Para karyawan Perfect wedding yang bertugas mengurusi photoshoot untuk pre-wedding Johannes terlihat sedang beberes. Ada yang menggulung kabel, membersihkan sampah yang berada di lantai, memberesi properti yang digunakan untuk photoshoot, dan banyak lain. Semua sibuk beberes.Hari yang melelahkan akhirnya berakhir, walau banyak kejadian tak terduga yang membuat jantung mereka berdetak kencang bagai naik roller coaster.
Naya dan Rendy yang baru kembali dari Indomaret, dengan membawa minuman dingin dan makanan ringan langsung diserbu oleh karyawan yang haus sekaligus lapar.
"Jangan berebut, semua kebagian," tegur Naya hampir sesak napas karena orang-orang berebut minuman yang ia bawa.
"Nay, nggak ada nasi gitu? Lapar," gumam Eza, memandang sebungkus roti di tangannya. Melihat roti itu saja membuat ia yakin perutnya masih akan keroncongan.
"Kata Bu boss. Setelah selesai berbenah kita akan makan bareng di restoran. Bu boss yang traktir," ucapan Naya membuat mereka berteriak kegirangan. Setelah hari yang panjang dan melelahkan, makan gratis di restoran terkenal bagai sebuah oasis.
"Makanya, ayo selesaikan semuanya," ucap Naya menyemangati, membuat semuanya langsung bersemangat melanjutkan pekerjaan masing-masing.
Naya dan Randy lalu mendekati Jeje dan Lulu yang berada di ruang ganti lelaki, memberesi kostum dan alat make up di ruangan yang digunakan klien mereka.
"Lu, elo nggak ganti baju?" tanya Naya menyerahkan sebotol air mineral dingin pada Lulu yang tengah membersihkan beberapa sampah yang tercecer di lantai.
Lulu menggeleng. "Nanti saja."
Ia terlalu malas berganti sekarang, dan lebih memilih membantu Jeje berbenah dengan mengenakan baju pengantin. Baju pengantin berwarna putih dengan rok panjang menjuntai itu membuat Lulu harus menaikkan roknya ke atas tiap kali ia bergerak. Siapapun yang melihat tahu betul ketidaknyamanan menggunakan baju pengantin sambil beberes.
"Mbak Lulu cantik. Cocok sekali menjadi pengantin, mirip pengantin sungguhan," puji Rendy membuat Lulu tersenyum tipis sebagai jawaban.
"Kalau gue yang pakai juga cocok kan, Ran?"
Rendy tampak kebingungan menjawab pertanyaan Naya. Lelaki itu cuma nyengir dan pamitan. "Aku ke luar dulu ya, mbak. Mau bantuin bang Eza."
Sepeninggal Rendy tawa Lulu dan Jeje pecah.
Sementara Naya melirik sebal keduanya.
"Rendy aja ogah jawab," ledek Lulu membuat wajah Naya kian keruh.
"Ngeselin banget."
"Sabar, Nay. Sabar," ucap Jeje.
Naya yang kesal menuju ke depan meja rias, mengambil tisu di sana untuk mengelap meja dan kaca yang kotor.
Lulu dan Jeje kembali melanjutkan pekerjaannya.
Dari pantulan kaca, Naya melihat setiap kecil gerakan yang dilakukan Lulu. Dia gemas juga melihat Lulu nampak kesulitan bergerak dengan baju pengantin di badannya.
"Lu, ganti baju gih."
"Nanti Naya," jawab Lulu santai.
"Elo terlihat menyedihkan memakai itu."
Gerakan tangan Lulu yang tengah mengatur gantungan baju terhenti. Jeje yang tengah memasukkan make up ke kotak make up pun juga ikut berhenti. Tatapannya memandang khawatir Lulu dan Naya. Keduanya berdiri saling membelakangi, Naya bisa melihat punggung Lulu dari pantulan kaca.
"Elo terlihat seperti calon pengantin yang ditinggalkan."
Jeje memandang Naya dan Lulu bergantian. Terlihat begitu khawatir, aura suram ya g tercipta di antara Naya dan Lulu membangkitkan alarm tanda bahayanya.
Hubungi Eza. Hubungi Eza, gumamnya berulang kali sembari mencari kontak Eza di ponselnya.
Ketegangan yang tercipta di ruangan itu secara mendadak membuat Jeje takut perang akan tercipta di antara keduanya.
Jeje secara cepat mengetikkan sebuah pesan pada Eza, menjelaskan situasi di dalam ruangan itu.
"Lo bener, Nay. Gue memang terlihat menyedihkan memakai gaun ini, terlihat seperti calon pengantin yang ditinggalkan saat hari H," ucap Lulu lirih sembari menggambil sekotak tisu di atas meja lalu menuju ke arah pintu sambil memegangi bagian rok baju pengantinnya. Ketika ia hendak membuka pintu, pintu terbuka dari luar, Eza muncul di sana, dengan raut bingung karena Lulu melewatinya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Wajah Lulu yang terlihat marah bercampur sedih membuat Eza menatap Naya dan Jeje bergantian.
"Kenapa? Lulu kenapa?"
Naya memilih diam dan meneruskan pekerjaannya membersihkan meja rias.
"Je, Lulu kenapa?" tanya Eza kepada Jeje berhubung Naya tak menjawab.
"Itu- Naya bilang-" Jeje bahkan tak tega mengatakannya, pesan yang tadi hendak dikirimkan pada Eza sudah ia hapus saat cowok itu menerobos masuk.
"Lulu terlihat menyedihkan memakai gaun pengantin itu."
Jawaban Jeje membuat mata Eza membulat.
"Elo ngomong kayak gitu ke Lulu, Nay?"
"Iya. Salah? Johannes tiba-tiba pergi sesaat sebelum Photoshoot, padahal Lulu udah siap. Kita semua kecewa, Za."
Naya mengeluarkan uneg-unegnya yang sedari tadi dipendam. Ya saat tim siap, saat Lulu sebagai model yang menggantikan Tasya siap, pihak Johannes tiba-tiba membatalkan dan buru-buru pergi karena alasan mendesak. Setelah semua kesulitan dan jerih payah yang dilalui tim hari itu. Semua terasa sia-sia.
"Ya semua orang kecewa. Terus kekecewaan itu kamu lampiaskan ke Lulu?"
"Aku nggak bermaksud gitu, Za. Hanya saja-" Nada bicara Naya melemah. "Melihat Lulu memakai gaun itu membuat gue kasihan- setelah semua usaha Lulu untuk tampil maksimal sebagai pengganti Tasya, semua terlihat sia-sia. Lulu malah terlihat seperti calon pengantin yang ditinggalkan dengan gaun itu."
Eza mendecakkan lidah, tak percaya dengan apa yang didengarkannya. "Nay, Lo sadar nggak ucapan elo tadi salah dan bisa melukai Lulu."
"Gue nggak ada maksud, Za."
"Harusnya elo sadar, ucapan elo itu sama saja dengan elo yang mencoba menusuk Lulu di lukanya yang hampir sembuh."
"Maksud lo-" Naya yang hendak bertanya langsung terdiam, menyadari kemana arah ucapan Eza.
"Elo harusnya yang lebih tahu tentang Lulu," ucap Eza lirih sebelum meninggalkan ruangan itu.
Mata Naya membulat, menyadari kesalahan terbesarnya. Sahabat macam apa dia yang menambah luka di hati sahabatnya????
-tbc-
Hai, ada yang rindu dan nungguin work ini? Hehehe ^^
Pasti pada ngira Lulu beneran foto pre-wedding sama Johannes? Tidak semudah ituuuu😁
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL
Roman d'amourNCT LOKAL #2 "Cantik itu saat kamu menjadi diri sendiri." Kaluna pernah mengalami masa terburuk dalam hidupnya, yang mengubah segalanya. Membuatnya memilih mencintai diri sendiri dengan cara berbeda. Ketika standar kecantikan wanita diukur dari fis...