34. Masa Lalu yang Menyakitkan

293 71 1
                                    

Lo harus bahagia ya, Luna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lo harus bahagia ya, Luna. Harus.
-Johannes-


*

*

*

"Jadi apa yang lo lakukan sekarang tuan Johannes yang terhormat? Bisa jelaskan?" pinta Lulu butuh penjelasan mengapa lelaki itu tiba-tiba muncul di hadapannya, mengusiknya yang sedang bekerja dengan membawanya ke cafe di belakang gedung kantornya saat jam kerja. Jadi semisal nanti dia kena omel Bu Sara karena meninggalkan pekerjaan, Lulu sudah siap. Tapi dia butuh penjelasan dari lelaki di hadapannya yang tengah menyedot ice americanonya.

"Jadi—" Johannes membuka suara, berusaha mencari alasan yang tepat, alasan yang sekiranya realistis.

"Iya. Jadi?" Lulu menopang dagu, menunggu dengan sabar penjelasan Johannes.

Johannes menggaruk tengkuknya, mencari alasan ternyata tak semudah itu.

Perhatian Lulu teralihkan karena getaran ponsel yang tersimpan di saku celananya. Sudah diabaikan, namun masih saja bergetar. Mau tak mau menjeda sejenak obrolannya dengan Johannes untuk memeriksa ponselnya.

Ada panggilan dari rekan kerjanya, berkali-kali. Tak cuma panggilan telepon, namun juga pesan yang jumlahnya banyak.

"Gara-gara lo, gue harus mendapatkan banyak pesan hari ini," keluh Lulu menunjukkan layar ponselnya yang penuh chat teman-temannya yang inti pesannya serupa tentang hubungannya dengan Johannes.

"Tinggal jawab kita hanya teman."

"Menurut lo kalau gue jawab begitu keingintahuan mereka akan mereda? Enggak, mereka malah semakin ingin tahu."

"Terus bagaimana? Mau jawab gue pacar lo?" tantang Johannes.

"Hanya ada di mimpi lo," balasnya sengit. Daripada repot membalas satu persatu pesan itu, Lulu memutuskan mematikan ponselnya kembali. "Jadi tuan Jo, jelaskan mengapa elo ada di sini?"

"Hmmmmmm." Johannes memandang ke luar jendela, pandangan awalnya tertuju ke Jalan, kemudian ia mendongak, menatap langit yang mulai mendung.

Keingintahuan membuat Lulu melakukan hal serupa, menatap langit yang dipenuhi gumpalan awan hitam.

"Jo, benar lo mau pindah ke luar negeri?" Karena Johannes tak kunjung menjawab pertanyaannya, Lulu berusaha mengalihkan pembicaraan, membicarakan hal lain yang sebenarnya membuatnya penasaran.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang