Kaluna Queena Sagara, dari namanya saja sudah sangat feminim sekali. Tapi Kaluna dikesehariannya sangat jauh dari kesan feminim. Dia lebih suka mengenakan kaos polos dan celana cargo kebesaran dibandingkan dress. Sneakers lebih nyaman ia pakai sehari-hari dibandingkan sepatu wanita semacam flat shoes, wedges dan lainnya. Potongan rambut pendeknya juga menambah kesan tomboy dari penampilannya. Tak jarang kok ada orang yang salah menyebutnya "mas" dibanding "mbak". But, Kaluna nggak masalah dengan itu, kekeliruan bisa saja terjadi dan dia memahaminya."Eummmm, mas boleh minta nomor ponselnya?"
Kaluna yang tengah meneguk air mineralnya di daerah bundaran area Sunday Morning menoleh. Tiga orang cewek yang dari penampilannya terlihat seumuran dengan adiknya itu entah sejak kapan sudah berdiri di dekatnya. Si cewek yang berada di tengah mengulurkan ponselnya, meminta nomornya. Pipinya yang merona saat ditatap olehnya membuat jiwa isengnya bangkit.
"Ehem." Dia terbatuk membuat tiga cewek di depannya heboh sendiri.
"Memang buat apa nomornya." Suara seraknya sengaja ia rendahkan agar terdengar lebih maskulin.
"Eummmm itu—" Rona kemerahan yang semakin bertambah di pipi sang cewek membuatnya dalam hati ingin tertawa.
Ya ampun kenapa elo usil banget, Lu, rutuknya dalam hati.
Teman di sebelah kirinya berbisik tapi ia masih bisa mendengarnya. "Jujur aja bilang kamu naksir."
Ia menaikkan kedua alisnya.
Teman di sebelah kanannya ikut berbisik untuk menyemangati temannya. "Ayo kamu pasti bisa. Sebelum digebet orang."
Ia menyunggingkan seulas senyuman tipis membuat cewek yang di tengah salah tingkah lalu menunduk saat berbicara.
"Itu—masnya udah punya pacar?"
"Kalau belum kenapa? Kalau udah kenapa?"
"Kalau belum boleh minta nomor ponselnya? Itu—aku pengen mengenal masnya."
Itu bukan pertama kalinya untuknya ada cewek yang terang-terangan menunjukkan ketertarikan padanya. Karena mereka salah sangka, salah mengira dia lelaki padahal bukan—tampilan luarnya memang boyish sekali tapi ia tetap wanita di dalam.
"Ya kalau mau kenalan tinggal kenalan aja di sini, nggak perlu minta nomor ponsel kan."
"Itu mas—masa masnya nggak tahu sih." Teman di sebelah kiri si cewek membuka suara berhubung temannya terlihat sangat grogi.
"Iya ih masnya kok nggak peka," imbuh teman di sebelah kanan.
Nggak peka? Rasanya ia ingin tertawa. Mendengar Omelan kedua cewek itu dan cewek yang naksir padanya sudah memerah bak kepiting rebus. Ia berniat menyudahi permainan ini.
"Maaf ya tapi gue—"
"Lulu sayang!!!!!!!" Seorang wanita mungil datang dan langsung memeluknya.
"Maaf ya telat," ucapnya sengaja mengucapkannya dengan gaya sok imut yang membuatnya ingin muntah.
"Ini udah jam berapa, Nay? Setengah jam gue nunggu elo," keluhnya menepis tangan wanita itu yang menggelayuti lengannya.
"Ya maaf, Lu!!!!!" ucapnya melirik ketiga cewek yang di dekatnya yang menatap penuh tanya ke arah mereka.
Naya, wanita itu sedikit berjinjit untuk berbisik ke telinga kanannya. "Mereka siapa?"
"Mau minta nomor gue."
Mata Naya melebar, ia membekap mulut dengan telapak tangannya lalu tertawa terbahak-bahak.
"Kalian mau minta nomor ke dia? Kalian suka sama dia?"
Ketiganya mengangguk dengan cepat.
"Aduh maaf ya, dek. Tapi kak Queennya masih normal." Naya tak bisa menghentikan tawanya padahal orang di sekitar bundaran memperhatikannya.
"Queen?" Ketiganya bertatapan bingung, sibuk mencerna ucapan Naya barusan.
"Udah ya, dek. Kak Queennya mau kubawa," ucap Naya melingkarkan tangan ke lengannya lalu mengajaknya pergi. Terlalu lama di sana hanya akan membuat perut Naya sakit saking banyaknya tertawa.
"Ck, kenapa udahan sih? Kan gue masih mau jahilin mereka."
"Astaga, Lu. Iseng banget sih."
"Gue pengen bikin mereka baper padahal."
"Hehhh! Kalau mau bikin baper tuh sono bikin baper cowok jangan cewek."
"Emang ada cowok yang mau sama gue?'
"ADA!!!!!!" seru Naya gemas. Ya Naya gemas. Kenapa kadang temannya itu nggak sadar ia punya daya tarik yang membuat para lelaki di luar sana tertarik padanya dengan tampilan boyishnya itu.
Atau sebenarnya dia sadar tapi sengaja menutupinya?
Entahlah. Kadang Naya nggak paham dengan sahabatnya itu. Kaluna Queena Sagara yang memiliki sejuta pesona tapi lebih memilih menutupinya—mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL
RomanceNCT LOKAL #2 "Cantik itu saat kamu menjadi diri sendiri." Kaluna pernah mengalami masa terburuk dalam hidupnya, yang mengubah segalanya. Membuatnya memilih mencintai diri sendiri dengan cara berbeda. Ketika standar kecantikan wanita diukur dari fis...