Nanti juga tahu, yuk, ikut ibu"

Intruder Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang