02. Does it Still Hurt?

612 108 7
                                    

"Kak, kak Lulu bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak, kak Lulu bangun."

"Kak Lulu ayo dong bangun," rengek sang adik menarik-narik selimut yang menutupi seluruh tubuh Lulu.

"Kakak masih sakit ya?" tanya sang adik karena Lulu tak kunjung memberi respon apapun. Sang adik hanya menghela napas sembari duduk di tepi ranjang tempat kakaknya tidur dengan selimut menutupi seluruh tubuh seperti kepompong.

Kemarin kakaknya nekat pulang saat hujan deras. Sudah tahu hujan deras, kenapa harus senekat itu? Terlebih kakaknya mengendarai motor di tengah hujan deras, sangat nekat. Tapi kalau nggak nekat bukan Kaluna namanya. Nekat sudah terlalu identik dengan kakaknya.

Alhasil kenekatan itu membuat Kaluna demam semalam. Satu keluarga panik, pasalnya Lulu termasuk yang jarang sakit. Untung Tante Ratna yang berprofesi sebagai dokter datang untuk memeriksa dan memberikan obat. Saat pagi tadi ia memeriksa suhu tubuh kakaknya sudah turun dibanding semalam, tapi Lulu kakaknya tak mau beranjak dari tempat tidur.

"Kak, makan dan minum obat dulu ya. Ini udah kubawain."

Ada pergerakan kecil di balik selimut, senyum adiknya mengembang. Sedikit lega ada pergerakan dari kakaknya. Setelah menunggu lima menitan, Lulu membuka selimutnya dan bangun.

"Kak, makan dulu ya," ucap sang adik menyerahkan nampan berisi bubur ayam dan segelas teh hangat.

"Taruh di meja saja, Sae. Nanti kakak makan kok," jawab Lulu ke adiknya Saelin.

"Beneran loh ya. Jangan lupa dimakan biar kakak cepet sembuh," sahut Saelin bangkit menuju meja dekat tempat tidur dan meletakkan nampan di sana.

"Iya-iya. Nanti kakak makan. Kamu bukannya ada janji mau pergi sama Yerisha?"

"Astaga!!!! Aku lupa, kak," pekik Saelin terkejut dan menepuk jidatnya.

Lulu terkekeh geli. "Ya udah sono pergi. Kasihan Yerisha ntar nunggu kamu."

"Siap, kak," jawab Saelin setengah berlari ke arah pintu. Sebelum menutup pintu kamar sang kakak, ia kembali berujar,"pokoknya kak Lulu jangan lupa makan dan minum obat ya."

"Iya bawel. Mirip mama ya kamu bawelnya."

"Kan aku anak mama jadi mirip dong," kilah Saelin terkekeh sebelum menutup pintu kamar.

"Dasar."

Sepeninggal adiknya, tak lantas membuat Lulu tergerak untuk menyantap bubur ayam yang tersaji di atas meja. Ia lebih memilih kembali berbaring, menarik selimut sampai batas dada lalu meraih ponsel di dekat bantal untuk memeriksa pesan. Sebenarnya kebiasannya menaruh ponsel dekat bantal saat tidur sangat tak bagus, ia tahu itu. Namanya manusia, apapun yang buruk dan dilarang malah dilakukan.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang