16. Krisan

362 90 21
                                    

"Tuan Johannes tangannya kenapa?" tanya Riana, asisten rumah tangganya saat melihat Johannes memasuki rumah dengan tangan terbalut kain kasa sampai lengan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuan Johannes tangannya kenapa?" tanya Riana, asisten rumah tangganya saat melihat Johannes memasuki rumah dengan tangan terbalut kain kasa sampai lengan.

Johannes memandang lengannya. "Hanya tergores sedikit."

"Tapi kok —"

"Nggak sengaja katanya," gumam Johannes tersenyum tipis, sembari berjalan ke arah tangga yang akan membawanya ke kamarnya.

Riana memiringkan kepala, bingung. Pernyataan Johannes barusan membuatnya bertanya-tanya. Tapi, Riana tak ingin mengganggu lelaki itu.

Johannes langsung merebahkan tubuh lelahnya ke kasur empuk miliknya. Dia mengangkat tangannya yang terbungkus kain kasa tinggi-tinggi, luka kecil di tangannya sudah tak perih lagi tapi hatinya tidak.

Luka di hatinya masih menganga, dan setiap ia melihat wajah Kaluna, ucapan menyakitkan wanita itu kembali terngiang.

Walau menyakitkan dan membenci wanita itu, Johannes tetap merasa tak tega melihat airmata membasahi pipi Kaluna.

Pada akhirnya ia ingin mendekap tubuh Kaluna, ia berperang cukup lama dengan hatinya sendiri saat rasa ingin mendekap tubuh kurus Kaluna kian meningkat. Namun, Johannes menguatkan diri—

Dia kembali ke Jogja bukan untuk kembali pada masa lalu, melainkan sebaliknya.

***

Lulu sedikit merasa lega melihat papanya tersenyum lebar saat ia datang ke ruang perawatan beliau. Dia rela pulang lebih awal dibandingkan teman-temannya yang untung saja mengerti keadaannya.

Sebenarnya papanya meminta pulang dan rawat jalan saja tapi dokter dan keluarga tentu saja tak mengizinkan.

Mereka berencana bergantian menjaga papa di rumah sakit saat ada waktu senggang.

Dan sepulang kerja, Lulu langsung meluncur ke rumah sakit, dia berencana menggantikan mamanya yang sudah menjaga papanya dari semalam.

Saat memasuki ruangan papanya, beliau sedang terlelap membuat Lulu berjalan mengendap-endap agar tak membangunkan beliau.

Ia lalu duduk di sofa, melepas penat setelah bekerja mengurusi para klien yang rempongnya minta ampun. Mamanya sudah pulang dijemput oleh Saelin tiga puluh  menit lalu.

Dia mengeluarkan ponsel dari tas ranselnya, ia memang lebih suka mengenakan tas ransel karena bisa menaruh banyak barang, salah satunya laptop. Walau di kantor sudah disediakan komputer, Lulu lebih nyaman menggunakan laptop bututnya.

Setelah memastikan tak ada pesan penting terkait pekerjaan, ia menaruh ponselnya ke atas meja di depannya. Ia sandarkan tubuh lelahnya di sandaran sofa. Matanya bergerak mengawasi tiap sudut ruang rawat papanya. Saat masuk ruangan, ia merasa ada yang berbeda, tapi tak tahu di mana letak perbedaannya.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang